4.Ifynya Mama Manda.

4.7K 211 1
                                    

"Salah dek, harusnya ini itu dijalanin ke kanan bukan ke kiri."

"Ohh trus yang ini, berarti ke sini kan kak"

"Iya adek pinter, tos dulu!"
"Hehe,"

"Iel!!"

"Papa!"
"Ayo ikut papa!"

"Papa mau bawa kakak kemana? Alyssa mau ikut."

"Alyssa di rumah aja ya sayang, sama mama sama Adek Deva."

"Enggak Alyssa mau sama kak Iel, kakak hiks hiks."

"Iya pa, Iel mau sama Alyssa Iel mau main sama Adek gak mau ikut Papa."

"Kali ini nurut sama papa oke ayok."

"Kak Iel, kakak!!"

"Alyssa."

"Kak Iel."

"Kak Iel." Ify terbangun dari tidurnya, huftt,, ia menghembuskan nafas pendek. Mimpi itu lagi, mimpi yang sering kali menyerang tidurnya. Mimpi yang nyata pernah dialaminya, 'Ya Allah' seru Ify dalam hati. Ify melihat jam dinding rumahnya "Setengah 7." gumanya.

Setelah sholat subuh berjama'ah bersama Deva tadi ia memilih untuk meng-istirahatkan tubuhnya karena dirasa sedikit kurang nyaman, sedangkan Deva memilih untuk joging bersama Ray karena ini hari Minggu, harinya para jones untuk mencari pasangan di taman siapa tau ada yang nyantol dengan mereka berdua.

Ify menuruni tangga menuju arah dapur, sehabis bangun tadi Ify menggerakan tubuhnya ke arah kamar mandi, untuk mandi tentunya.

Ia memijit pelipisnya, huh pusing mendera kepalanya. Karena tak tahan dengan badannya yang kurang enak itu, Ify memutuskan untuk berkunjung ke rumah depan, rumah siapa lagi kalo bukan rumah Rio, si kucing.

cklekk..
"Ify," Mama Manda tersenyum menyambut kedatangan gadis ini. Beliau mengerutkan dahi agak berbeda melihat penampilan Ify, Wajahnya sedikit pucat. 'apa sakit?' batinnya.

"Ma.. Ify boleh masuk."

"Ehh iya tentu sayang, ayo!"

"Kamu sakit Fy?" Ify menggelengkan kepalanya yang di letakkan di bahu Mama Manda, tak tahan dengan pusing yang mendera. Mereka duduk di sofa ruang keluarga dengan dihibur oleh sebuah tivi yang menayangkan acara 'gosip' khas emak-emak.

"Udah makan?" Ify menggeleng lagi, karena cukup lelah dengan posisi seperti itu akhirnya Ify merebahkan tubuhnya di sofa dengan pangkuan Mama Manda sebagai bantal kepala.

Mama Manda heran dengan tingkah Ify, ia mengusap rambut gadis itu, tangannya tak sengaja tersenggol? sedikit dahi Ify.

"Astaga Ify, kamu sakit sayang." Ucapnya panik,

"Ify gak papa kok Ma."

"Gak papa gimana? udah ayo kita ke kamar, isrirahat!" Mama Manda berusaha untuk membantu Ify berjalan ke kamar dimana biasanya Ify selalu tidur jika menginap.

brukk..

Belum sampai lima langkah tubuh Mama Manda hampir terhuyung karena menahan berat badan Ify yang pingsan tiba-tiba.

"Rio, yo bantuin Mama nak!!"

..........//..........

"Rio, Yo bantuin Mama Nak!!" Lelaki yabg sedari tadi menatap genting rumah dari atap rumah depan rumahnya*ngerti?* saat ia memandang rumah itu entah menjadi ke-asyikan sendiri baginya. Rumah yang setiap harinya akan muncul sesosok bidadari cantik. Hm, tapi cuek jangan lupakan itu! siapa lagi kalo bukan Ify.

"Yoooo!" Sudah terhitung ini teriakan Mama yang kedua kalinya.
Dia harus segera keluar kalau tak ingin mendapat serangan mematikan.

Cklekk. Rio masih dengan santainya melangkah keluar kamar, tiba-tiba matanya melotot sempurna melihat wanita yang sudah lumayan tua itu berusaha menyangga tubuh seorang gadis yang pingsan. Segera cepat ia berlari untuk membantu wanita itu yang tak lain adalah sang mama.

"Kamu ngapain aja sih??" cicit sang mama agak sebal.

"Maaf Ma, ini Ify kenapa?" tanyanya sambil membantu Mama Manda menyanggah tubuh Ify, setelahnya ia mengambil alih Ify dan membopongnya.

"Ify pingsan, kayaknya sakit. Kamu bawa Ify ke kamarnya gih mama mau siapin obat sama makanan buat dia!"

"Ke kamar Rio aja ya ma, soalnya kamar Ify agak jauh juga."

"Yaudah cepetan gih."

*****

Mama Manda masuk ke dalam kamar Rio, matanya memanas melihat anak gadis yang sudah lama mengisi hatinya itu terbaring lemah. Dia sangat menyayangi anak ini, persahabatannya dengan sang ibu kandung Ify membuat Manda menaruh hati kepada Ify, dan menganggapnya seperti anak sendiri, bahkan kasih sayangnya untuk Ify melebihi kasih sayang untuk kedua putranya. Bahkan sang suami pun, menyuruh putra sulung mereka, Rio. Untuk menjaga Ify dan melindunginya. Bagaikan anak tiri kan si Rio, namun tak masalah karena Rio senang hati melakukannya, walau tanpa diperintah oleh kedua orang tuanya. Dan itu membuat mereka bangga kepadanya.

"Ma." gadis yang cukup lama pingsan akhirnya membuka matanya, membuat mama Manda tersenyum lembut.

"Makan dulu sayang," Ucapnya seraya menyodorkan satu suap nasi beserta lauknya di depan mulut Ify, dan segera dilahap oleh gadis tersebut.

"Ify mau minum ma." dengan sigap mama Manda mengambil gelas di atas nakas dan menyerahkannya ke Ify dan gadis itu meneguk seperempat dari air gelas, Mama Manda melanjutkan acara menyuapi Ify namun gerakannya terhenti saat Ify memeluknya.

"Kenapa sayang?"

"Ify ngerepotin mama lagi, maaf ya?"

"Haha kamu gak ngrepotin mama sayang, udah kamu kan lagi sakit, ini makan dulu."

"Ify gak mau makan ini ma." rengeknya masih tetap mempertahankan posisinya, memeluk mama Manda.

What?? apa tadi?, pekiknya dalam hati. Duhh dia bener-bener kesel, pasti setelah ini dia akan di-anak tirikan oleh mamanya. Seperti sebelum-sebelumnya saat Ify sakit dia akan manja kepada sang mama dan setelah itu dirinyalah yang akan menjadi korban, mama pasti akan menyuruhnya membeli yang Ify mau, huh sabar.

"Ify mau bubur tinutuan ma."

"Ohh iya nanti biar kak Rio yang beli'in tapi kamu juga harus makan nasi dulu ya sayang."

Cukup lama Rio bersandar di depan pintu kamar untuk menyaksikan bagaimana pemberian kasih sayang mamanya dalam memanjakan gadis itu.

'Dasar Ify kalo sehat aja jutek ke gue, giliran sakit gue yang jadi korbannya' gerutu batinnya.

Akhirnya dengan pemikiran dan pertimbangan cukup lama Ify mau memakan nasi asalkan nanti Rio akan menuruti segala keinginannya. Tuhkan bener, Rio lagi yang kena??..

Love Pangkat 3(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang