Bab 44

54 6 2
                                    

Ezra duduk pada salah satu bangku kosong, rasanya satu beban berat sudah terlewati. Hanya tinggal menunggu pengumuman, lalu dia tak perlu mendengar kata kata itu lagi.

"Semoga nilai NEM bahasa Inggris sama Ekonomi bagus, capek dengerin orang tua ngomel mulu," gumam Ezra sambil menutup matanya dan menengadah ke langit.

Hari ini UN atau Ujian Nasional tingkat SMA / Sederajat baru saja selesai, sudah empat hari siswa/i kelas XII harus menghadapi soal soal yang membuat otak panas. Bahkan, Reza yang sering mengikuti olimpiade tetap saja mengeluh. Menurutnya soal soal di UN tahun ini sangat menguras fikiran, belum lagi waktu yang diberikan hanya sedikit.

"Reza sih enak, dia pasti udah bebas pilih kampus untuk lanjut S2 nanti," gumam Ezra. "Pilih kasih banget sih kakek sama gue, masa gue doang yang diancam buat kuliah di kampus kakek," lanjutnya mengeluh. Dia membuka matanya, memandang kearah langit yang tampak cerah berawan.

Taman belakang ini memang cocok untuk bersantai, apalagi sudah memakai sandi agar bisa masuk kedalam sini. Sangat sunyi, tenang, dan nyaman.

"Silahkan masukkan sandi"

Ezra menengok ke belakang, disana berdiri seorang gadis yang tengah kebingungan. Raut wajah takut dan bingung itu, membuatnya ingin tertawa. Ezra beranjak dari tempatnya, berjalan kearah pintu akses taman.

"Ngapain?" ucap Ezra sambil tersenyum

"Ha?" gadis itu bingung, menengok kanan dan kiri. "Lo ngomong sama gue?" kata gadis itu menunjuk pada dirinya sendiri.

"Enggak, ngomong sama pagar," balas Ezra dingin

"Oh, oke," jawab gadis itu dingin, lalu meninggalkan Ezra yang sebal.

Ezra melangkahkan kakinya keluar dari taman, mengejar gadis itu. Tak butuh waktu yang lama baginya, untuk dapat mengejar langkah gadis itu.

"Mau kemana?"

"Pulang"

"Kan belum jam pulang?"

"Emang"

"Trus lo mau kemana?"

"Pulang"

"Pulang kemana?"

"Ke rumah"

"Rumah Bapa?"

"Iya"

"Amin"

Gadis itu berhenti, melihat kearah Ezra dengan sebal.

"Kok malah di Aminin?"

"Ya karna aku maunya gitu"

"Lo doain gue cepet balik?"

"Iya, balik--"

"Serah lo deh"

"Loh, belum selesai ngomong nih"

"Diem"

"Gak mau"

"Diem deen"

"Gak mau Serafina"

"Serah"

"Yaudah, dengerin dulu"

"Apa?"

"Iya, gue aminin lo balik. Tapi-" jelas Ezra menggantung.

"Tapi apa?"

"Tapi, balik ke rumah kita"

Fina diam membeku, dia tersenyum sambil menahan amarahnya.

"Tadi lo bilang apa?"

"Rumah Kita"

"Mau gue pukul pakai sepatu ya?!" kata Fina Sebal. "Rumah Kita, rumah kita, eskpetasi lo turunin dikit. Mana ada rumah kita?! Jangan aneh aneh deh zra!" lanjutnya meluapkan emosi.

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang