Ify dan Agni baru saja menyelesaikan aktivitas memasak mereka, dan keduanya sedang menanti 2 orang yang rempong dalam hal fashion. Bahkan mandi saja harus pake lulur herbal? dan memerlukan waktu beberapa jam untuk menyelesaikannya. Via dan Shilla sangat berbanding terbalik dengan Agni dan Ify, jika AgniFy lebih heboh dalam hal olah raga lain halnya dengan ShillVi yang heboh dalam urusan fashion dan penampilan mereka, meskipun begitu tak merenggangkan hubungan mereka sebagai seorang sahabat.
Yahh urusan masak sudah terselesaikan saatnya menemui si cecunguk yang berada di beranda rumah katanya untuk merundingkan proposal. Katanya? katanya loh ya, tak taukah mereka apa yang dilakukan trio twins sekarang.
.......//........
Pemuda dengan baju putih dilapisi jaket coklat muda itu menatap sebuah gundukan tanah di hadapannya. Matany memanas melihat sebuah nisan bertuliskan 'Gina Sonia binti Umari' yang meninggal 11 tahun yang lalu.
dering ponsel menyadarkan pemuda itu dari aktivitasnya yang sekarang. Tak mau membuang waktu dia segera memencet tombol hijau di layar handphone-nya.
-papa calling..
"Halo pa."
"assalamualaikum Iel" tegur seseorang dari seberang sana.
"Hehehe waalaikum salam papaku."
"Gimana kamu sudah tiba di Indonesia? apa kamu sudah jumpa dengan mereka?"
"Iya pa, Iel sudah tiba namun belum bisa menemukan mereka, Iel sekarang berada di makam mama." Pria di telepon itu yang tak lain adalah ayah dari Iel, Gabriel Stevent menghela nafas. Cukup merasa bersalah atas kejadian beberapa tahun lalu sampai menyebabkan seseorang wanita yang dicintainya meninggalkan dunia dan anak-anaknya.
"oke jagoan, papa tunggu kabar baiknya, dan untuk sementara kamu bisa tinggal di rumah tante kamu dan bersekolah di sana papa sudah menyiapkan semuanya."
"Baik pak bos, laksanakan!"
Jawab Iel dengan semangat dan membuat papanya terkekeh.
"papa tutup dulu, assalamualaikum."..tut..
sambungan dimatikan dan Iel menghela nafas lalu tersenyum manis, semanis gula satu kilo yang dicampur dengan segelas air,, ulala
...........//..........
"Masya Allah!" pekik Via tertahan melihat apa yang terjadi di hadapannya saat ini, bukan hanya Via melainkan Ify Via dan Agni. Namun, mereka tak selebay Via. Yapp Via super duper kaget di hadapan mereka para trio twins lagi kayak kecoa yang ketaburan kapur barus, gimana tidak? badan mereka putih semua dengan tepung ckck, kiranya mereka akan menyelesaikan proposal, Ehh malah jadi anak kecil gini dasar_-.
"Gue kira tuh proposal udah selesai." keluh Via.
"Kan kita mau nyelesein bareng"
"Woy kak sipit loe kira donk, kita yang masak kalian yang bikin proposal!"
"Yah kita kan gak tau."
Polos? polos banget jawaban Alvin membuat Via ingin mencekiknya, teman-temannya cekikan sendiri melihat muka Via yang merah padam menahan emosi.
"Eh eh udah apaan sih pada debat ayo makan, gue dah laper nih dari tadi." Cakka yang gak enak melihat muka Via akhirnya mulai menengahi.
"Huu makan mluluk lo kka, pantes tuh perut gak kempes-kempes." ucap rio sambil meninju pelan bahu Cakka.
"Oke serbuuu!!!!" Seru Cakka.
.......//.......
hufttt.. hari yang melelahkan bagi seorang Sivia, hari ini dia ingin memanjakan tubuhnya barang sebentar untuk tidur. Pulang dari rumah Ify tadi Ia segera ke rumah.
Cklekk..
"Bagus anak sekolahan mana loe jam segini baru pulang, sekolah udah bubar dari tadi woey." Via yang ingin menaiki tangga menuju arah kamarnya membalikan tubuhnya. Matanya membelalak melihat seorang yang dilihatnya sedang duduk di sofa sambil menyeruput jus jeruknya.
"Bang Iel!!! gue kangen tauk."
pekiknya senang, karena Iel, kakak sepupunya berada di rumahnya. Segera ia berlari ke arah Iel dan memeluk sepupunya itu erat sampai susah bernafas.
"Via adek gue yang paling imut gendut, eh keceplosan. Gue juga kangen sama lo, cablak lo, kesarap-an lo, gue kangen."
tukk..
Via yang tak terima dengan ucapan Iel pun mengetuk pelan kepala Iel.
"Aduhh sakit tau Vi,"
"Loe niat muji atau ngrendahin gue??"
"Dua-duanya yang jelas gue kangen sepupu gue yang cerewet ini."
Iel sepupu Via, ayah Iel abang dari bunda Via, yang tinggal di Singapore. Iel sering ke Indonesia namun, bukan di Jakarta melainkan di Bandung di rumah neneknya.
"Vi, gue sekarang tinggal di sini dan sekolah bareng loe."
"Hah, demi apa lo bang? ah loe pasti bercanda, loe mau tinggal di sini mau membuat kasih sayang mama pindah ke tangan loe? mau membuat uang saku gue harus dibagi dua sama loe, yaelahh bang tega amat sih loe."
'Ya allah sebegitu gesreknya kah adik saya' batin Gabriel. Mana ada ya, orang yang seperti Via ini. Kalo orang lain pasti seneng jika abang sepupunya yang disayang tinggal bersamanya, lain halnya dengan Via yang malah langsung kumat dengan ke-gesrekannya meskipun niatnya hanya bercanda.
Mama Via memang sangat menyayangi Iel layaknya anak sendiri, karena sedari kecil Iel memang kurang kasih sayang dari seorang ibu. Jadi, kalo sudah ada Iel pasti mama Via akan membagi kasih sayang tersebut dan Via akan seperti anak tiri, kasian sekali Sivia...
"Aelah Vi, gue gak akan minta uang saku loe yang gak seberapa itu. Tapi kalo masalah tante lebih sayang sama gue ya gue gak nanggung secara gue ganteng kek gini."
"Ahh masih gantengan juga kakek."
"Etdah Vi, kakek kan udah gak ada ngapain loe bawa bawa?"
"Upss, keceplosan."
"Ngekk??"
"Udah ah, besok kan minggu jadi libur. Loe akan gue ajak ketemu sohib gue."
"Siapa Alvin? cowok yang kata loe ganteng itu??"
Haha Via ketauan sering bicarain Alvin. Dududu..
"Bukan Kak Alvin aja sih tapi ada yang lain juga, Ify, Shilla, Agni, Kak Rio sama Kak Cakka."
degg. ada apa dengan Iel, kenapa hatinya bergemuruh setelah mendengar nama-nama sahabat Via, duhh ada apa dengan dirinya??.