"bangsat!! oke lihat aja nanti, ma" ujar Siyeon disertai smirk.
Ia tau kalau mama Jeno membongkar semua, ancamannya dan rencana pembunuhannya. Itu membuat Jeno dan Yuta selalu berada disisi Yura.
"stop, hentikan semua Siyeon"
"kamu ngandung anak kita, aku gak mau kita kehilangan calon anak kita"
Siyeon memutar bola matanya malas, "sstttt. gue bakal berhati-hati, ini semua jadi lebih gampang dari rencana awal. lo duduk manis aja disini"
Seungmin menghela nafasnya kasar, sudah berkali-kali dia menyuruh Siyeon menghentikan rencananya dan menikah dengannya. Namun Siyeon masih kekeh dengan rencana awalnya, melenyapkan Yura dan menikah denagn Jeno.
Bahkan janin yang dikandung Siyeon itu darah dagingnya dan Seungmin. Siyeon tidak menganggap itu jadi penghalangnya, ia masih gencar mengganggu hidup Jeno. "Siyeon, aku ayahnya harusnya aku yang nikah sama kamu bukan Jeno"
Siyeon mendecak sebal, "ck. gue maunya sama Jeno!! walaupun ini anak lo gue gak peduli"
"kan bisa diaborsi"
Seungmin membulatkan matanya, "SIYEON!!! JANGAN GILA KAMU, ITU ANUGRAH DARI TUHAN" ujar Seungmin membentak
"JANGAN BAWA-BAWA TUHAN DISINI!!! ANAK INI ADA KARENA KESALAHAN KITA, DIABORSI JUGA IT'S OKAY KAN? " Siyeon juga gak mau kalah, dia juga ngebentak Seungmin.
Seungmin menghela nafasnya, meraih pundak Siyeon didepannya dan merengkuh badan Siyeon. Seungmin mengelus rambut sampai punggung Siyeon.
Amarah Siyeon sedikit mereda, "maaf" lirih Seungmin.
"justru ini kesalahan kita, kita dikasih titipan janin ini, banyak yang menginginkan diluar sana sedangkan kamu? kamu mau aborsi janin yang gak salah ini, dia gak salah kita yang salah. kita sudah membuatnya ada dirahimmu dan sekarang kita harus merawatnya, tuhan bakal marah kalau kamu mengaborsi janin ini"
"aku yang tanggung jawab, bukan Jeno. aku ayahnya, bukan Jeno. biarin Jeno bahagia sama Yura."
Siyeon diam tak bergeming dipelukan Seungmin. Mungkin ada benernya dari ucapan Seungmin, sampai membuat Siyeon diam seperti ini.
Siyeon tiba-tiba mendorong badan Seungmin untuk menjauh darinya, "gue gak akan aborsi janin ini, tapi gue mau Jeno, gue bakal berusaha buat nikah sama dia. maafin gue Seungmin"
Tatapan Seungmin berubah sendu menatap Siyeon. Apa yang salah, apa yang kurang darinya, sampai-sampai Siyeon masih kekeh untuk tidak menikah dengannya batin Seungmin.
Pelupuk mata Seungmin mulai berkaca-kaca, ia mencintai Siyeon, ia rela melakukan apapun untuk Siyeon tapi ini yang ia dapatkan?
"apa yang kurang dari aku? aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. apa itu kurang?" suara Seungmin mulai serak.
Siyeon menundukan kepalanya, "maaf, lo udah lebih dari cukup bagi gue. tapi gue gak bisa, Min. gue cinta sama Jeno, gue gak bisa ngelupain dia"
"hufttt" Seungmin menghela nafasnya dan bersamaan dengan itu air matanya turun.
Siyeon menangkup pipi Seungmin, "maafin gue, gue pergi" Siyeon pergi meninggalkan Seungmin sendiri di apartemennya.
'siapin semua, suntikan, obat, dan pisau!! gue udah otw kesana'
'.....'
'kalian awasi gerak-gerik Yuta dan Jeno'
'......'
'oke sip, gue otw'
Tanpa disadari Siyeon, Seungmin mendengar semua obrolan Siyeon dan orang suruhannya lewat telfon tadi. Dengan cepat Seungmin mengikuti mobil Siyeon.
Dia gak mau Siyeon jadi pembunuh karena cinta, Siyeon akan menjadi ibu dari anaknya, Seungmin gak mau tangan Siyeon kotor karena membunuh seseorang.
"plis stop, Yeon"
Seungmin selalu mengatakan itu disetiap perjalanan mengikuti Siyeon.
Sedangkan dimobil Siyeon, Siyeon melihat dari spion mobilnya. Mobil Seungmin mengikutinya dari belakang.
"pasti Seungmin mau ngegagalin rencana gue"
Tanpa basa-basi, Siyeon melajukan mobilnya diatas rata-rata. Dia membuat mobil Seungmin mengikutinya kemana pun.
