37. Setelah Kematian-Nya

189 24 6
                                    

Tidak terasa, sudah satu bulan Ariella menggantikan posisi Aidan sebagai Duke kerajaan, namun, ia masih belum siap melihat apa yang ada di laci meja kerja Aidan, yang diminta Aidan agar Ariella membukanya.

Namun sudah satu bulan, Ariella tetap tidak merasa lebih baik, karena itu ia membuka laci meja kerja Aidan dan membulatkan mata, di laci itu ada buku kehidupan Aidan, buku kecil buatan tangan yang berjudul 'Ariella', dan sebuah foto.

Foto ketika Aidan sedang tertawa bersama Ariella. Diambil ketika sedang piknik, dibelakang foto itu, Aidan menulis 'Ariella, aku menyayangimu, terima kasih karena selalu di pihakku.'

Tidak terasa, air mata kembali keluar dari tempatnya, membasahi gaun hitam Ariella yang masih dalam masa berkabung.

Buku kehidupan mengenai Aidan ia buka, lembar demi lembar mengisahkan kehidupan sehari-hari seorang Aidan. Hingga halaman terakhir, bagaimana dengan kematian Aidan, yang tentunya masih kosong, seolah meminta agar Ariellla menulisnya sambil memutar kembali ingatan lama yang seperti kaset tua.

Sambil menangis, Ariella menulis yang diingat nya, lalu ketika bagian terakhir saat menulis 'ditulis oleh Ariella', Ariella tidak sanggup lagi, ia menangkis sekencang-kencangnya, membiarkan kehidupannya kembali teringat oleh bulir-bulir air mata.

"Aidan... Aku rindu..." Ucapnya disela-sela tangisnya, sambil memeluk foto yang ada di laci, terjatuh ke lantai sambil terus menangis.

Andrew dan Andreana? Mereka juga menangis ketika mendengar isakan Ariella, menangis dalam diam sambil bersender, meski sudah satu bulan, tetap saja mereka dalam masa berkabung, bahkan mungkin akan tetap seperti itu hingga bertahun-tahun lamanya karena ditinggal tuan kesayangan mereka.

Isakan tangis mulai mereda, Ariella kembali duduk di kursi Duke nya, membaca buku kecil yang hanya berisi tujuh lembar saja.

Ariella melihatnya, itu Aidan yang buat, buku kecil itu dibuat oleh tangan-tangan lentik milik Aidan. Serta tulisan tangannya yang sangat rapi, gambar yang sangat indah, Aidan membuatnya dengan usaha keras. Ariella menunduk, meski ia masih menangis, setidaknya ada senyuman di wajahnya. Ariella mulai membacanya dari lembar pertama.

--
Lembar 1;
Ariella
Sebelum-sebelumnya, aku sudah merasakannya, perasaan bahwa aku akan mati sebentar lagi, kau tahu kan kalau seluruh firasat burukku selalu benar? Mungkin saja saat kau membaca ini aku sudah dikubur ya kan?
--
Lembar 2;
Hei
Jangan menangis atas kepergianku, suatu saat nanti, kita akan terlahir kembali dan saling melindungi, ya? Jadi jangan menangisi kepergianku.
--
Lembar 3;
Lihat kan
Kau masih menangis hingga buku yang kubuat susah payah ini sampai basah, jangan terus-terusan berkabung atas kepergian ku, cobalah cari angin segar, atau setidaknya mengunjungi makamku, aku kesepian soalnya, hahaha!
--
Lembar 4;
Aku
Selalu berusaha menjadi kakak yang baik, namun malah membuat mu menangis, hentikan tangisan mu atau kumarahi! Tapi marahinya ketika bertemu lagi ya, ingatkan aku untuk memarahimu!
--
Lembar 5;
Selalu
Saja menangis jika aku tidak ada, kau harus jadi kuat Ariella. Aku yakin kamu bisa, jangan terus menangis, jangan terus mengerjakan tugas Duke, cobalah beristirahat, aku selalu memperhatikan mu dari sini, kau tahu, ketika aku menulis ini, aku menangis.
--
Lembar 6;
Menyayangi mu, dan mencintai mu
Hanya itu yang aku bisa, menyayangi mu dan mencintai mu. Jadi kau harus tersenyum, meskipun aku telah meninggalkan mu sendirian di dunia yang kejam ini, rasa sayangku akan terus mengalir hingga kau akhirnya bersamaku lagi. Aku menyayangimu, Ariella.
--
Lembar 7;
Nah, coba kamu gabungkan kata demi kata yang paling awal, maka kamu akan tahu yang selalu kurasakan terhadapmu.
--

Ariella membaca sambil terus menangis, lalu mulai menggabungkan kata-kata seperti yang ada di lembar ke-tujuh, lalu tersenyum.

"Ariella, hei, lihat kan, aku, selalu, menyayangi mu dan mencintai mu."

Sebuah senyuman kecil terukir dari bibir tipis Ariella, matanya yang memerah mulai normal, ia sudah berhenti menangis digantikan sebuah senyuman yang sangat manis.

"Aidan, lihat aku terus ya? Nanti, kita akan bersama lagi, ya?"

Ariella segera keluar dari ruangannya, Andrew dan Andreana segera mendekatinya.

"Andrew, Andreana, ayo kita ke makam Aidan, dia pasti kesepian jika aku tidak ada." Ucap Ariella sambil tersenyum, selalu senyuman tulus yang ia berikan jika membicarakan Aidan, cukup sudah rasa sedihnya ia hilangkan, kini, waktunya untuk bahagia bersama Aidan yang berada di alam lain.

.
.
.
.

,,,, Tak bisa berkata-kata;;;;

Author - 2021

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang