Bab 49

30 3 0
                                    

"Zra, kamu yakin?"

Ezra mengangguk lalu tersenyum, dia berjalan meninggalkan tempat itu. Kakinya berjalan dengan cepat, tak ingin meninggalkan sisa kesedihan yang ia rasakan.

"Na, aku janji bakalan balik lagi. Kamu tunggu di sini, aku janji," katanya berteriak sebelum benar benar memasuki pintu yang ada di hadapannya itu.

Diana tersenyum, melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Beberapa menit setelah kepergian ezra, dia duduk terdiam sejenak.

"Zra, semoga kamu baik baik aja, aku harap begitu," kata Diana dengan suara yang terdengar agak gemetar dan sedikit terisak

Tatapannya masih tetap pada pintu yang dilewati oleh ezra tadi,  beberapa detik ia hanya terdiam sambil duduk di sana. Tak ada satupun yang peduli padanya, hanya dia dan kesedihannya yang tau apa yang kini ia rasakan. Dia menangis sesaat setelah kendaraan yang membawa ezra pergi jauh, saat itu juga kakinya segera berlari keluar dari tempat itu, meninggalkan duka yang melekat pada dirinya. Dia takut, harapannya saat ini semoga ezra bisa segera kembali dengan keadaan baik baik saja. Untuknya, ezra adalah sosok yang sangat sulit untuk ditemukan, hanya dia seorang saja.

Saat ini dia tengah terduduk lemas di bawah sebuah pohon besar, sedari tadi dia masih menangis seakan tak ada lelahnya. Pikirannya sangat kacau, rasa sakit, heran, kesal dan sedih berkecamuk menjadi satu. Dia tak bisa membayangkan bahwa suatu saat sosok ezra pergi sangat jauh darinya, meninggalkannya sendirian bersama kenangan kenangan yang telah dibentuk bersama.

"Zra, kenapa?" katanya lirih disela isak tangisnya. "kenapa kamu baru bilang sekarang? kenapa harus pergi? kenapa gak disini aja? kenapa harus kamu? kenapa zra?!" lanjutnya sambil menangis sejadi jadinya.

Kali ini ezra pergi sangat jauh, pergi dengan membawa sesuatu dalam dirinya, entah itu hukuman atau itu adalah hadiah dari Tuhan untuknya. Dia memang tampak baik baik saja, namun sebenarnya dia sangat sedang tidak baik baik saja. Dalam tubuhnya terdapat banyak hal yang patut dipertanyakan, apakah dia baik baik saja? apakah itu sulit? apakah dia butuh teman untuk dia berbagi cerita? apakah dia masih ketakutan? apakah dia masih merasakan hal hal itu lagi? Itu semua sangat membingungkan, tak ada satupun yang bisa menjawab selain ezra sendiri.

Diana masih tetap pada posisinya, isak tangisnya belum juga reda. 

"Diana!" panggil seseorang dari arah depan sambil membawa sebuah payung.

Diana mengangkat kepalanya sedikit, melihat ke arah orang tersebut dengan tatapan yang masih sedih. 

"Di, ini hujan. Kamu ngapain di sini? Aku udah nunggu dari tadi, untung aja papa kamu bilang kamu ada di mana," kata orang itu kepada Diana lalu segera membantu Diana untuk segera pergi dari tempat itu, karena sebentar lagi akan terjadi badai dan memungkinkan terjadinya kecelakaan padanya.

Diana berjalan dengan tatapan kosong, matanya seakan belum bisa lepas dari tempat itu. Bahkan langkahnya terasa berat, tak bisa dia meninggalkan tempat itu.

"Kenapa berhenti di?" tanya orang itu ketika diana tiba tiba berhenti dan menoleh ke arah belakang

Diana menggeleng, lalu segera masuk ke dalam mobil sambil tersenyum. 

*******************************************

"Di?"

"Iya, kenapa?" balas Diana dengan sedikit kaget

"Kamu gapapa? Masih sakit?"

Diana menggeleng, "Aku baik baik aja kok, cuma lagi keinget kejadian lalu aja," katanya lalu tersenyum. "Ini udah mau sampai ya al?" lanjutnya bertanya pada sosok  laki laki yang ada di sebelahnya

"Baiklah, kalau kamu ada apa apa jangan segan segan buat bilang ke aku. Aku tuh udah tau kamu di, kamu pasti sedih karna ezra kan?" kata laki laki itu dengan pandangan masih fokus pada jalan

"Hm, iya al, aku masih belum bisa lupain dia. Aku belum bisa terima kepergian waktu itu, coba aja waktu dia mau berangkat aku tahan dia, mungkin aku masih bisa ketemu dia"

"Di, kalaupun kamu lakukan itu, dia tetap harus pergi. Kamu gak bisa nahan orang yang seharusnya sudah pergi sejak lama"

"Iya Al, aku paham. Dia memang harus pergi, gak bisa ditahan bahkan sekuat apapun itu," Balasa Diana. "Tapi kamu inget gak? Siapa ya yang tiba tiba jemput aku pakai payung? rela basah kena hujan juga, wajahnya pucat juga karna khawatir," lanjut Diana sambil melirik Al yang kini sedang menatapnya dengan tatapan sinis

"Lupain di"

"HAHAHAHAHAHAHA"

"Diem!"

"HAHAHAHAHAHA"

"Diana"

"Aldo"

"Mulai deh kebiasaannya"

Diana tersenyum, lalu dia segera mengambil barang barang yang akan dibawanya. 

"Makasih Aldo, lain kali jemput lagi ya"

"Ya, sama sama. Jangan nangis lagi, aku gak suka liat kamu nangis karena ezra"

Diana mengangguk, dia segera melangkah turun dari mobil. Tak beberapa lama kemudian Aldo meninggalkannya sendirian, kini dia berjalan menuju ke arah sebuah kantor yang berukuran cukup besar.

"Selamat pagi," kata Diana saat memasuki gedung kantor itu

"Selamat pagi bu Diana, mau ada meeting bersama bu Rika?"

Dia mengangguk, lalu segera berjalan menuju ke arah sebuah ruangan yang telah ditunjukkan oleh seorang karyawan tadi. Hari ini tepat proses penerbitan proyek novelnya, isinya bercerita tentang sosok ezra dan dibungkus dengan karakter yang sedikit berbeda. Sebenarnya hal ini dilakukannya sebagai pemenuhan janjinya, dia pernah berjanji akan memberikan sebuah cerita pada ezra saat mereka bertemu kembali nanti.


To be continued


TERIMA KASIH UNTUK KALIAN
YANG SUDAH MEMBACA DAN MENGIKUTI ALUR CERITA PROSPECT. ✨🙌

JANGAN LUPA VOTE
SETELAH MEMBACA

SATU VOTE DARI KALIAN DAPAT MEMPENGARUHI KEBERLANJUTAN CERITA INI :)

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang