Twins Heart : Tragedi Handuk

636 64 2
                                    

****

Beberapa waktu telah berlalu, tetapi Zicho tetap setia menemani Echa yang sedang menangis. Ia menunggu hingga gadis itu merasa tenang, dengan sesekali mengusap air mata Echa yang terus mengalir.

"Dasar manusia es !" Maki Echa sambil mengusap ingusnya yang terus keluar.

"Titisan kulkas berjalan !"

"Bisa-bisanya ngehujat Echa kayak gitu." Ucap Echa bertubi-tubi sambil mengusap ingusnya pada sapu tangan Zicho.

"Sabar Cha, Lo nggak seperti yang mereka katakan kok." Ujar Zicho berusaha menguatkan.

"Emang !" Sahutnya cepat.

Echa mengeluarkan seluruh ingus terakhirnya dengan sekuat tenaga, kemudian memberikan sapu tangan bekasnya pada telapak tangan Zicho. "Nih gue balikin, makasih." Ujarnya polos.

Zicho melongo memandangi sapu tangan kesayangannya itu, di sana jelas terlihat perpaduan antara air mata dan ingus Echa yang sedang tersenyum mengejek dirinya.

Bahkan Echa tak berinisiatif untuk mencuci kembali sapu tangan miliknya.

"Sabar." Batin Zicho sambil memasukan sapu tangannya ke dalam saku. Yang terpenting baginya adalah Echa tak sedih lagi sekarang.

"Ayo ke kelas, udah mau masuk jam pertama." Ajaknya pada Zicho.

Echa berdiri dari posisinya kemudian melangkah pergi.

Diliatnya Zicho terus mengikutinya dari belakang. "Kenapa tuh anak ngikutin gue mulu !" Ucapnya sambil sesekali menoleh ke belakang, ke arah Zicho.

Echa perlahan mulai merasa risih, Bagaimana tidak ? Echa belok ke arah kiri, ia ikut ke kiri, ia berhenti, Zicho ikut berhenti.

Echa mengacak rambutnya frustasi melihat kelakuan aneh Zicho, rasanya tak enak jika ada penguntit di hidupnya.

Echa membalikkan badannya hendak berbicara dengan Zicho."Lo ngapain ngi_"

Tetapi seketika ia tak melanjutkan ucapannya, karena ia melihat Zicho melewatinya.

"Jadi dia nggak ngikutin gue ?" Batinnya malu dalam hati. Ia kira Zicho mengikutinya tapi ternyata tidak. Echa melihat Zicho berlalu berbeda arah dengannya.

Echa melanjutkan perjalanan menuju kamar mandi, ia ingin menghapus make-up ondel-ondel ala.nya. Ia takkan mau jika disuruh make up lagi ! Trauma !

"Andai di sini ada Roland, tapi nggak mungkin, Roland kan lagi marah sama gue." Ujarnya lesu menundukkan pandangan menatap kakinya yang terus melangkah.

Echa tak marah sedikitpun sama Roland, mana mungkin ia marah pada orang yang ia cintai ? Ia hanya kesal Roland tertipu oleh mak lampir jahat.

"Mak lampir jelek kamu tuh !" Cerocosnya pada setiap ubin lantai yang ia lewati. "Ihh aku injek-injek kamu ya !" Ucapnya kesal sambil menginjak-injak ubin yang tidak bersalah.

Setelah kekesalannya terlampiaskan Echa kembali melanjutkan langkahnya.

Jauh dari tempatnya berdiri tak sengaja ia menemukan sosok Roland. Ia melihat Roland tengah berjalan santai. Mata Echa tak bisa berkedip atau bahkan lepas dari sosoknya.

Perlahan sosok Roland semakin mendekat ke arahnya. "Kok Roland semakin dekat ke sini, ini nyata nggak sih ?" Ucap Echa sambil mengucek kedua matanya.

Sampailah Roland tepat di depan Echa.

Echa memandangi lelaki di depannya lekat-lekat. Kemudian mengkerutkan wajahnya lesu. "Ini pasti khayalan !enyalah dari fikiranku Roland titisan kulkas !" Ujarnya sambil menggerakan tangannya ke atas dan berlalu melewati Roland.

TWINS HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang