Bab 46

67 6 0
                                    

Suara derap kaki terdengar jelas di telinga, beberapa orang tampak panik bergegas kearah sebuah ruangan. Seorang gadis tampak terbaring lemah dengan luka yang cukup parah pada bagian tangan dan kakinya, matanya tertutup rapat seakan tak ingin bangun dari tidurnya.

Dibelakangnya ada seorang laki laki yang terbaring lemah dengan kondisi wajah yang terluka parah, darah bercucuran lewat tangannya yang menjuntai. Semua orang melihat dengan tatapan ngeri, berfikir macam macam tentang kedua orang itu.

Ezra berhenti sejenak, membiarkan para tim medis itu untuk lewat menuju ruang operasi. Tatapannya terkunci saat seorang gadis yang terbaring lemah itu lewat dihadapannya, dia merasa seperti mengenali sosok gadis itu. Beberapa detik setelah gadis itu masuk ruang operasi, dia baru tersadar dari lamunannya.

"Fokus ezra, fokus," ucapnya lalu mengusap wajahnya. Dia berjalan dengan cepat menuju arah tempat parkir, hari ini dia memiliki janji untuk bertemu dengan seseorang. Dia melihat kearah pergelangan tangannya, jarum jam pada jam tangan menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit.

"Hm, coba telfon dulu lah," gumamnya sambil melihat ke sekelilingnya. Telfon itu berdering, tak ada jawaban.

"Kemana sih? Selalu gak diangkat kalau ditelfon," ucapnya geram. Dia berdecak sebal, dia menoleh ke arah kanan dan kiri, mencoba mencari seseorang yang mungkin ada di sekitarnya. Dia duduk di salah satu bangku, memperhatikan beberapa orang yang sedang berjalan santai dengan infus yang didekatnya.

"Ezra!"

Ezra menoleh ke sumber suara, "Loh, tante ngapain di sini?"

"Harusnya tante yang tanya ke kamu, tadi Bela bilang mau ketemu kamu jam delapan. Tapi belum pulang juga sampai sekarang, padahal dia harus berangkat tes di luar kota. Tante khawatir, dan tadi tante coba telfon Reza tanya kamu ada dimana," jelas orang itu.

"Aku belum lihat Bela, tante. Kami memang ada janji hari ini, tapi jam sepuluh. Bahkan dari tadi aku disini, Bela ditelfon juga gak diangkat," jelas Ezra kepada mama Bela. "Ezra tau kalau tante khawatir, tapi aku sendiri gak tau tante, Bela ada dimana sekarang," lanjutnya.

Mama Bela tampak bingung, mencoba untuk tenang meskipun sebenarnya khawatir. Ezra mencoba menenangkan beliau, menuntunnya ke tempat duduk dan membeli sebotol air mineral.

"Tante, tenang dulu ya. Ini minum dulu tante, semoga Bela baik baik aja," kata Ezra mencoba menenangkan.

"Semoga Tuhan melindungi kamu nak, terima kasih ya Ezra," balas mama Bela lalu meneguk air mineral itu.

Ezra mencoba untuk menghubungi Bela, sudah beberapa kali panggilan itu tidak diangkat. Telfon itu hanya berdering, namun tak ada yang mengangkatnya.

"Semoga Bela baik baik aja, lu dimana sih bel?," gumam Ezra khawatir. "Angkat dong bel, angkat telfonnya," lanjutnya sambil sesekali melihat jam tangan yang ada dipergelangannya.

******


"Hai babe, maaf ya nunggu lama," ucap seseorang dari belakang sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher seseorang yang tengah duduk.

"Oh, hai babe. Kamu dari mana? Baru pulang? Aku kangen banget sama kamu," ucap orang itu sambil menatap ke belakang

"Iya babe, aku lagi libur. Makanya baru bisa pulang ke sini, aku kangen banget sama kamu," balasnya.

"Hm, kita mau apa sekarang? Cuma mau makan doang ini? Trus pulang gitu?"

"Enggak dong sayang, aku mau jalan jalan sama kamu. Boleh?"

"Apa sih yang gak boleh buat Princess Charity"

"Hmm, apa aku harus panggil kamu Prince Reza?"

"Hahaha, jangan. Aku gak suka terlalu mencolok"

"Okey sayang"

Reza berdiri, menggenggam tangan Charity dengan lembut. Mereka masuk kedalam sebuah cafe, malam itu suasananya cukup ramai. Banyak pasangan muda mudi dan bakan sekelompok remaja yang sedang berkumpul bersama.

"Kamu duduk aja dulu, aku yang pesan," ucap Reza lembut lalu melepas genggamannya.

Charity menggangguk, dia berjalan sambil melihat sekitarnya. Sudah beberapa tahun namun tak ada yang  berubah, masih tetap sama saat dia pertama kali datang. Dia memilih untuk duduk di salah satu bangku yang cukup sepi dari kalangan pengunjung, dia ingin menghabiskan waktunya bersama Reza dengan tenang dan nyaman.

"Babe?"

Charity menoleh, tersenyum pada Reza.

"Sini babe, ada banyak hal yang mau aku ceritain ke kamu. I miss you, aku kangen banget waktu kita masih belajar bareng pertama kalinya di cafe ini"

"Iya juga ya, udah lama aku gak ke cafe ini. Tempat ini banyak menyimpan cerita tentang kita ternyata, dari awal kita ketemu dan akhirnya bisa berduaan disini"

"Hahaha, dulu kok bisa sih kita ketemuan? Karna apa sih awalnya?"

"Waktu itu kan aku sendirian, trus kamu duduk sendiri dengan wajah murung gitu. Karna aku kasihan, yaudah deh aku samperin"

"Serius?"

"Iya"

"Berarti kamu deketin aku karna kasihan dong?"

"Engga lah, aku deketin kamu karna aku ga bisa lihat malaikat secantik kamu harus diam termenung"

"Hahaha, bisa aja kamu tuh"

Reza dan Charity menghabiskan waktu mereka untuk bercakap cakap, hampir satu tahun mereka harus terpisah oleh jarak. Reza yang ada di Surabaya, sedangkan Charity berada di Kalimantan Barat. Namun, bagi mereka jarak bukanlah suatu halangan untuk menjaga komunikasi. Mereka melakukan komunikasi setiap satu minggu minimal satu kali sesuai jadwal yang telah mereka sepakati dan buat bersama. Bagi mereka, yang penting adalah saling menjaga perasaan, percaya dan tetap saling menjaga komunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalah pahaman.

To be continued

TERIMA KASIH UNTUK KALIAN
YANG SUDAH MEMBACA DAN MENGIKUTI ALUR CERITA PROSPECT. ✨🙌

JANGAN LUPA VOTE
SETELAH MEMBACA

SATU VOTE DARI KALIAN DAPAT MEMPENGARUHI KEBERLANJUTAN CERITA INI :)

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang