Runner up

220 3 0
                                    

"Kapan kita bisa mengurus surat di pengadilan?"

Arya merasa tidak ada hal oksigen yang bisa dihirup, kala kalimat itu keluar dari mulut sang istri yang tengah berbaring di atas ranjang. Tak ada apa pun selain hawa panas yang menyerang indra pernapasan pria itu. Bahkan wangi minyak telon dari sang anak yang baru lahir hari ini tak mampu membuat udara di sekitar terasa baik.

"Apakah kesalahan Mas begitu fatal, Dek?"

"Tidak! Mas tidak pernah salah. Bukankah semua yang Mas pikirkan itu yang terbaik?"

Itu memang yang terbaik! Ingin sekali hati lelaki tersebut mengungkap kata itu. Namun, melihat Sherin yang menangis di hadapannya, membuat jantung pria itu serasa diremas-remas. Apakah perpisahan memang hal yang terbaik? Perpisahan yang baik hanya untuk kedua orang tua, tidak untuk anak. Bagaimana mungkin anaknya yang baru lahir harus disuguhi dengan perceraian mereka?

Pria memang selalu menggunakan logika, tetapi tidak dengan wanita. Hati wanita selalu selaras dengan apa yang diucapkan. Terlebih untuk Sherin yang baru saja mengalami sakitnya melahirkan. Hormonnya masih labil.

Segala perkataan bisa saja keluar dari orang yang sedang sakit hati dan Arya baru saja menanamkan sakit itu pada Sherin.

"Apa kamu yakin? Yakin bisa hidup tanpa Mas? Yakin bisa merawat anak sendirian?"

"Kita bisa mencoba."
Jawaban yang keluar dari mulut istrinya benar-benar membuat Arya seperti kehilangan hidup. Dia tidak bisa dan tidak akan pernah mampu. Sherin adalah hidupnya. Tidak perlu dicoba. Karena nyatanya Arya memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa.

Dia berjalan mendekat ke arah brankar di mana sang istri berbaring memunggunginya, untuk meletakkan sang anak pada pelukan wanitanya.

Sherin tertegun, apakah Arya benar-benar mengaminkan ucapannya? Namun, yang dia lihat adalah sebaliknya. Tubuh ayah dari anaknya terlihat bergetar.

Arya menangis, buliran bening yang menyesakkan dada itu sukses keluar menjadi buliran air mata. Hari-hari yang dia jalani sepertinya akan terasa berat setelah ini.

"Mas tidak bisa, Dek. Sekeras apa pun Mas mencoba, rasanya tidak akan bisa. Maafkan mas, Sayang. Mas mohon, kembalilah sama Mas."

"Kembali dan kecewa lagi? Sepertinya itu sangat indah."

Jawaban Sherin kembali menghancurkan harapan yang dipupuk Arya. Istrinya tidak bisa luluh semudah itu.

Kenapa Sherin meminta cerai? Apakah Sherin bisa mempertahankan pernikahannya dengan Arya? Akankah mungkin perceraian memang yang terbaik untuk mereka? Kuy kepoin novelnya? 😍😍😊

Kenapa Sherin meminta cerai? Apakah Sherin bisa mempertahankan pernikahannya dengan Arya? Akankah mungkin perceraian memang yang terbaik untuk mereka? Kuy kepoin novelnya? 😍😍😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Pangkat 3(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang