19.

3.5K 138 3
                                    

Prank..

Bunyi sesuatu membuat Rio yang baru saja akan memejamkan matanya kembali terjaga. Suara itu berasal dari bawah, takut akan terjadi sesuatu dia pun beranjak untuk melihat.

Dia sekarang berada di kediaman Umari. Karena, masih merasa bersalah dengan gadisnya itu. Akhirnya, ia tidur sekamar bersama Iyel dan Ray tidur di kamar Deva.

"Hissh pake jatuh." terdengar gerutuan dari seseorang. Rio menuruni anak tangga satu per satu, terlihat ruang dapur rumah keluarga Umari menyala.

"Kamu ngapain?" Ify terlonjak kaget saat akan memungut panci yang baru saja ia jatuhkan dari rak.

"Maaf aku ngagetin."

Suara itu kembali terdengar, membuat dia menoleh ke sumber suara. Rio, pemuda berkaos putih dengan hanya memakai celana trining itu menatap ke arahnya. Dia berdiam tak mau menyahut. Rasa kesalnya terhadap pemuda itu masih ada.

"Fy aku minta maaf ya?" Suara Rio terdengar memelas. Dia tetap memilih bersosialisasi dengan alat-alat memasaknya.

Grepp..

Rio memeluk pinggangnya dari belakang, meletakkan kepalanya di atas pundak sang kekasih.

"Maafin aku, jangan diamin aku seperti ini Fy. Aku gak kuat."

Dia yang risih dengan apa yang dilakukan Rio pun berontak.

"Lepas!" masih dalam posisi yang sama, Rio menggeleng. Membuatnya menghela nafas.

"Iya udah Ify maafin. Sekarang lepas" titahnya.

"Kamu gak ikhlas bilangnya."

"Kakak mau ikhlas atau mau dimaafin?"

"Dua-duanya."

"Ishh lepas atau aku tambah marah nih!" ancamnya dengan nada yang sengit. Mau tak mau Rio melepaskan pelukannya. Dengan menggaruk tengkuk yang sama sekali tak gatal dan muka yang cengengesan dia kembali berucap.

"Benar udah dimaafin kan?"

Ify mengangguk malas. Akhirnya senyum manis terpatri di wajah Rio.

"Makasih, kamu mau masak apa?"

"Apa aja yang bisa dimasak. Kakak lapar kan?"

Dengan malu-malu Rio menjawab.

"Iya.."

"Duduk aja di sana nanti kalo udah siap kita makan!" titahnya menunjuk arah meja makan. Rio kembali bertanya.

"Gak mau dibantu?"

"Nggak kakak,, udah duduk sana!"

"Oke.."

Mata Rio terus saja memperhatikannya yang sedang bereksplorasi dengan alat-alat memasak itu. Tangannya bergerak lincah dalam memotong sayur-sayuran ataupun bawang-bawangan.

-
-
Terimakasih cinta
Untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi
Semua kesalahanku yg pernah menyakitimu
-
-


Tak sengaja indra pendengarannya menangkap suara lembut Rio menyanyikan sebuah lagu, sungguh suara yang bisa saja menghipnotis dirinya. Tak ingin terlalu larut, dia berusaha fokus dengan aktifitas yang ia kerjakan.

***

Hari ini hari sabtu, para malaikat cantik ini -SISA- gencar ingin melakukan pesta bantal di rumah salah satu dari mereka. Dan Ify sudah yakin pasti nanti yang akan dijadikan tempat penampungan adalah rumahnya.

Love Pangkat 3(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang