Twins Heart: Pilihan

289 28 22
                                    

 SEBELUM BACA VOTE DULU YUK 🎉❤️ TERIMAKASIH, SARANGHAE ❤️

____________________________________

Zicho POV

Suara motor besar berwarna hitam terdengar nyaring di depan halaman rumah bergerbang putih tersebut, tak seperti biasa yang nampak sepi, sekarang terdapat sebuah mobil Lamborghini hitam terparkir. Zicho menghela nafas pelan seraya memasuki pintu rumahnya, ia tau siapa pemilik mobil ini.

Saat berada di ruang tamu netranya menangkap sesosok pria bersetelan Jaz hitam dan seorang wanita muda sedang duduk di kursi panjang seraya berbincang suatu hal.

"Zicho," panggilan pria itu berhasil menghentikan langkahnya.

Zicho berbalik dengan tatapan malas, ia tau apa yang akan dikatakan pria yang menyandang gelar sebagai papanya itu.

Pria berwajah oriental khas Indonesia itu menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekati Zicho disusul oleh wanita di belakangnya. Ia menatap lekat manik mata anak semata wayangnya, "kamu harus kembali ke Amerika Zicho," ujarnya.

"Tidak! saya harus bilang berapa kali kepada Anda, bahwa saya tidak akan kembali ke sana," balas Zicho penuh penekanan.

"Apa gara-gara gadis bernama Echa?"

Zicho nampak terkejut, darimana Papanya tau? "jangan sentuh dia, saya mohon," balas Zicho seraya menatap lekat wajah papanya.

"Kamu harus kembali ke Amerika Zicho!"

"Saya tidak bisa," balas Zicho, sekilas ia melihat perubahan raut wajah papanya yang tidak setenang biasanya sebelum akhirnya melangkah pergi.

Pria itu menghela nafas pelan, "Bagaimana kondisinya?" Ia membalikkan tubuh menghadap wanita yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

Wanita itu sekilas memandang punggung Zicho yang mulai menjauh, lalu beralih dengan menggeleng pelan.

Seketika tubuh pria itu luruh ke lantai, raut wajah yang selalu tampak tenang kini berubah getir, menatap  kosong ke arah kamar anak semata wayangnya.

Zicho menyandarkan tubuhnya ke pintu, pandangannya mengarah pada seisi ruangan berwarna hijau tosca itu. Tanpa sadar sebuah senyum tipis terbit di bibir pucatnya, matanya menelisik setiap foto yang tertempel di dinding dan dua buah boneka tangan yang terletak di atas nakas kayu, "mana mungkin gue sanggup ninggalin lo, Cha."

****
Echa mendorong sebuah pintu kaca di depannya, matanya berkeliaran mencari makanan  yang berjejer rapi di rak, "mana ya," .

Pupilnya refleks melebar, tangannya tergerak ke arah sebuah cemilan di rak bagian atas, "akhirnya ketemu," ungkapnya dengan lengan telah penuh beberapa bungkus tempe kriuk. Ia lantas melangkah menuju kasir dan membayar camilannya. 

Echa keluar dari toko itu dan mendongak ke atas, menatap langit mendung yang perlahan mulai menurunkan rintik hujan, "gue harus cepet pulang nih sebelum hujannya makin deras," ucapnya seraya memandang sekitarnya yang mulai basah. 

Breem ... brem ...

Namun niatnya terhenti, takkala melihat sebuah motor hitam  menerjang derasnya hujan tengah mengarah kepadanya. Echa mengerutkan keningnya bingung, motor itu tampak familiar baginya, "kayak kenal?" batinnya dalam hati, pandangannya masih fokus pada pengendara tersebut. 

Motor itu berhenti tepat di depan Echa dengan basah kuyup, pengendara melepas helmnya dan langsung berlari ke arah Echa dan memeluk gadis itu erat. 

Tubuh Echa mematung seketika, kantong plastik terlepas begitu saja dari tangannya. "Zicho?" ucapnya dalam hati.

Zicho semakin mengeratkan pelukannya. Ia teringat omongan papanya tentang Echa, ia sangat takut papanya akan melakukan hal buruk pada gadis itu, pria paruh baya itu akan melakukan segala cara untuk membuatnya kembali ke Amerika termasuk menyakiti Echa. Ia tak akan memaafkan dirinya sendiri jika hal itu benar-benar terjadi. 

TWINS HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang