ekstra part

4.6K 144 4
                                    

Gadis itu menengadahkan kepalanya ke atas, langit yang mendung di sore hari ini sudah sedikit demi sedikit menitikkan air hujan. Dia memejamkan matanya membiarkan rintikan air hujan itu membasuh wajahnya tetes demi tetes.

Cupp.

Benda empuk nan kenyal terasa sekali mengecup pipinya, tanpa membuka mata dia sudah tau siapa yang melakukan itu.

"Hujan nih masuk yuk!"
Dia menggeleng,

"Biarin dulu, aku masih ingin di sini,"
Jawaban gadis itu membuatnya berdecak.

"Nanti kamu sakit, Fy." ucapnya geram.

"Hanya gerimis kecil ini," Ify tetap keukeh dengan pendiriannya, masih dengan memejamkan mata. Ia merasakan orang itu duduk di sampingnya. Kemudian menarik kepalanya agar bersandar pada pundak pemuda itu.

"Masuk ya, kasian yang ada di sini," pemuda itu tampak mengelus perutnya yang sedikit membuncit. Akhirnya dengan terpaksa dia menyetujuinya.

"Tapi, kak Rio gendong Ify ya, males jalan nih,"

Rio tak bisa lagi menyembunyikan senyum manisnya, dengan senang hati dia menuruti permintaan gadisnya, ahh bukan gadisnya lagi, tapi sudah menjadi wanitanya. Wanita yang tengah mengandung buah hatinya yang baru berusia 3 bulan itu.

Dengan hati-hati dia membawa Ify ala bridel style memasuki rumah mewah bergaya eropa hadiah dari kedua orang tuanya 5 bulan yang lalu. Tepatnya setelah dia mengucap sah di depan penghulu, saat meminta Ify untuk menjadi bagian hidupnya.

Pelan, dia membaringkan Ify di dalam singgasana itu. Gadisnya itu menatapnya, seperti ingin meminta sesuatu. Dia menaikkan sebelah alisnya menunggu gadisnya itu berbicara.

"Kak Rio, sini!" Ify menepuk ranjang kosong di sebelahnya, tersirat bahwa ia harus merebahkan diri. Tanpa pikir panjang dan senyum itu hilang dia menuruti keinginan sang istri tercinta.

Ify langsung saja memeluk Rio, menyusupkan tubuh mungilnya dalam pelukan hangat sang suami, hujan yang semakin deras bagaikan lagu sebagai penghantar tidurnya.

"Ify tidur dulu ya, kak. Kalo nanti magrib bangunin," Rio mengangguk mengusap-usap punggungnya. Semakin mengeratkan pelukan itu. Membawanya ke alam mimpi.

***

"Aku pulang..." Rio memasuki rumahnya, mengendorkan sedikit dasi yang terasa mencekik lehernya. Terlihat Ify keluar dari ruang dapur. Dengan perut yang sudah membesar itu membuat istrinya kesulitan berjalan.

Ya kandungan Ify sudah memasuki usia 8 bulan seminggu yang lalu. Senang bukan, sebentar lagi akan ada anggota keluarga baru di rumah itu. Darah dagingnya.

Ify dengan langkah pendek terkesan lamban menghampirinya. Kemudian mengecup punggung tangan sang suami, dibalas Rio dengan ciuman hangat di keningnya.

"Biar aku aja yang bawa," tolak nya ketika Ify akan mengambil alih koper yang ia bawa. Bagaimana mungkin ia tega membiarkan gadis itu dengan perut yang besar dan sedikit kesulitan berjalan membawa kopernya.

"Bagaimana keadaan anak ayah? Gak rewel kan sama bunda?" tanyanya setelah menuntun Ify ke arah sofa tunggal di ruang keluarga. Ify tersenyum, mengelus pelan perutnya itu.

"Gak kok, dia sepertinya tau kalo ayahnya sedang tidak ada."

Deg. .

Ify sedikit meringis menahan gerakan samar di perutnya.

"Kenapa dear?"

Love Pangkat 3(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang