Bab 26

544 21 1
                                    

Ezra melihat ke arah kanan dan kiri, dia memperhatikan keadaan sekitar. Keadaan saat itu cukup lenggang, hanya tampak beberapa pejalan kaki yang sedang melintas. Buru buru dia memanjat tembok yang ada dihadapannya, setelah sampai diatas dia melihat keadaan sekitar yang ada dibawahnya.

"Duh, bangsat!"

Ezra berdiri, dia menepuk nepuk pantatnya yang sakit. Pendaratannya kali ini tidak berjalan dengan mulus, dia mendarat tepat di bagian pantatnya sebagai tumpuan jatuh.

"Duh, sakit banget lagi pantat gue. Dasar Pak Widodo kampret, coba aja gak ada tuh orang. Palingan gue sekarang udah di dalem kelas," ujar Ezra yang masih menepuk nepuk pantatnya untuk membersihkan kotoran yang ada.

"Tas gue mana lagi? Tadi kayanya gue lempar gak jauh dari sini"

Ezra mengedarkan pandangannya, mencari cari keberadaan tas nya. Beberapa menit kemudian, dia melihat tasnya yang tergeletak dengan barang yang berserakan, jaraknya tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Ah, berantakan kan jadinya rencana gue. Ada ada aja sih, nih botol gue juga kemana pakai acara hilang segala," gumam Ezra sambil mengambil tasnya dan mengambil botol minumnya yang berada di dekat semak semak karna terlempar keluar dari tasnya.

*****

"Selamat pagi anak anak, buka buku halaman 230. Kalian saya beri waktu 10 menit untuk membaca materinya, sebelum kita mulai pelajaran hari ini"

Dengan segera para murid membuka buku mereka, seketika itu pula keadaan kelas menjadi hening.

Tok..tok..tok..

Sebuah ketukan pada pintu tersebut, berhasil membuat semua pandangan terarah pada satu titik. Lebih tepatnya, pada seorang laki laki yang kini berdiri diambang pintu.

"Pagi Bu Ari!!" sapa laki laki itu

"Ngapain kamu di kelas saya?" jawab Bu Ari sedikit jengkel

"Masa gak boleh bu? Lagi pula saya kan sebentar lagi lulus, nanti kalau Bu Ari kangen saya gimana?"

"Kangen?! Saya malah lebih senang kalau kamu bisa lebih cepat lulus dari sekolah ini!"

"Yah..., kok gitu bu? Jahat banget sih sama saya"

"Udah sana, pergi kamu. Ngapain kamu saat jam pelajaran begini keluyuran? Mau bolos kamu?! Nanti akan saya laporkan kepada Pak Joko kalau kamu bolos!"

"Saya gak bolos bu, masa anak baik baik seperti saya dibilang bolos. Daripada nanti Bu Ari tambah keriput karna marah sama saya, mending saya pergi deh"

"Pergi Sana!"

"Yaudah deh bu, saya pergi sekarang. DADAH BU ARI GENDUT, SELAMAT PAGI!!!" kata laki laki itu lalu berlari meninggalkan Bu Ari yang kini sedang berdecak pinggang.

"Jangan ditiru ya anak anak kelakuan kakak kelas kalian yang seperti itu, membuat resah para guru saja murid seperti itu," ucap Bu Ari

"Bukannya kalau sekolah tidak ada yang seperti itu, jadi membosankan ya bu?"

"Iya bu, masa di sekolah cuman anak anak pendiem doang, alim doang, kan gak seru nanti bu alur ceritanya"

"Kalau ada anak anak yang nakal, gak bisa diem, dan banyak tingkah itu malah buat cerita di SMA tambah seru bu"

Bu Ari bersidekap, menahan emosinya yang hampir sampai kepuncak. Ingin sekali rasanya ia menyumpal kedua mulut murid nya itu.

"RIKO! NATHAN! DIAM KALIAN BERDUA! ATAU MAU IBU HUKUM?!"

Kedua murid tersebut hanya cengegesan lalu terdiam di tempatnya, antara takut akan hukuman atau takut Bu Ari akan memberikan point kepada mereka secara diam diam. Ya memang begitulah sekolah mereka, guru bebas memberikan point kepada murid apabila tidak bisa mematuhi tatibsi yang berlaku. Dan satu lagi, point yang sudah tercatat tidak dapat dihapuskan kecuali mereka telah naik ke tingkat selanjutnya.

Keadaan kelaspun kembali hening seperti semula, Bu Ari mulai mengajar materi baru. Sedangkan para murid? Ada yang membaca (bukan buku pelajaran), tidur, memperhatikan, ada juga yang sedang mengerjakan tugas untuk jam pelajaran berikutnya.

Jam Bu Ari memang kurang diminati oleh murid murid, karna membuat mengantuk, meskipun jam 1 dan ke 2.

"Baiklah saya akhiri pelajaran hari ini sampai disini, jangan lupa kerjakan halaman 231 sampai halaman 235. Saya tunggu besok di meja saya, jam ke 0"

Setelah mengatakan hal itu, Bu Ari berlalu pergi meninggalkan kelas tersebut. Dengan sedikit emosi yamg masih tersisa, membuat pikiran Bu Ari menjadi kacau.

Bu Ari berjalan santai menuju arah ruang guru, untuk beristirahat sejenak setelah mengajar materi yang cukup berat.

"Ada apa bu Ari? Kok saya lihat dari tadi sepertinya sedang memikirkan sesuatu," kata Pak Widodo yang baru saja keluar dari ruang guru, hendak mengajar ke kelas 12

"Haduh pak, saya pusing karna akibat ulah anak kelas 12," jawab bu Ari dengan nada kesal

"Kelas 12 bu?"

"Iya pak. Dia itu nakal, rambutnya berantakan, baju keluar keluar, keluyuran waktu jam pelajaran. Haduh, pokoknya saya gak mau lagi kalau ketemu sama anak itu"

"Oh, dia emang biasa begitu bu. Nama dia itu Ezra Adeen kan? bukannya bu Ari pernah mengajar waktu dia kelas 10 ya?"

"Mana saya ingat pak, sepertinya saya tidak pernah mengajar murid senakal dia"

"Walau dia nakal, tapi otaknya pintar kok bu. Saya kasih acungan jempol buat anak seperti dia, meski nakal tapi dia berprestasi"

"Haduh pak, sudah pusing kepala saya dengan anak seperti dia"

"Hahaha, ya sudah bu Ari. Saya mau mengajar dulu di kelas anak itu bu"

"Kalau nanti ketemu dia, bilang ya pak suruh dia cepat lulus aja biar gak bikin repot dan kepala saya pusing"

"Hahaha, ada ada saja bu Ari"

"Saya akan mengajar ke kelas berikutnya, saya duluan ya Pak"

"Hati hati ya bu, jangan marah marah karna ulah kelas 12 lagi ya"

"Hahaha, semoga saja tidak ada yang membuat ulah"

Percakapan diantara para guru tersebut segera usai, mereka kembali kedalam kesibukan pekerjaan masing masing. Berhadapan dengan para murid yang baik, pendiam, nakal, bahkan harus berhadapan juga dengan murid semacam Ezra -bisa dikatakan pintar tapi memiliki perilaku yang membuat guru guru menahan untuk mengucapkan sumpah serapah.








To be continued




Maaf kalo pendek 😅

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang