Hai guess berapa lama nihh ngarett. Ini udah usaha banget untuk next.. Jadi voment ya supaya aku lebih semangat nuliss.
*****
Agni mengikuti Ify berlari menuju rumahnya. Ia tau, bahkan sangat tau dengan apa yang dirasakan oleh Ify. Kedatangan Iyel semakin membuka luka yang belum sepenuhnya sembuh di hatinya. Ia membuka knop pintu kamar Ify pelan.
'untung belum dikunci' batinnya.Dilihatnya Ify meringkuk di atas ranjang sambil terisak. Perih ya perih hatinya melihat Ify. Tak terasa air matanya juga hampir jatuh.
"Fyy." ucapnya pelan menyamai lirih. Tangannya terulur menyentuh bahu gadis yang bergetar itu.
"Agg hiks hiks dia kembali ag gu-gue ta.. kutt hiks hiks" Ify bangkit dari tidur meringkuknya langsung memeluk Agni menumpahkan semuanya.
Tangisan dan isakannya semakin tak karuan. Ia kecewa kecewa dengan Iyel kenapa? Kenapa Iyel kembali disaat dirinya sudah nyaman dengan dunianya yang sekarang. Apa tidak cukup mereka-iyel&papa- menyakiti dia dan sang mama dulu. Hingga membuat dia kehilangan sang mama, ya dia tau Iyel tak sepenuhnya salah dalam hal ini.
Namun, entah kenapa hatinya masih saja tak menerima jika Iyel kembali.
"Udah Fy, jangan ditangisi mungkin ia kembali karena ingin memperbaiki semuanya."
"Sulit Ag sulit.. Rasanya hati gue susah banget buat nerima dia lagi di dalam kehidupan gue dan Deva."
"Pelan pelan loe akan nerima dia Fy."
******
Rio berhenti melangkah saat dia akan mengetukkan jarinya pada pintu kamar Ify. Samar-samar ia mendengar suara 2 anak gadis itu. Dia bernafas lega setidaknya Agni bisa membantu menenangkan Ify.
Ahh lebih baik dia menunggu di ruang tamu ajalah. Sapa tau nemu makanan.
"Ehh Dev, tumben lu balik biasanya betah loe ama si gondrong." tegurnya saat melihat Deva yang pulang dengan wajah kusut tak seperti biasanya yang selalu ceria.
"Kak tadi bang Iyel? Abang gue?." bukannya menjawab Deva malah mengajukan pertanyaan yang cukup sulit untuk Rio jawab.
"Kenapa loe diem kak?"
"Iya Dev, tadi abang lo."
"Serius loe?? Moment yang paling gue nantikan akan segera tiba." ucapnya lirih.
"Maksud loe?" jauh dari pikiran Rio ternyata Deva malah senang atas kehadiran Iyel di kehidupannya.
"Gue akan cerita tapi kita duduk gue capek juga kalik habis joging."
"Elehh dasar lu jones minggu-minggu cuma joging, kek si Ozy noh hari minggu dah apel di rumah sebelah."
"Bodo amat gue masih nunggu Keke. Ehh lu jadi gak sih kak dengerin cerita gue?."
"Heheh jadi, yok duduk anggap aja rumah sendiri."
"Ini rumah gue. Elahh-_-."
Tak memperdulikan ucapan Deva, Rio segera duduk. Eh akhirnya tuh orang ngintil juga duduk di sampingnya.
"Jadi mulai ceritanya."
"Ini gue udah pernah ceritain ke ray. Jadi.."
"Ehh sebelum cerita ambil nafas dulu."
"Hufftt.. Ini cer..."
"Ehh mending kita minum dulu biar rileks soalnya gue haus Dep. Loe ambilin yak." dengan amat sangat terpaksa Deva menuruti kemauan kakak sahabatnya itu serta sahabat kakanya itu.
"Nihh minum dulu!"
Ucapnya sambil menaruh 2 gelas orange juice ke meja.""Oke loe bisa cerita."
"Jadi ini.. Cer...."
"Sebelum cerita kita baca do.."
"KAK RIO, SUMPAH GUE KESEL BANGET SAMA LOE!!"
"Wkwkwk piss Dep.-v-."
"Tauk ah."
"Yahh jangan marah donk udah gih cerita."
"Janji loe gak potong?"
"Iya dah.."
"Gue dari dulu selalu pengen ngumpul sama keluarga gue, kak Ify, Bang Iyel, Mama, Papa. Yah meskipun Mama udah gak ada setidaknya gue bisa berkumpul sama yang lain. Gue pengen bisa tinggal sama kak Ify, Bang Iyel dan Papa."
Rio merangkul Deva memberikannya kekuatan.
"Loe tau tadi Ify nangis karena Iyel balik lagi ke kehidupan kalian." Deva cukup kaget dengan penuturan Rio. Kakanya nangis??.sungguh hal.yang mustahil.
"Gue tau perasaan loe Dev, mungkin loe saat ini harus ngertiin perasaan Ify yang belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran mereka."
"Iya kak gue ngerti kok."
********
"Kita ke bawah yok Fy." ajak Agni dan Ify hanya mengangguk mengiyakan. Tanpa kata sama sekali. Sampai di anak tangga terakhir mereka nampak mendengar obrolan Rio dengan Deva."Gue dari dulu selalu pengen ngumpul sama keluarga gue, kak Ify, Bang Iyel, Mama, Papa. Yah meskipun Mama udah gak ada setidaknya gue bisa berkumpul sama yang lain. Gue pengen bisa tinggal sama kak Ify, Bang Iyel dan Papa."
Agni akan menghampiri mereka namun, lebih dulu Ify menahan lengannya. Ify ingin mendengar jawaban Rio untuk adiknya itu.
"Loe tau tadi Ify nangis karena Iyel balik lagi ke kehidupan kalian. Gue tau perasaan loe Dev, mungkin loe saat ini harus ngertiin perasaan Ify yang belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran mereka."
"Iya kak gue ngerti kok."
Ify tersenyum tipis Rio selalu mengerti perasaannya. Namun, mendengar cerita Deva sepertinya dia juga harus berusaha untuk mewujudkannya.
Sementara Agni melihat Ify, ia bisa melihat senyum Ify yang mungkin sudah lama menghilang. Dan itu semua ia yakini juga atas perkataan Rio, abang sepupunya itu. 'Kalian berdua akan jadi jodoh yang pas.' batinnya mengulang kata-kata Mama Cakka beberapa waktu silam saat dirinya diajak kakak tingkat kelasnya itu berkunjung ke rumah. Mamanya Cakka bilang jika dia pacaran sama Cakka maka akan jadi 'jodoh yang pas.' seperti iklan di tv. Oke back to the Ify Ag Cakka terus elah perasaan. Mungkin ini yang namanya cinta. Whatt cinta ogah!. 'lah Ify mana?' ohh dia sudah menghampiri Deva.
"Kalo itu yang loe mau Dev, gue akan coba." Ify mengucapkan kata yang sebenarnya sangat sulit itu. Deva dan Rio agak terkejut mendengar suara Ify yang tiba-tiba datang. Namun, tak bisa percaya juga dengan apa yang mereka lihat saat ini. Ify? Ify tersenyum. Hal yang paling Deva rindukan. Kakaknya itu tersenyum.
"Dev kok lo nangis?" Ucap Ify begitu melihat Deva menjatuhkan air matanya.
Deva mengusap air matanya.
"Gue seneng kak, gue seneng loe bisa tersenyum lagi. Hal yang paling gue impikan. Hikss.""Ehh udah donk Dev. Loe tuh cowok harus kuat." Ify merangkul Deva penuh sayang.
"Kak gue mau.. Gue mau loe tersenyum terus." pinta Deva setengah memaksa.
Ify tersenyum, entah kenapa hatinya sudah mulai terbuka untuk membuat Deva merasa bahagia. Dan ia pun merasakan sesuatu yang lain saat ini. Hatinya sedikit tenang. Ify memegang kepalanya. Tiba-tiba saja pusing menyerang.
Dan gelap.********
Bau obat, itulah yang ia rasakan saat ini. Tangannya pun sedikit ngilu karena tertancap jarum infus. Ahh ternyata ini di rumah sakit. Ify mengingat-ingat apa yang terjadi dengannya? Ohh iya dia tadi pingsan saat berada di ruang tamu bersama Rio dan Deva serta Agni. Ify menghela nafas panjang. 'jam 9 malam' gumamnya saat melihat jarum jam rumah sakit menunjuk angka 9 dan 12.
Cklekk
Pintu ruangan kamar rawat Ify terbuka muncul sesosok pria dewasa. Bukan! Dia bukan Rio melainkan....
"Papa.." lirihnya. Menutup mulut. Luka yang tadi sempat terbuka di hati mulai terkuak lebar setelah melihat pria ini. Ya memang dia sudah berjanji untuk berusaha menerima papa dan Iyel namun bukan sekarang ia butuh waktu.