Bab 38

111 11 0
                                    

Ezra masuk kedalam mobil dengan senyuman, dia tampak sangat gembira malam ini.

"Zra, papa mau beli barang dulu ya. Kamu tunggu disini, jagain mobilnya"

Ezra mengangguk, membiarkan papanya masuk dalam suatu tempat yang tak jauh dari mobil mereka.

LINE

Ezra melirik ponselnya, sebuah nama muncul di bar notifikasi. Ezra dengan gerakan cepat membuka notif itu, dia mengetikkan suatu balasan kepada pengirim pesan.

Tok, tok, tok.

Seseorang mengetuk kaca mobil, Ezra menoleh kearah sisi kirinya. Dia tersentak kaget saat melihat orang di balik kaca itu, buru buru dia menurunkan kaca mobilnya.

"Ada apa ya mbak?" tanya Ezra

"Wah, mas nya ganteng banget. Boleh minta no telfonnya enggak mas?" kata orang itu dengan senyum dan dengan logat orang jawa.

Ezra menatap orang itu dengan tatapan tak suka, tapi mau bagaimana lagi? Dia mencoba berifikir bagaimana cara menolak secara halus permintaan itu.

"Maaf ya mbak, saya sudah punya pacar"

Mendengar kata 'pacar', orang itu langsung tampak murung. Ezra jadi tak enak hati, dia menutup kembali kaca mobilnya.

"Ada apa sih hari ini? Kok banyak kejadian tiba tiba," keluh Ezra. "Papa kemana juga coba? Udah mobil diparkir disini, ditinggal sendirian juga," lanjutnya.

Ezra menyalakan musik di mobilnya, dia memilih lagu Ali Gatie - It's you untuk menemaninya malam ini. Dia tidak tau papanya pergi kemana, bahkan dia sudah menunggu hampir satu jam.

"Papa mana sih? Lama banget"

Ezra menghela nafas, dia memperhatikan jalanan yang ramai oleh kendaraan. Tampak begitu padat, bahkan untuk pejalan kaki hanya diberikan sedikit ruang.

"Zra, maaf ya papa lama. Tadi papa ketemu temen papa, ini sebagai ganti kamu sudah mau menunggu mobil ini. Ini kesukaan kamu kan? Kata pacar kamu ini ras favorite kamu," kata papa Ezra saat masuk kedalam mobil dan duduk pada posisinya semula.

Ezra menerima pemberian papanya itu, dia melihat varian rasa yang tertera dibungkus itu.

"Pa, kayanya papa salah beli deh"

"Masa sih? Tadi pacar kamu loh yang rekomendasiin ke papa"

"Ha? Emang kapan papa tanya ke dia? Dia aja gak tau aku suka rasa apa"

"Yah, berarti papa salah dong? Maaf, nanti papa belikan varian rasa yang kamu mau deh"

"Gapapa pa, Ezra yang ini aja. Kan sayang pa udah dibeli, masa mau dibuang gitu aja?"

"Yasudah kalo gitu, lain kali kasih tau pacar kamu. Biar nanti kalau ketemu papa, gak salah kasih tau lagi"

"Hm, iya pa"

Ezra mengalihkan pandangannya keluar jendela, pipinya bersemu merah. Entah karena malu atau memang dia salah tingkah karna dia dan Fina belum menjadi pacar yang sesungguhnya.

"Itu gak dimakan ice creamnya? Keburu meleleh loh"

Ezra menoleh kearah papanya, dia mengangguk. Mengambil sedikit ice cream itu dengan sendok yang ada.

"Gimana rasanya? Enak gak?"

Ezra mengangguk lalu tersenyum, meskipun itu bukan varian rasa kesukaannya, tapi rasanya tetap enak untuk dimakan.

****

"Papa! Welcome, sini tas nya biar Renza bawakan"

Renza dengan tangkas mengambil alih barang bawaan ditangan papanya itu, meskipun disebelah papanya ada Fina yang sedang membawa banyak barang bawaan juga, dia tidak mau menolong adiknya itu.

"Terima kasih ya Renza, papa mandi dulu. Nanti setelah makan malam, papa mau ngobrol sama kamu"

Renza mengangguk, membiarkan laki laki paruh baya itu menuju kamarnya.

"Kak, bantuin bawa dong," kata Fina setelah papanya masuk kedalam kamarnya.

"Ogah banget, bawa aja sendiri," jawab Renza lalu meninggalkan Fina yang masih berdiri di ambang pintu.

Fina mendengus sebal, dia berjalan dengan malas kearah dapur. Menata seluruh bahan makanan yang baru saja di beli, dan memisahkan barang barang yang sudah kedaluwarsa atau sudah tak layak dimakan.

"Eh, ini kan"

Fina melihat kanan dan kirinya, dia memasukkan barang itu kedalam tas nya. Lalu melanjutkan aktivitas menata barang pokok itu.

"Fin, lo ngapain?"

"Punya mata kan? Coba liat dong"

"Apaan tuh? Coklat ya?"

"Bukan"

"Sini minta satu dong"

"Enggak"

"Ayolah"

"Enggak ya enggak"

"Punya adek kok jahat banget sih sama kakaknya"

"Emang jahat dari dulu, gak perlu protes. Lagian kak Renza tadi udah janji loh, katanya mau bawain aku oleh oleh dari kampus. Mana coba?"

"Ada tuh di kamar, ambil aja sendiri"

"Serius?"

"Iya"

"Oke"

Fina berjalan ke kamar Renza dengan cepat, dia mencoba untuk mencari oleh oleh dari kampus yang dimaksud oleh kakaknya itu. Namun, setelah mencarinya selama ± 15 menit, dia masih belum menemukan barang itu.

"Barangnya dimana sih?!" gerutu Fina. "Masa dari tadi aku nyari kok gak ketemu," lanjutnya.

Fina duduk diatas kursi dekat meja belajar Renza, dia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Wah, apaan nih. Kak Renza udah ada cowok ternyata," kata Fina sambil cengengesan lalu keluar dari kamar itu.

"Kak Re-"

Kata kata Fina terhenti saat melihat kakak dan papanya itu tengah bercakap cakap, dia tak ingin mengganggu percakapan mereka. Fina duduk terdiam didekat tembok pembatas antara ruang keluarga dengan dapur.

"Ada apa hari ini kamu pulang?"

"Aku mau bilang sesuatu ke papa, tapi maaf kalau ini buat papa marah"

"Kenapa? Ini masalah dengan kampus lagi?"

Renza mengangguk, tak berani menatap papanya.

"Jadi, Renza gak lulus dua mapel pa. Renza harus ngulang tahun depan, dan beberapa bulan ini sebenernya Renza dekat sama satu cowok," jelasnya

"Lalu?"

"Dia katanya mau melamar Renza pa," katanya pelan. "Dan, dia akan dateng kesini sama orang tuanya sabtu yang akan datang," lanjutnya.

"APA?!"

"Maafin Renza pa"

"Gak perlu minta maaf. Tolong jelaskan seperti apa laki laki itu"

Fina yang sedari tadi duduk terdiam didekat tembok pembatas itu rasanya ingin menangis, dia tak rela bahwa kakaknya Renza akan pergi jauh bersama seseorang.

Fina berlari kearah kamarnya, dia menunduk sedih. Rasanya baru kemarin kakaknya bermain bersamanya, namun hari ini dia mendengar bahwa kakaknya akan di lamar oleh seseorang yang akan membawanya pergi.

To be continued...







TERIMA KASIH UNTUK KALIAN
YANG SUDAH MEMBACA MENGIKUTI
ALUR CERITA PROSPECT. ✨🙌

JANGAN LUPA VOTE
SETELAH MEMBACA

SATU VOTE DARI KALIAN DAPAT MEMPENGARUHI KEBERLANJUTAN CERITA INI :)

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang