Epilog

13.8K 1.5K 513
                                    

7 tahun kemudian

pria bertubuh kekar itu sibuk menatap berkas-berkas yang menumpuk didepannya. bagi kebanyakan orang mungkin akan pusing dan mengeluh terus menerus jika menatap berkas-berkas yang menumpuk ini, tapi bagi pria itu berkas-berkas didepannya ini adalah makanannya sehari-hari.

ia sudah terbiasa dengan pekerjaannya ini. orang tua dan teman-temannya bahkan sudah mengingatkannya untuk berhenti sejenak mengambil cuti beberapa hari untuk liburan atau istirahat. tapi pria itu seolah menulikan pendengarannya.

ia akan istirahat saat tengah malam, hanya tidur satu jam dan melamun satu jam setelah itu ia kembali berkutat dengan berkas-berkas kesayangannya.

baginya di dunia ini hanya kerja, kerja dan kerja. oh ralat, ada satu lagi yang sangat penting dihidup pria ini. Seina, gadis kecil kesayangannya.

"PAPAAA"

atensi pria tersebut akhirnya teralihkan karena suara gadis kecil yang sedang berlari mendekat kearah meja kantornya. memakai seragam sekolah, rambut yang diikat dua, dan ditangannya ada piala dan sertifikat.

"hei, bagaimana sekolahnya sayang"

bibir Seina tersenyum lebar, Seina meletakan piala dan sertifikat nya di meja kerja lalu ia meletakan tasnya disofa yang tersedia diruangan pria itu.

setelah meletakan tasnya, Seina kembali mengambil piala dan sertifikat miliknya lalu tubuh kecilnya langsung mendaray dipangkuan pria yang ia sebut papanya.

"papa, Seina dapat juara kelas lagi" ujar Seina bangga

pria itu lantas mencium kening Seina, "anak papa pintar, kalo gitu Seina mau hadiah apa dari papa"

"Seiㅡ"

"jangan terlalu memanjakannya, Jen" ujar seorang wanita yang baru saja masuk dan meletakan barang belanjaanya.

"ih mama, Seina belum minta apa-apa kok udah gak dibolehin sih" Seina protes dengan wajah lucunya.

wanita itu mendekat kearah Seina yang berada dipangkuan pria itu, "mama gak ngajarin Seina minta keorang lain, kalo Seina mau apa-apa bilang mama aja"

"Jeno jangan beliin Seina apa-apa ya" ujar wanita itu.

ya, pria itu tak lain adalah Jeno.

Jeno lantas menatap wanita didepannya ini heran, "kenapa gak boleh? Seina kan anak papa, ya kan Seina?"

"iya pa" Seina mengangguk semangat dan membuat wanita didepannya ini menggelengkan kepalanya.

Jeno tersenyum, "Siyeon, aku ajak Seina keluar ya. aku beliin ice cream"

wanita itu, Siyeon.

Siyeon yang mendengar Jeno akan mengajak Seina keluar langsung memukul pundak Jeno pelan, "tapi Seina baru dua hari yang lalu makan ice cream"

"dia baru aja dapet juara kelas loh, masa ga dikasih hadiah sih" ujar Jeno

Siyeon menghela nafas, "oke tapi jangan minta yang aneh-aneh ya Seina"

Seina yang tadi mengerucutkan bibirnya sontak melebarkan matanya dan meloncat dari pangkuan Jeno lalu memeluk Siyeon erat.

"makasih ya mama, Seina sayang mama"

"Seina gak sayang papa ya?"

"sayang kok, pa. oh iya ma, nanti Seina mau beli bunga tulip putih ya"

Siyeon dan Jeno saling bertatapan setelah Seina mengatakan itu, Jeno yang paham situasinya langsung mengelus pundak Siyeon lembut. setelah itu Jeno menggendong Seina.

Bastard | Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang