5. Seharian Bersama si Kembar

689 68 8
                                    

Aidan dan Ariella hanya saling bertatap muka setelah mendengar cerita tentang orang tuanya. Aidan langsung berdiri dan membungkuk, begitupun Ariella yang juga melakukan hal yang sama.

"Saya izin mencari udara segar." Aidan berkata, Ratu dan Raja berdiri dan mengangguk pelan, membiarkan Aidan dan Ariella tenang.

Kedua bersaudara itu sedang berjalan-jalan di taman yang tidak jauh dari ruang tamu Istana. Tanpa disadari, ternyata pangeran Adelio dan tunangannya mengikuti kedua bersaudara itu. Jam besar di istana menunjukkan pukul 11.00 pagi.

"Nanti jam 12.00 kan makan siangnya?" Bisik putri Adelia, tunangan pangeran Adelio.

"Entah, lebih baik bertanya untuk mengetahui." Jawab pangeran.

Pasangan itu mendekati kedua bersaudara, dan terhenti ketika Ariella mengucap sesuatu.

"Mungkin yang diucap Ratu benar, soalnya kan–"

"Iya aku tahu Ariella. Jangan membuat luka yang sudah lama terbuka kembali berdarah."

"Hum! Baiklah... Masih ada 1 jam sebelum bertemu pangeran, Aidan mau ngapain?"

"Jalan-jalan."

Mendengar suara langkah kaki, Aidan langsung berbalik badan menatap orang itu, yang tidak lain adalah pangeran Adelio. Aidan mengangkat alisnya ingin penjelasan.

"Eh... Hey? Dan... Kalian ngapain disini? Aku kira orang lain, ternyata memang kalian berdua."

"Huh?" Kata kedua bersaudara bersamaan, Adelio segera berpikir, lalu tiba-tiba tersenyum manis dan mengusap kepala Aidan dan Ariella dengan tangan yang berbeda.

"Kalian habis bertemu Raja dan Ratu ya?" Tanya Adelio mengalihkan pembicaraan, Aidan dan Ariella langsung menepis tangan Adelio dan menjawab bersamaan.

"Ya, ada masalah?"

"Tidak, masih ada satu jam lagi, mau ngobrol bersama?"

Kedua bersaudara itu menggeleng, lalu tiba-tiba dibelakang Adelio ada Andreana dan Andrew yang tentunya mengagetkan pangeran muda itu.

"Yang mulia?"

"Eh?! Andrew dan Andreana ternyata."

"Putri Adelia mencari mu di ruang tamu istana, pangeran." Andrew menatap tuan mudanya yang mengangguk kecil.

"Baiklah, aku permisi dulu."

Aidan menatap Andrew yang tampak tidak mengerti situasi. Lalu menarik lengan baju Andrew, dan Andrew serta Andreana membungkuk.

"Maafkan kelancangan kami." Ujar keduanya bersamaan. Aidan dan Ariella menggeleng, lalu di gendong oleh pelayannya itu dengan lengan sebagai dudukan.

"Bisa batalkan jadwal untuk lusa tidak?" Aidan menggenggam baju bagian leher belakang Andrew, tanda sedang tidak ingin dibantah, Andrew mengangguk paham.

"Bisa, tuan muda."

.
.
.
.

Tidak terasa, sudah jam 5 sore, Aidan sedang menatap Ariella yang sedang tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, Aidan hanya mengusap kepala Ariella perlahan dan kembali menatap ke luar jendela kereta kuda.

"Anda juga ingin tidur, tuan muda?" Andreana menatap Aidan, sedang Andrew menjalankan kereta kuda.

"Tidak apa-apa, sekarang kembali ke Mansion kan?" Andreana mengangguk pelan, dan kembali menatap Aidan dan adiknya itu bergantian.

Hingga kereta kuda pun berhenti, Andrew membuka pintu kereta kuda dan terkejut melihat Aidan dan Ariella yang tertidur pulas, dan Andreana yang menatap Andrew bingung.

"Harus kah kita bangunkan?" Andreana menatap Andrew, Andrew menggeleng, lalu menyuruh Andreana menggendong Ariella dan Andrew menggendong tuan mudanya menuju ke kamar masing-masing.

"Mereka pasti lelah. Bangunkan ketika makan malam, aku akan mengurus pakaian dan kereta kuda." Andrew langsung pergi, Andreana mengangguk dan pergi bersiap membuat makan malam.

.
.
.
.

"Sudah waktunya makan malam."

"Ya..."

.
.
.
.

Baca karya lain author!
jangan lupa vote dan comment.

Author - 2020

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang