Tau gak rasanya dicuekin? Kek ada kamvret-kamvretnya gitu kan. Tau rasanya gimana gak? kalo setiap ditanya hanya dibalas dengan kata 'hm'. Rio mengumpat dalam hati kepada sang kekasih yang sedang asyik dengan apa yang di tekuninya sekarang.
Semenjak Ify menjadi pribadi yang sekarang, dia menjadi sering menonton Drama Korea. Setiap hari dia bahkan menyempatkan untuk menonton ditemani oleh Rio terkadang juga Deva.
"Fy..." tak terhitung sudah keberapa kali dia memanggil.
"hm" Rio mengambil nafas, menghembuskannya.
"Jalan yuk!"
"Kemana?" Ify masih tetap fokus dengan tivi di depannya.
Rio bungkam, sebenarnya dia tak tahu akan kemana. Hanya refleks saja tadi.
"Ya kemana aja. Ayokk!"
"Males kalo gak ada tujuan. Nanti pasti gak jadi akhirnya pulang juga kek kemaren."
Rio meringis, dia jadi teringat dengan peristiwa kemaren sore. Ya seperti ini, saat dia tak dianggap kehadirannya oleh sang kekasih. Dia mengajak Ify jalan tanpa tujuan. Dan Ify mengiyakan, namun baru setengah perjalanan mereka balik lagi. Dengan alasan Rio bingung mau kemana. Kan kampret!.
Rio kembali membujuk Ify.
"Kalo ke rumah Sivia aja gimana?"
Ify menatap Rio sesaat, kemudian kembali fokus dengan kegiatannya.
"Males, lagian gak ada jadwal kumpul."
"Aihh.. Yaudah deh nonton drama aja terus."
Rio beranjak menuju kamarnya. Lagi-lagi dia harus mengumpat dalam hati ketika hanya dijawab deheman. Bodo amat, Fix dia ngambek!
Ify mengambil kotak tisu di hadapannya. Mengusap pipinya yang basah akibat air mata. Drama korea bikin baper, bikin dia nangis.
###@@###
"Kak makan yok, noh mama udah nyiapin makan."
Rio masih asyik dengan psp milik Ray di tangannya. Membalas ajakan Ify dengan deheman. Efek cuek-an sang kekasih tadi masih membekas dalam hatinya. Menumbuhkan niat untuk membalas perbuatan sang kekasih.
"Ishh gak usah pake ngambek segala. Iya deh maafin Ify udah cuek-in Kak Rio tadi."
"Cium dulu!"
Ify mendelik, apa-apaan Rio ini. Dia sudah akan mengumpat. Namun, sebisa mungkin dia tahan.
"Ogah! Gak usah kebanyakan gaya. Cepet turun!"
"Aishh pokonya cium dulu!"
"Ogah, gak mau makan yaudah. Gak rugi juga."
Ify meninggalkan kamar Rio, menuruni tangga dengan kaki menghentak-hentak kesal. Duduk di samping Mama Manda dengan tampang cemberut. Ray, Iyel, dan Deva hanya diam saja. Tak berniat bertanya.
"Kenapa sayang?"
"Tauk Mah, udah ayo cepetan makan."
"Tapi Rio belum turun Fy."
"Dia gak mau makan Mama biarin aja."
Mereka semua menurut memilih untuk segera menyantap hidangan yang telah disiapkan. Mama Manda sesekali berbicara, mengenai acaranya yang akan pergi bersama Papa Zeth untuk pergi ke Paris selama 2 Minggu. Menitahkan anak-anaknya agar menjaga diri dengan baik. Yamg dibalas dengan anggukan.
"Aishh gak ada yang manggil gue apa?" gerutu Rio yang sedang memencet asal psp milik adiknya. Sebisa mungkin ia tidak turun, menahan segala ke-keroncongan perutnya yang meminta untuk segera diisi. Namun, dengan segala kegengsiannya dia berusaha untuk menahan.
"Gue laperrr."
Ray dan Deva tertawa cekikikan di depan pintu kamar Rio. 2 tuyul itu akan bermain ps di kamar Ray yang otomatis akan melawati kamar Rio. Awalnya tak ada niat dalam hati untuk menjahili pemuda itu. Namun, niat itu langsung dipatahkan dengan mendengar ucapan Rio dari dalam kamar.
Ray mengambil kunci di atas meja depan kamar, lalu dengan pelan dia mengkombinasikan kunci dengan lubangnya. Dengan begitu Fix Rio terkunci dari dalam.
"Kabur Dev kabur." Ray memberi aba-aba kemudian meninggalkan kamar Rio dengan kunci yang menggantung di pintunya, memasuki kamar mereka masing-masing.
Sementara dari dalam..
"Bodo amat lah sama gengsi."
Rio beranjak, memutar knop pintu. Dahinya mengernyit saat dirasa pintunya tak bisa di buka. Dia mencari kunci di atas nakas.
"Sial.. Di luar masih ada kuncinya. Woy buka woyy!!!"
***************
Ify duduk melamun di sofa. Mama Manda sudah berangkat selepas makan bersama tadi. Dan abangnya memilih untuk berkencan bersama Shilla.
Rio? Entahlah kekasihnya itu memilih ngambek dan tak mau keluar dari kamar. Dia mah gak peduli. Kalo sakit ntar juga tau rasa.
Masa sih Fy gak peduli? Bodo amat dah habis dia ngeselin. Batinnya bercakap ria.Cukup lama dia diam, berfikir. Kalo Rio beneran tidak makan terus sakit bagaimana? Akhirnya dia mengalah. Beranjak dark duduk santainya untuk membujuk sang kekasih.
"Woyyy buka woyy!!"
Samar-samar dia mendengar suara Rio. Pintu kamarnya serasa di dobrak. Dia mempercepat langkahnya.
"Kok bisa kekunci?"
Dia memutar kunci, dan membuka pintu kamar. Rio terdiam mematung. Nafasnya memburu menahan emosi.
"Kok bisa kekunci sih kak?"
"Gak tahu."
"Yaudah ayo turun, makan!"
Rio menurut mengekor Ify keluar dari kamar. Dari kamar Ray terdengar 2 tuyul di dalam sedang tertawa cekikikan.
'Awas loe berdua!'###########
"Kak Rio gak makan berapa tahun sih?"
Rio meringis mendengar pertanyaan Ify. Meminum separuh air dalam gelas sebelum menjawab.
"Laper Fy."
"Siapa suruh sok-sok'an ngambek. Gaya sih loe!"
Rio mengerucutkan bibirnya. Kemudian, kembali melahap makanan di depannya. Ify hanya menatap Rio sambil diam.
"Cepat mandi! Malam ini kita jalan."
"HAH?"
############
"Kita mau ke mana?"
Rio tak menghiraukan ucapan Ify. Masih tetap fokus pada jalanan di depannya yang masih sedikit lenggang. Bukan malam minggu jadi sedikit sepi.
Ify yang tak dijawab pertanyaannya mendengus. Kemudian pasrah menatap jendela yang langsung terhubung dengan jalanan."Turun." Titah Rio setelah beberapa saat mobil berhenti. Membukakan pintu untuknya. Dia menurut menatap hamparan ilalang yang dulu pernah ia kunjungi.
"Tempat ini.." Rio tersenyum, dia jelas ingat tempat ini. Sewaktu kecil dulu, dia bersama Agni, Ify, Iyel, dan keluarganya yang lain sering bermain di sini.
"Aku udah lama banget gak ke sini. Kemaren Bang Iyel yang sempat ke sini bersama Shilla." masih dengan keterpesonaannya Ify mengikuti langkah Rio yang sedikit lebar darinya. Membawanya ke padang yang luas itu.
"Makasih kakak..."
#################
Numpang lewat yak :-)
Ayo vomentnya vomentnya.
Lalalalala. See you next part. :-* :-*