berdua(?)

70 8 0
                                    

Sehari setelah kamu di interogasi oleh Yixing, Jongin mengajak kamu keluar untuk sekedar ngobrol-ngobrol ringan. Kata si bujang sih di cafe dekat kampus aja.

Sebelumnya kamu memang ingin mengajak Jongin ngobrol sebenarnya, itung-itung nebus kesalahan juga karena udah bersikap tak baik padanya. Ya walau itu semua berawal dari kesalahan Jongin. Tapi ya bagaimana pun kamu juga tak enak hati dengannya, apalagi kamu cukup 'peka' dengan tatapan Jongin padamu saat tidak sengaja bertemu. Semua orang pasti bakalan tau dan mengerti seperti apa tatapan Jongin kala itu.

Rencananya kamu pergi diantar oleh Johnny. Ya, Johnny mengizinkan kamu dan Jongin quality time. Walau sebenarnya ia cemburu tapi akhirnya tetap mengizinkan juga karena menurutnya ini waktu yang tepat untuk memperbaiki masalah diantara kamu dan mantan kekasihmu.

Baru saja Johnny memberi tahu bahwa ia telah sampai di lobby apartment. Langsung saja kamu bergegas menuju ke bawah tempat kekasihmu menunggu.

"Are you ready, sweetie?" Ucap Johnny setelah kamu masuk kedalam mobil.

"Yeah, I'm ready!!" Balasmu riang.

Johnny tersenyum sambil mengelus pucuk kepalamu. Lebih tepatnya tersenyum tipis,  sebenarnya Johnny sudah mulai overthinking, jujur ia takut setelah kamu bertemu mantan kekasihmu hubungan dan perasaan kalian kembali terjalin. Johnny sangat cemas akan itu.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, Johnny yang fokus menyetir dan kamu sibuk dengan ponselmu. Semenjak Johnny mengelus kepalamu tadi, kamu merasakan ada hal yang ganjal pada Johnny. Kamu sudah berusaha berfikir positif, membuang segala fikiran buruk yang menyerang fikiranmu sedari tadi, maka dari itu kamu menyibukkan dengan bermain ponsel.

"Eum, John." Panggilmu.

"Yes, babe?" Johnny menoleh sebentar, lalu ia kembali fokus ke jalanan.

"Are you okay? Kamu gak lagi mikirin sesuatu yang jelek-jelek kan?"

Johnny panik, ternyata kamu menyadari mimik wajahnya dari tadi.

"I'm fine, emang ada yang salah dari aku?" Tanyanya.

"Dari tadi kamu diem, aku ada bikin salah ya?"

"Gak ada kok." Jawabnya.

"Apa kamu ragu untuk ngizinin aku pergi sama Jongin? Kalo iya aku bisa batalin buat kete-"

"No, pergi aja, gak apa." Potongnya.

"Ya kamu jangan gitu dong, babe."

Johnny manganggukkan kepalanya, maksud mengiyakan perkataanmu.

Tak terasa kini kamu telah sampai di cafe tempat kamu janjian. Langsung saja kamu masuk dan mencari meja yang kosong. Setelah mendapatkan meja kosong, kamu mengedarkan pandanganmu mencari Jongin, takutnya nanti Jongin sudah nyampe duluan. Rupanya belum, kamu hanya menemukan beberapa kelompok anak muda yang sedang sibuk dengan beberapa kertas dihadapan mereka.

"Hei." Sapa Jongin.

Kamu menoleh, menjawab sapaan lelaki itu dengan senyuman manismu.

"Udah pesen belom kamu?" Tanyanya.

"Belom, nunggu kamu dulu biar pesen barengan aja."

Jongin memanggil pelayan untuk memesan makanan, Jongin memesan ayam rica-rica dan  kamu memesan kwetiaw seafood.

Kali ini Jongin yang akan membayar makanan kalian. Kamu dipaksa olehnya, padahal lebih baik bayar masing-masing bukan? Apalagi ini waktu kalian berdua setelah 'putus' hubungan.

Setibanya makanan, kalian sepakat untuk makan terlebih dahulu. Kata Jongin ngobrolnya entaran aja, biar santai dikit gitu. Dan kamu mengangguk mengiyakan.

"Oke, jadi..hm..aku dulu apa kamu nih?" Tanya Jongin.

"Silahkan kamu aja duluan." Jawabmu.

"Udah cukup lama ya, (y/n). Kamu sama aku masuk dalam zona ketidaknyamanan. Maksudku, kita saling diam dan sama sekali gak saling sapa, kita memang bertemu, tapi kita cuma bisa saling menoleh sekilas saja, lalu kembali seperti biasanya."

Kamu menunduk, ingatan dulu teringat kembali, seperti yang dikatakan Jongin, kalian saling diam dan tak saling menyapa. Sekaku itu, padahal dulu kalian seperti magnet, saling menempel satu sama lain.

"Sebelumnya maaf aku nyebut nama dia disini, aku dan Momo memang sempat ada hubungan spesial, namun itu gak bertahan lama. Kamu tau kenapa? Aku mutusin Momo karena dia ketahuan jadiin aku bahan taruhan, Momo ditantang oleh teman-temannya untuk menggoda aku dan merebut aku dari kamu, dan dengan bodohnya aku tergoda dengan semua rayuan Momo, andaikan rencananya berhasil, Momo akan dapetin fasilitas mewah liburan di Labuan Bajo, Aku bisa tau karena Bang Umin gak sengaja dengar obrolan dia dan teman-temannya di restoran mall. Dan untungnya Bang Umin sempat rekam semua obrolan mereka."

"K-kamu serius?" Kamu sangat shock. Gak habis pikir kenapa Momo bisa selicik itu. Egois banget.

Jongin mengangguk.
"Ya! Dia emang licik. Kalo kamu beranggapan aku sama dia bahagia, jawabannya enggak sama sekali. Aku dipaksa ikut pergi kemanapun dia mau, dengan alasan dia gak mau jauh dari aku. Padahal cuma memanfaatkan aku untuk jadi sopirnya. Haha bajingan." Jongin tertawa hambar, lelaki itu selalu kesal mengingat waktu itu.

Kamu benar-benar tak bisa bicara, kamu bingung mencerna apa yang baru saja Jongin katakan. Kepalamu mendadak pening memikirkannya.

"Dan sekarang, aku mau minta maaf sama kamu atas semua kesalahan aku, aku brengsek, dengan bodohnya aku percaya sama dia dan rela lepasin kamu. I'm so sorry, (y/n)" Jongin meneteskan air matanya, ia terisak pilu. Mungkin rasa sakitnya itu karma.

Kamu tak tega melihat Jongin menangis, kamu bangkit dari dudukmu lalu menghampiri Jongin seraya mengelus punggungnya. Karena itu Jongin semakin terisak, bahunya naik turun dengan lincahnya. Isaknya terdengar begitu pilu. Jongin menyesal.

"Sudah, yang lalu biar berlalu, semua udah terjadi, aku udah maafin kamu. Cukup ya, aku gak bisa liat kamu begini." Ucapmu.

"Kamu boleh marahin aku sekarang,aku Salah (y/n) aku Salah besar sama kamu"

Sontak kamu memeluk lelaki itu, menepuk pelan kepalanya, kamu ingat dengan cara itu bisa meredakan tangisan Jongin. Kamu membisikkan kata-kata penenang untuknya.

Jangan lupakan bahwa Jongin membalas pelukanmu tak kalah erat.

Cukup lama Jongin memeluk tubuhmu, kalau saja kamu tidak mengeluh sesak pasti belum dilepas olehnya.

"Terima kasih ya."

Jongin menangkup wajahmu, lalu ia mengecup pelipismu. Lamaaaa banget. Dalam kecupan itu Jongin mencurahkan segala perasaannya selama ini, perasaan sayang, cinta, rindu, bahkan jutaan maaf yang ia sampaikan melalui kecupan itu.

Lantas perlakuan Jongin seperti itu membuat mu membeku. Namun kamu sama sekali tak menolak, lebih tepatnya hatimu. Kamu memejamkan matamu menerima perlakuan Jongin. Jujur, ini sangat nyaman. Karena jauh di lubuk hatimu, kamu sangat merindukan pria hitam manis itu.

Tanpa diduga, di sudut cafe itu ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua..



























Siapa?



























































-To Be Continue-

Mas Pacar • Kim JonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang