Bab 2

2K 67 1
                                    

Hari masih pagi, sinar matahari masih belum terik. Namun, suasana pagi ini seakan berubah menjadi menerkam. Pagi ini SMA Anak Bangsa di buat ramai oleh kerumunan siswa, bagaikan menonton suatu acara yang menyenangkan.

Di tengah tengah kerumunan itu ada dua orang laki laki yang sedang beradu jotos, entah ada masalah apa diantara mereka.

"MAU LO APA ANJING?!"

"YA LO YANG MAUNYA APA, NGAPAIN DEKETIN CEWEK GW?"

"CEWEK LO AJA YANG KEGATELAN, GW GAK PERNAH YA DEKETIN CEWEK LO!"

"HALAH, BACOT LO!"

Tanpa basa basi cowok itu memukuli wajah Ezra hingga babak belur, tak ada respon dari Ezra. Setelah cowok itu selesai memukulinya, Ia tertawa dan menyeringai.

Ia menarik kerah baju cowok itu, lalu berkata, "Inget ya, gue gak pernah rebut cewek lo. Cewek lo aja yang kegatelan sama gue, lain kali cari tau dulu jangan asal tonjok. Dan sekarang lo harus terima hukuman atas apa yang lo buat dimuka gue ini."

Ezra melempar cowok itu dengan keras, dengan langkah cepat ia mengangkat kerah cowok itu lagi kemudian memukul mukanya hingga darah mengucur dari sudut bibir dan hidungnya. Cowok itu terluka lebih parah daripadanya, semakin lama semakin banyak siswa siswi yang berkumpul untuk menyaksikan pertengkaran itu.

"ADA APA INI RIBUT RIBUT?!"

Tim Tatibsi yang sedang berkeliling melihat lihat keadaan terkejut ketika melihat para siswa siswi sedang berkumpul disaat jam pelajaran sudah dimulai, hal ini membuat amarah mereka menjadi naik dan tak segan tuk menerobos gerombolan itu.

"EZRA ADEEN! HANS GAVA! BERHENTI KALIAN BERDUA! PERGI KE RUANG BK SEKARANG!"

Ezra tak peduli akan ucapan tersebut, sementara Hans? Ia sudah babak belur parah. Jika saja para tim tatibsi tidak datang, dengan sekali pukulan lagi Hans mungkin sudah tak sadarkan diri. Dengan emosi yang masih tersisa, Ezra menarik kembali kerah Hans dan melemparnya.

Sementara itu, siswa siswi yang tadi berkumpul untuk menyaksikan pertengkaran itu kini sudah menghilang. Lebih tepatnya, sudah dibubarkan oleh tim tatibsi dan sudah diberikan point pelanggaran.

***********

"Lo sih Zra, coba lo tadi ngelawan tuh Bocah tengil, muka lo ga bakal babak belur begini!"

Ezra yang diajak berbicara malah hanya membuang pandangannya, tak berniat menjawab kata kata tersebut.

Setelah mukanya sudah selesai diolesi obat, Ia pergi ke lapangan untuk menjalankan hukuman bersama Hans. Saat menyusuri koridor, selalu saja ada siswi yang memandanginya. Ya memang terkadang Ia merasa risih, namun semakin Ia menghindari pandangan tersebut semakin banyak pandangan tersebut.

Ketika didepan kelas XII IPS 3, langkahnya terhenti. Ia melihat para siswi XII IPS 3 sedang diluar, dan itu membuatnya malas untuk berjalan melewati tatapan tatapan itu lagi. Ia melihat kesekeliling, tak ada jalan lagi. Jalan untuk pergi kelapangan harus melewati para siswi siswi ini saja, dan saat ia lewat benar saja apa yang ada dipikirannya.

"Ezra, muka kamu kenapa?"

"Ezra, kamu ga apa apa kan?"

"Ezra, sini dong duduk sama kita. Biar kita obatin lukanya, sakitnya yang mana?"

"Kok kamu bisa tengkar sama Hans sih?"

Para siswi siswi itu masih saja mengerumuninya, ia tak bisa bergerak. Setiap ia akan mengambil jalan disisi kanan, ada yang menghalanginya. Saat akan mengambil jalan sisi kiri, ada yang menghalanginya juga.

Akhirnya ia menemukan ide untuk bebas dari para siswi ini, Ia melihat ada seorang siswi yang tak ikut mendekat padanya. Bahkan tak peduli akan kehadirannya, dan ia masih sibuk akan bukunya.

Ezra melangkah kearah siswi tersebut, lalu duduk disamping kanannya. Siswi itu tetap saja tak peduli, masih tetap fokus akan bukunya. Sedangkan para siswi yang tadi mengerumuninya heran, tak percaya akan apa yang dilihatnya dan mereka bertanya tanya satu sama lain siapa siswi itu.

"Sayang, kamu lagi apa sih? Masa aku dateng dicuekin?"

Para siswi yang sedari tadi berkumpul mengerumuni mereka terkejut ketika mendengar tersebut. Termasuk siswi itu, kini sudah melihat ke asal suara. Dia mengernyit, bergeser sedikit menjauh dari Ezra. Semakin dia bergeser, Ezra ikut bergeser pula semakin mendekat. Dia berdiri, lalu berjalan pergi sambil mendekap bukunya. Namun, Ezra menangkap pergelangan cewek itu.

"Mau kemana sayang? Kan aku disini," kata Ezra sambil menunjukkan senyum manisnya, yang dapat membuat para siswi disekitarnya meleleh melihatnya.

Dia tak menghiraukan perkataan Ezra, ia mencoba melepaskan pergelangan tangannya. Lalu berjalan meninggalkan Ezra, dia merasa risih. Ezra bangun dan mengejar langkah siswi itu, namun terhalang oleh gerombolan siswi yang berada didekatnya.

"EZRA ADEEN! BELUM MELAKSANAKAN TUGAS MALAH DISINI MENGGODA PARA SISWI?! BELUM JENGAH KAMU YA? SETELAH MEMBERSIHKAN LAPANGAN, KAMU PERGI BERSIHKAN TOILET YANG ADA DIUJUNG SEKOLAH!"

Ezra menoleh dan mendapati disana sudah berdiri Pak Widodo yang menatapnya dengan amarah yang memuncak, dan tatapan mata yang mengerikan. Para siswi yang berada disana segera membubarkan diri, takut kena amarahnya Pak Widodo dan malah kena point pelanggaran. Sementara itu, yang ditatap dengan geram malah cengengesan, seakan merasa tak memiliki kesalahan.

"Hehehe, Anu pak, tadi-"

"ANU APA?!"

"Itu pak, tadi waktu mau lewat, masa saya ga dibolehin sama mereka. Kata mereka, saya gak boleh kesana, biar gak capek katanya pak," jawab Ezra sambil cengingisan.

"Sudah, sekarang kamu lakukan hukuman yang kamu terima!"

Ezra mengangkat tangannya seperti memberi hormat kepada Pak Widodo, lalu berjalan menuju lapangan untuk melakukan hukumannya. Sedangkan para siswi yang mengerumuniya tadi, mendapat ceramah dari Pak Widodo.

Melihat kejadian itu, ia malah tertawa seakan kejadian itu terjadi bukan karenanya.

"Rasain tuh ceramahnya bapak Widodo yang galak, biar kapok ganggu orang mulu," gumam Ezra sambil sesekali menengok ke arah belakang.

To be continued

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang