36. Masalah(Aidan)

145 24 5
                                    

Hari mulai gelap ketika Andrew dan Andreana datang dengan membawa peralatan yang disiapkan untuk membunuh, Aidan segera pergi bersama Andrew ke Istana, sementara Andreana, Ariella dan Ere mempersiapkan diri pergi ke kediaman Earl Abyasa.

-istana kerajaan, 9.10 pm-

"Tuan, apkah lebih baik langsung memperingati yang ada di kerajaan atau mencari bomnya dulu?" Andrew menatap majikannya, Aidan sedang menutup mata, memfokuskan diri pada pendengarannya.

"Kau, beritahu Raja dan Ratu, aku yang akan pergi mencari bomnya, dan berusaha menjinakkannya."

"Ta-tapi..." Andrew tiba-tiba merasakan firasat buruk, perasaan yang mencekiknya secara tiba-tiba membuatnya takut berbicara lebih dari itu.

"Aku lebih kuat dari apa yang kau pikirkan."

Mendengar itu, Andrew berusaha tegar, setidaknya diluar nya, dalam dirinya, firasat yang menakutkan seolah siap membunuhnya kapanpun.

"Percaya padaku dan mari berpencar."

Aidan pergi duluan, sementara Andrew tampak gemetar meski tidak terlalu terlihat, hanya jika memperhatikan secara mendetail, maka terlihat jelas bahwa Andrew sedang takut, untuk alasan yang belum jelas.

Kini, Andrew dan Aidan terpisah, Andrew segera pergi mencari Raja dan Ratu, sementara Aidan sibuk mencari bom dengan pendengarannya yang mengatakan 'bom itu sangat berbahaya.'

Raja dan Ratu awalnya hanya menghela napas lalu berkata, "Apakah Aidan sesenang itu karena Ariella kembali, hingga kau takut perasaan Aidan akan meledak? Hahaha!"

Kesulitan, Andrew segera membuka buku yang dibawanya, memperlihatkan informasi Abyasa yang membeli bom di pasar gelap.

"Abyasa adalah pelakunya, bomnya sedang dicari oleh tuanku, tuan memintaku untuk memberitahu bahwa ada bom agar kalian bisa selamat."

Ucap Andrew berusaha setenang mungkin, jujur ia kesal, kalau bisa, ia ingin mengangkat Raja dan Ratu dan segera keluar dari Istana, agar perasaan yang mencekiknya itu segera hilang.

"Aku mohon, perasaanku mengatakan bomnya akan meledak sebentar lagi." Andrew memegang keningnya, ia sudah sangat kesal.

Berbeda dengan Andrew yaang sedang adu mulut dengan keluarga kerajaan, Aidan terus-menerus mencari, dari ujung kanan hingga ke ujung kiri, dari ruangan satu ke ruangan lain, dari satu atap ke atap lainnya.

"Yang benar saja, dimana sih bomnya?"

Seketika, telinga Aidan mendengar suara gaduh, dalam suara-suara itu, terdengar suara Andrew, pikirannya yang sudah yakin dengan kekeras kepalaan Raja pun membuat Aidan terpaksa membantu Andrew.

Sampai di ruangan yang bersuara gaduh itu, Aidan membuka pintu–mendobrak pintu hingga suara gaduh itu dalam sekejap menghilang, Raja segera mendekatinya dan bertanya dengan sungguh-sungguh.

"Apa benar ada bom?" Raja sudah berusaha menahan ekspresi nya agar tetap tenang, berusaha berpikir kalau Aidan hanya sedang bercanda, seperti biasa.

Kapan kah kata biasa yang dimaksudkan Raja? Bahkan Raja sendiri bingung, ia hanya berusaha itu hanya gurauan, meskipun tahu Aidan selalu serius menanggapi situasi. Aidan melempar sesuatu ke lantai, mata Raja terbelalak, meskipun bom sudah dijinakkan.

"Ada banyak bom, aku baru bisa menemukan 4."

Semua mata tertuju pada bom itu, lalu segera teriak kaget, bahkan Raja sekalipun, terkecuali Aidan dan Andrew yang sibuk menutup telinga.

"Bawa semua yang dibutuhkan lalu keluar dari istana sejauh-jauhnya, aku rasa bom akan meledak pada jam 10.30 malam ini."

Semua mengangguk, Raja mengumpulkan para pelayan dan penjaga, lalu meminta mereka membawa barang-barang yang penting hingga yang paling penting, lalu pergi sejauh mungkin dari istana.

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang