Di sinilah mereka sekarang, berada tepat di antara deretan balok kayu yang tertata rapi nan menjulang tinggi. Disinyalir balok ini adalah kandang ayam milik Kakek Charlie.
Di sana terlihat sekitar 1000 ekor ayam potong bermain dengan bebas, tak lupa kotoran ayam pun bertebaran dan menempel dimana-mana, bau khas ayam juga turut andil dalam memeriahkan tugas hari ini. Pemandangan yang sangat indah haha.
Echa, Dinda, Vana, Zicho bahkan Andre yang menyandang gelar sebagai cucunya pun dibuat terperangah dengan apa yang mereka lihat didepan matanya sekarang.
"Ini... triknya ?" Sahut Vana sambil beberapa kali mengerjapkan kedua matanya tak percaya.
Ayam di sini tampak bukan seperti ayam biasa. Mengapa ? Karena setiap ekor ayam memiliki sebuah kalung dari kain yang melingkar dengan epik dilehernya, di kalung itu tercantum nama masing-masing ayam. Ya ! Ayam juga punya nama.
"Ekhem..."
Seketika mereka semua menoleh kearah sumber suara. Muncullah seorang laki-laki memakai Jaz hitam rapi datang ke arah mereka.
Ia melepas kacamata hitamnya dan tersenyum. "Saya Rico selaku pemandu kalian selama di sini, Kakek Charlie telah menyiapkan beberapa agenda penting untuk kalian jalani." Tuturnya dengan suara berat.
Melihat tak ada respon, yang ada hanya wajah melongo yang diperlihatkan kepadanya, Rico akhirnya melanjutkan penjelasannya.
"Di area ini kalian mempunyai tugas khusus yang menyenangkan, yaitu dari seribu ayam yang ada kalian harus bisa menemukan seekor ayam yang bernama "Tukiyem" ." Ucap Rico.
Vana tertawa hambar dan mengacak rambutnya frustasi mendengar penuturan Rico yang tak masuk akal menurutnya, "Bapak eh maksud saya Om, tujuan kita ke sini ingin berlatih bagaimana cara Kakek Charlie meluluhkan hati seseorang, bukan jadi peternak ayam kayak gini !" Balas Vana ngegas pada Rico.
"Ini adalah salah satu caranya, kalian hanya harus menemukan ayam itu sekarang, jika kalian tidak menemukannya kalian akan mendapatkan hukuman." Ujarnya datar namun terkesan tegas.
"Hukuman ?!" Teriak mereka serentak.
Rico mengangkat sebelah sudut bibirnya dan berkata. "Semoga berhasil." Lantas berlalu pergi meninggalkan mereka yang melongo.
"Kita... nyari ayam ?" Ulang Andre sambil menatap teman-temannya.
Seketika semua tatapan mengarah pada Andre. Termasuk Vana, ia pun melangkah perlahan mendekati Andre sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada, tatapannya begitu menusuk, pertanda siap menjadikan Andre mangsa empuknya.
Andre yang mengetahui itu perlahan melangkah mundur. "Vana kesurupan nih." Tekannya dalam hati.
Andre menelan ludahnya dengan susah payah, ia menatap Vana dengan tatapan ngeri. Bagaimana bisa seorang gadis menatapnya bak buronan.
Vana terus melangkah maju dan Andre terpaksa mundur, sampai pada akhirnya punggung Andre membentur tembok pembatas, tak ada jalan lagi dibelakangnya.
"Mati deh gue sekarang." Batin Andre sambil mencengkram pinggir celananya.
Andre menutup rapat-rapat matanya, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Ia telah pasrah jika Vana akan memukul atau bahkan membunuhnya sekarang, bagaimanapun ia yang bertanggung jawab atas kejadian ini. Dirasakannya Vana telah berada di depannya. "Ya Tuhan ampuni hamba." Lirihnya dalam hati.
"Lo ngapain tutup mata." Ucap Vana santai.
Andre mengerutkan dahinya dan mulai membuka mata, ia melihat punggung Vana pergi meninggalkan dirinya sambil membawa triplek. "Jadi tadi dia ke arah gue hanya mau ngambil triplek ? Bukan mau ngebunuh gue ?!! Alhamdullillah." Syukur Andre dalam hati sambil mengelus dadanya beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS HEART
Teen Fiction⛔FOLLOW Authornya untuk mendapatkan update cerita seru lainnya⛔ ___________________ Blurb : Dia bernama Zicho. Lelaki bermata biru yang memiliki penyakit jantung sejak kecil. Pria yang mengajarkanku apa itu arti cinta dan sabar yang sebenarnya. Pri...