Pagi itu motor Revi sedang tidak bisa distarter. Padahal ia terburu-buru karena sudah terlambat ke sekolah. Ia terpaksa berjalan kaki ke depan gang rumahnya. Karena gang rumahnya yang jauh memungkinkan gojek tidak menemukan lokasinya.
"Gila capek banget jalan ke depan jalan besar doang." Ucap Revi kelelahan. Ia menghela napas lalu memgusap keringatnya.
Ia kemudian memesan ojek online. Ia mengenakan kemeja batik, rok panjang hitam, terlihat sangat rapih dan bersih. Sudah wangi dan siap mengajar. Di pertengahan jalan menuju sekolah, tiba-tiba ojek online yang ia tumpangi bannya malah gembos. Ia pun terpaksa turun di jalan. Mood Revi sudah rusak karena situasi ini.
Saat ia menunggu angkutan umum di pinggi trotoar. Sebuah mobil tak sengaja berjalan tepat di sebelahnya dan menabrakkan genangan air sehingga air itu mengenai ke rok Revi.
"Astaga, setan lo ya!" Amuk Revi sambil menunjuk mobil yang mencipratkan air kotor ke roknya.
Ternyata mobil itu menepi di depan Revi.
"Mobil fortuner hitam dan plat nomornya kaya ga asing deh." Ucapnya dengan suara kecil sambil mengingat-ingat mobil itu.
Seorang pria keluar dari mobil itu. Ia menatap pria yang keluar dari mobil itu dengan melotot kesal. Dia menggunakan kacamata hitam dan baju kaos putih polos. Pria itu menghampiri Revi.
Mereka saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. Tapi Revi tak gentar, ia malah mendekat pria itu. "Heh, pake mata dong. Nih liat rok aku jadi kotor!. " Revi menunjuk roknya lalu menatap pria itu yang sudah sangat dekat dengannya.
"Andre?." Tanya Revi. Ia bisa melihat dengan jelas siapa pria sialan itu karena jarak mereka yang dekat. Tak disadari degub jantung Revi berdetak kencang.
"Oke. Aku bakal tanggung jawab kok, Rev." Andre membuka kacamata hitamnya.
"Itu tuh karna kacamata kamu item. Jadi gak keliatan kan. Tuh liat akibatnya!. Kalo dah gini, aku mau ngajar gimana, Ndre?!. Argh." Tampak raut wajah Revi kesal dan sedih.
Revi yang selalu tepat waktu dan berpenampilan rapih, kini semua berubah 180°. Ia mendengus kesal dan terlihat oleh Andre mata Revi yang berusaha menahan tangis.
"Bawel. Yaudah aku dah bilang, aku tanggung jawab. Aku bakal belikan kamu rok."
"Udah bilang bawel, ngasih solusi gak masuk akal lagi!. " Revi mendorong bahu Andre lalu berjalan meninggalkan Andre. Tapi Andre menarik tangan Revi.
Batin Revi. "Kenapa sih aku berhenti. Pikiran aku pingin jalan terus, tapi hati aku pingin berhenti."
"Tunggu disini. Aku anterin." Kata Andre singkat lalu menuju mobilnya untuk memundurkannya agar Revi dengan mudah masuk mobil.
Mereka berdua di dalam mobil. "Kamu nangis ya?. " Andre memecahkan keheningan.
"Dah liat kan pake mata sendiri. Rok aku basah banget begini. Aku tuh udah telat, motor rusak, gojek yang kutumpangi pecah ban, terus sekarang aku kecipratan genangan air. Aku selalu tampil rapih buat ngajar. Aku tuh mau jadi teladan buat muridku. Tapi kacau semua hari ini." Revi berdecak kesal. Tampak raut wajahnya kecewa dengan dirinya sendiri.
Andre menahan tawanya selama Revi mendumel.
"Kaya setan banget sih, orang lagi sedih kesusahan malah diketawain!. Mungkin kecipratan air itu hal receh, hal biasa untuk kamu yang dokter, tapi bagi aku ini hal serius." Revi menatap Andre kesal lalu menatap ke arah jendela mobil.
Ternyata Andre tak sanggup menahan tawanya dan tertawa lepas. "Tuh liat, guru ngomongnya kok setan gitu?."
Tak lama ia pun sadar perlakuannya pada Revi. Ia berdeham. Andre tersenyum lalu menggelengkan kepalanya."Terus apa, malaikat?. Lagian orang lagi kesel masa ga bisa ngumpat sih?!." Revi semakin kesal dan tanpa ia sadari ia menjatuhkan air matanya. Andre yang menyetir sambil curi-curi pandang ke arah Revi. Ia melihat air mata Revi mengalir. Spontan tangannya menghapus air mata Revi dengan sebelah tangannya yang tidak menyetir. Seketika Andre sadar akan tindakannya, lalu ia menurunkan tangannya dan pura-pura fokus pada jalanan.
Revi refleks menatap ke Andre lalu melempar pandangannya ke arah jalan juga.
"Ehm.. Rok kamu mau dibeli dimana?. " Tanya Andre. Ia berusaha membuka percakapan dari kecanggungan mereka.
"Ini masih pagi, mana mungkin mall ada yang buka." Jawab Revi lesu.
"Mau aku pinjemin dari temen aku?." Andre menawari Revi untuk meminjam rok temannya perawat.
"Ga perlu. Anter aja aku ke SD Kartini. Biar aku cari pinjaman rok ke temanku sesama guru aja."
"M-maaf ya udah buat kamu jadi begini." Andre menghela nafas seraya menyetir ke SD Kartini tempat Revi bekerja.
Revi hanya mendengus dan menatap pasrah ke arah roknya saat Andre meminta maaf.
"Toh kamu minta maaf gak bakal merubah apapun, Dre." Ucap Revi dalam hati.
Andre begitu menyesal. Ia ingin bertanggungjawab tapi ia juga bingung bagaimana caranya. Benar kata Revi belum ada mall yang buka di pagi hari. Ia juga merasa bersalah sudah menertawakan Revi, tapi bagaimana lagi Revi begitu menggemaskan, bawel layaknya anak kecil. Andre berpikir apa karena ia bertemu setiap hari dengan anak kecil jadi ia tertular seperti anak kecil yang menggemaskan dan bawel.
Sesampai di sekolah, Revi turun dari mobil Andre dengan ekspresi datar dan lesu. Terlihat jelas roknya berlumpur dan masih basah. Andre menatap Revi dari belakang. Terlihat Revi masih bersikap manis kepada muri-muridnya yang memanggilnya dan menyalam tangannya. Semua murid yang berpapasan dengannya pasti mencium tangannya dan menyapanya. Revi dikenal sebagai guru yang ramah dan tidak terlalu suka memarahi muridnya. Ia lebih suka menasehati muridnya dan memberikan konseling khusus dibanding dengan amarah.
Tanpa disadari Andre tersenyum meski dibelakangi oleh Revi. Ia tersenyum melihat betapa baiknya ia kepada muridnya meski ia telah mengalami beberapa kesusahan pagi ini. Tak lama, Andre tersadar dan menampar wajahnya. "Duh, mikir apaan sih aku?. Cewe bawel gitu bukan tipe aku banget. Tipe aku tuh Kayla, tegas, berwibawa kaya aku. Haduh aku ini bisa-bisanya!. " Kemudian ia menjalankan mobilnya menuju RS untuk bekerja.
Di perjalanan, ia teringat akan perkataan Kayla semalam via telpon. Kayla mengatakan bahwa orangtuanya sudah mulai bertanya kapan Andre serius dengan hubungan mereka. Hubungan mereka sudah terjalin 2 tahun lamanya. Ia bingung harus bagaimana, karena ia tahu kariernya masih panjang. Ia baru saja bekerja sebagai dokter di RS Umum selama 2 tahun setengah. Ia masih ingin meniti kariernya. Selain itu, Andre masih belum siap menikahi Kayla dan membina rumah tangga. Andre memilih untuk belum menjawab apapun atas keinginan Kayla dan orangtuanya.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Malaikat Untuk Karin
Lãng mạnKarina adalah seorang anak perempuan berumur 6 tahun yang ceria, pintar dan pandai menari balet. Suatu hari ia dihadapkan pada situasi yang tak terduga. Dimana ayah, ibu dan dirinya terjebak dalam kebakaran. Ia koma sedangkan ayah dan ibunya meningg...