40 | Danger

18.5K 2K 204
                                    

Selama dua minggu Jeno masih tetep dirumah sakit,dia bahkan gak berangkat sekolah, pulang kerumah juga jarang. Seharian dia jaga Yura yang masih belum sadar.
"bangun, kamu belom makan. sini aku suapin" ujar Jeno dengan membawa mangkuk yang isinya bubur.

Berkali-kali Jeno ngomong sendiri, dia ngomong sama Yura tapi Yura gak nanggepin.

Jeno menunduk, ia meletakkan mangkunya dinakas. Tangannya menggenggam tangan Yura yang dingin.

"buruan bangun, kita hadapi semua sama-sama gak kayak gini. jangan nyerah. bangun Yura, cegah aku nikah sama Siyeon"

"temen-temen mu belum kesini, mereka sibuk ulangan semester. harusnya kamu juga sibuk ngurus ulangan, sibuk belajar, bukan sibuk tidur berminggu-minggu"

"apa aku masih belum berguna buat kamu, sampai kamu harus minum obat penenang gitu?"

"maaf, maaf, maaf, maaf, maaf, maaf"

Jeno terus menatapi wajah pucat Yura. Gak lupa juga dia selalu berdoa untuk kesembuhan Yura.

"kamu tau, bang Yuta jadi pemarah sekarang. gak kayak dulu yang bisa ngontrol emosi. Oh iya, mama sama papa kamu pulang loh, katanya mau ketemu mama sama papa"

"kamu ngerusak semua barang-barang kita, kamu gunting semua, kamu pecahin semua. surat kita juga udah gak berbentuk."

"kamu jahat, aku baru nemu cewek kayak kamu. bangun, aku harus ngehukum kamu"

Lagi-lagi Jeno cuma bisa ngeretin cengkramannya ditangan Yura.

"bentar aku kekamar mandi dulu" Jeno ngecup kening Yura lalu pergi kekamar mandi.

Tanpa disadari, Yuta mendengar semua keluh kesal yang keluar dari mulut Jeno tadi. Pemarah, iya ia pemarah sekarang karena adiknya.

Yuta mendekat ke Yura, mengusap rambut Yura. "bangun bangke!! mama sakit, papa juga diem aja. udah dua minggu tau gak!!"

"gue tau, lo pasti denger semua keluh kesal Jeno selama dua minggu ini. apa itu gak cukup buat alasan lo bangun? dua minggu Jeno cuma makan sedikit, dia selalu mikirin lo yang belum makan"

"kalo aja gue gak ninggalin lo waktu itu, lo sekarang pasti masih bangun, sibuk belajar, marah-marah gak jelas kalo gue ganggu belajar."

Yuta ngecup punggung tangan Yura, "Miyeon juga uring-uringan sekarang. dia selalu marahin gue, dia bilang gue gak bisa jaga lo, gue ceroboh, gue bodoh"

Yuta memalingkan wajahnya, air matanya turun lagi. Mengingat mamanya yang sakit, papanya yang diem aja, dan adeknya yang koma.

"semua gak baik-baik aja, buruan bangun."

Yuta mengusap punggung tangan Yura, lalu berlalu pergi meninggalkan Yura. Tepat saat Yuta keluar, mama Jeno berdiri didepan pintu ruangan Yura.

"loh tante gak masuk"

"sini, tante kasih tau sesuatu" mama Jeno menyuruh Yuta duduk.

Mama Jeno menghela nafasnya pelan, "maafin tante"

"semua yang tante lakuin ada alasannya, merela berdua dalam bahaya, dan mau gak mau tante harus ngelakuin semua. maaf ini semua salah tante"

Yuta mengerutkan dahinya bingung, "m-maksud tante gimana"

"Siyeon, mengancam akan membunuh Yura dan Jenoㅡkalau Jeno tidak mau menikah dengannya"



"jadi Siyeon ngancem mama?" bukan Yuta tapi Jeno.

Dia mendengar semua pembahasan Yuta dan mamanya, Jeno langsung keluar setelah mamanya bilang kalau Siyeon akan membunuh Yura jika ia tak menikahinya.

"kenapa mama gak bilang? kita bisa berhentiin rencana Siyeon, sekarang lihatㅡbahkan aku belum nikah sama Siyeon, Yura udah kayak gini"

Yuta hanya diam, jadi adiknya akan dibunuh? Kalau Jeno gak nikah sama Siyeon.

"bang Yuta tenang aja, gue akan lindungi Yura"

Yuta gak nanggepin Jeno, ia masih tercengang, sangat tercengang. Adik satu-satunya sekarang nyawanya dalam bahaya.

"kalian berdua jangan lengah jaga Yura, keadaan Yura seperti ini memudahkan Siyeon untuk membunuh Yura. Mama gak mau, mama sayang Yura." ujar mama Jeno.

Jeno mengangguk pelan, "Jeno akan jaga Yura"

"kenapa harus Yura?" guman Yuta pelan tapi mama Jeno bisa mendengarnya.

"maafin tante"

"tante gak salah, Yuta bakal lindungi Yura"

Mama Jeno tersenyum, "mama percaya sama kalian"

















































Maapin ga jelas:')

Bastard | Jeno ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang