Bab 43

64 6 2
                                    

Fina melambaikan tangannya, lalu berjalan masuk kedalam sekolahnya. Wajahnya tampak sedih, padahal hari ini dia harus menghadapi soal ujian.

"FINANA!"

Fina menoleh, "Eh apaan sih?" berontak Fina saat Laura memeluknya. "Lepasin dong, gue gak suka di peluk gini, lau," lanjutnya masih memberontak.

"Ih! Lu mah gitu. Padahal gue mau nyampein kabar gembira nih, beb nana mau dengerin gak?" seru Laura dengan ceria

"Udah gue bilang berapa kali sih?!" ucap Fina geram sambil mencubit pipi Laura. "Gue gak suka dipanggil beb Nana, panggil gue Fina. Lu boleh aja sih panggil gue Nana, tapi jangan ada embel embel beb nya," lanjutnya.

"Oke, oke, Nana. Jadi, kemarin itu--"

Laura menceritakan yang terjadi, mereka menghabiskan perjalanan itu dengan cerita Laura yang panjang.

"Jadi, lo sama si itu udah ini nih?" tanya Fina saat Laura sudah selesai bercerita

Laura hanya mengangguk dan tersenyum.

"Congrats ya, jadi gue doang nih yang masih sendirian. Kampret banget lu, padahal bilangnya mau nemenin gue sampai kuliah ntar," cibir Fina lalu terkekeh.

"Hahaha, gue tetep temenin lu kok na. Gue gak bakalan tinggalin sahabat kecil gue satu ini, mana bisa sih gue nonton drakor tanpa lu?" balas Laura

"Iya deh, gue masuk kelas duluan. Good luck, girl," ucap Fina saat kelasnya sudah dekat.

"Good luck too, Nana. Semangat yuk, cuma 4 hari doang kok!" Seru Laura lalu berlari kearah kelasnya.

Fina tersenyum simpul, dia melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas. Disana tampak sangat ramai, namun tidak terlalu gaduh. Banyak siswa yang berfokus pada bukunya masing masing, mengulang dengan cepat kata kata yang ada dalam setiap kalimat buku.

"Duduk di meja mana ya?" gumamnya. Dia mengeluarkan kartu ujiannya, melihat nomor yang tertera. "1000-30-2834-04 dimana ya?" lanjutnya bergumam sambil melihat kearah meja yang ada.

Fina menyentuh satu persatu meja yang ada disana, mencari nomor peserta ujiannya. Dia sudah mengitari kelas itu dua kali, namun hasilnya nihil.

"Apa gue yang salah masuk ruangan?" gumamnya kebingungan. Fina memeriksa kartunya lagi, "Ruangan 3, ini ruangan 3 kan ya?" ucap Fina memastikan sambil berjalan kearah luar kelas. Dia mendongak, melihat tulisan yang tertera pada bagian atas pintu kelas.

"Lah, bener kok. Masa gak ada sih?" ucap Fina bingung. Sekali lagi, dia mencoba untuk memastikan tempatnya. Dia mengitari kelas itu lagi, melihat setiap kartu yang tertempel pada meja.

"Loh, ini kan tempat gue. Masa dari tadi nyari gak ada, sekarang ada," ucapnya bingung. "Yaudahlah, gapapa. Ini siapa juga sih yang tidur sembarangan gini?!" lanjutnya dengan geram.

Fina menaruh tasnya di lantai, mengambil sebuah spidol dari tempat pensilnya. Dia mengetuk ngetukkan spidol itu diatas meja dengan keras.

"Ehm"

"Bangun woi!"

"Hm"

"Ih! bangun woi!"

"Apaan sih?"

"Buruan bangun, penjaganya udah dateng"

"Biarin aja kali"

"Dalam hitungan ketiga, jika kamu tidak bangun, saya laporkan kamu ke pak Widodo"

"Ha? Jangan bu!"

"Pfft"

Fina menahan tawanya, entah mengapa hampir semua murid takut bila mendengar nama pak Widodo. Padahal, guru tatib itu tidak semengerikan itu. Beliau tampak menyeramkan bila memakai masker dan kacamata, namun beliau cukup ramah terhadap murid.

PROSPECT  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang