Twins Heart: Pangeran Katak

211 19 19
                                    

Jangan lupa tekan vote dulu ya baca 🤩❤️ dan komen kesannya gimana baca part ini, Terimakasih ❤️
______________________________________
"Gue pulang duluan, Ayahnya Vana suka galak kalau anaknya lama ada diluar, apalagi sama gue," ujar Andre yang membuat orang di sana refleks tertawa.

"Mangkanya punya muka yang bisa diandelin dikit," celetuk Ando seiring tawanya yang makin keras.

Dengan gesit Andre menjitak ubun-ubun Ando yang tengah duduk di sampingnya lantas berlari keluar cafe.

"Sialan!!" Ando terlihat meringis kesakitan seraya langsung berlari mengejar Andre.

Echa berdiri dari tempat duduknya seraya mengaitkan tas Selempangnya ke tangan.

"Kalian nggak balik?" tanya Echa heran takkala Dinda dan Vana masih duduk dengan santai menyeruput jus alpukatnya.

"Bentarlagi nunggu Ando sama Andre, kita kan nggak pernah tau seberapa lama Ando sama Andre berantem," balas Dinda yang mendapat anggukan kecil dari Echa.

"Kalian mau gue temenin?" tanya Echa.

"Enggak perlu, Cha. Lo pulang dulu aja, gue yakin .. " Vana mengalihkan pandangannya kepada dua orang lelaki yang sedang ribut di depan Cafe, "mereka nggak bakal lama," jawab Vana seraya meletakkan gelas yang berisi jus itu lantas menyenderkan punggungnya ke kursi.

"Okedeh, gue duluan ya, ayo Zicho!" ajak Echa pada lelaki yang sedaritadi sibuk menyaksikan keributan itu.

Tatapan mereka saling beradu dengan tangan yang masih menyakiti satu sama lain. Andre menjewer kedua daun telinga Ando, sedangkan Ando mencubit kedua pipi Andre.

"Sakit bego!" sungut Andre, pipinya mulai memerah dan terasa panas.

"Argh! Sakit!" teriak Ando takkala Andre semakin menguatkan jewerannya di telinga Ando.

"Lo!!! Lo lepasin dulu," titah Ando kepada Andre.

"Ogah!! Lo duluan?!"

"Yaudah, kita lepasin bareng-bareng, gimana?" usul Ando.

Andre mengernyitkan dahi sedikit ragu,"Lo janji bakal ngelepasin kan?!"

Ando menggangguk mantap, "Lo kira gue laki-laki apaan yang nggak menepati omongan."

Tatapan mereka semakin beradu, menelisik setiap celah-celah kebohongan yang mungkin bisa terjadi dalam kesepakatan mereka.

"Hitungan ke-3 harus lepas," ujar Andre.

"Satu!"

"Dua!" Tekanan jari-jemari mereka tak mengendor sama sekali.

"Tiga!!" Teriak mereka serempak dengan nada putus asa, tangan mereka masih menempel ke satu sama lain.

"Gue nggak ngerasain tangan kotor Lo ini lepas sedikitpun dari telinga gue!" pekik Ando geram.

"Lo pikir gue nggak tau! Kalau Lo semakin mencubit pipi gue kenceng!" sargah Andre tak kalah geram.

Mereka kembali menatap sengit ke arah satu sama lain, tak ada yang mau mengalah. Echa menatap kedua pria itu iba, bisa-bisanya mereka udah sebesar ini berantemnya malah seperti emak-emak rempong rebutan sembako.

Echa menghela nafas panjang takkala melihat Zicho yang malah asik menyoraki kedua teman prianya itu. Bukannya membantu! Malah Zicho membawa sekantong plastik kecil berusaha mengumpulkan uang dari orang yang menonton.

"Bapak-bapak dan Ibu-ibu silahkan pilih jagoan kalian dan masukkan uang kesini untuk menghormati usaha keras mereka!" Teriak Zicho pada para penonton.

TWINS HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang