52. Kunjungan

92 16 6
                                    

Kini, mereka berada di Cafe yang letaknya tak jauh dari Market itu, sedang meminum teh serta makanan ringan yaang dipesan, mereka tampak kagum dengan sikap Aidan yang sudah seperti bangsawan saja, lalu Sebastian berujar.

"Anda tidak ikut kelas khusus saja? Kebanyakan anak gedung A berada di kelas itu, serta beberapa orang pintar lainnya." Ucap Sebastian, Senenity tampak setuju dengan saudaranya yang berada di sampingnya, Aidan yang berada di depan keduanya tampak menimbang-nimbang, lalu mengangkat bahu.

"Akan kupikirkan."

Setelah selesai, mereka segera keluar dan bersiap pulang, Aidan memesan taksi, dengan duo Light yang akan ikut menggunakan taksi Aidan, biar hemat. Duo Light lah yang akan membayarnya, meski Aidan menolak dan patungan saja, namun karena bersalah mereka ingin membayarnya. Atau seperti itulah kira-kira alasan mereka.

"Terserah padamu."

~Asrama Gedung A lantai 3. Sabtu, 2.00 pm~

Setelah sampai di asrama, Aidan menaruh segala yang ia butuhkan di dalam kulkas dan beberapa meja di samping kulkas, tidak lupa alat mandi yang juga baru ia beli sebelum pulang, ia hampir lupa akan hal itu. Setelah semua ia taruh pada tempatnya, ia segera membuat es batu dan menaruhnya di freezer, sekalian mengambil es krim batangan rasa mangga dan memakannya.

Seseorang mengetuk pintu membuat Aidan yang masih makan es krim membuka pintu dengan rasa malas, ia yang sudah melepas hoodie nya kini hanya memakai kemeja hitamnya yang ia lipat hingga sampai se siku. Setelah membuka pintu, alisnya naik ke atas, Sebastian yang mengetuk hanya tersenyum kikuk.

"Ada seseorang yang mencarimu." Ucapnya melirik pria tinggi itu, Aidan menatap heran, lalu tidak sengaja memanggilnya karena bingung.

"Ere? Kenapa kemari?" Tanya Aidan pada pria itu, Sebastian yang tidak paham karena Aidan berbicara bahasa Indo hanya terdiam.

"Haha, aku kemari karena kangen pada adikku ini." Ucapnya dalam bahasa Inggris setelah melirik Sebastian, Aidan hanya ber-oh saja.

"Tuan muda Light, ini adalah pria pemilik Akademi yang terkenal di Indonesia, Valere, dan sudah kubilang, ia seperti kakak bagiku." Ucap Aidan santai, mendengar itu, Sebastian membulatkan mata dan kini menunduk hormat.

"O-oh, saya Sebastian Light, ketua asrama gedung A." Ucapnya gugup, Aidan segera menatap dengan tatapan bingung pada Ere atas kedatangan tak bilang-bilang itu, kini berbicara bahasa lain lagi. Bahasa mandarin karena ia kan pernah tinggal di Singapura, lagi Sebastian cengo dengan kata-kata yang tidak ia pahami, Inggris, Mandarin dan Indonesia, tiga bahasa yang dikatakan secara lancar oleh Aidan.

"Jadi, kenapa kau tidak bilang akan datang? Aku bisa menjemputmu tahu." Ucapnya dalam bahasa Mandarin, sementara Ere menjawab bahasa lain lagi, Jepang.

"Sudah kubilang, aku ingin bertemu dengan adikku." Ucapnya dalam bahasa Jepang itu, Aidan yang paham hanya menghela napas lalu menjawab dengan bahasa saat dikerajaannya dulu.

"Hah... Aku hampir lupa pada sikapmu yang menyebalkan ini. Masuklah." Ucap Aidan dalam bahasa Kerajaannya itu, dengan Sebastian yang kini hanya secarik kertas dalam wajah yang cengo.

"Tuan muda Light, anda ikut masuk?" Tanya Ere kemudian, kembalilah kesadaran Sebastian yang tadi sempat hilang, untung itu bahasa Inggris yang dipahami Sebastian.

"Ti-tidak perlu. Aku harus fokus pada tugasku sebagai ketua asrama."

Mereka pun masuk dan berbincang dengan Sebastian yang menggelengkan kepala lelah, ia bertemu dengan pria yang pintarnya tak bisa ia lihat, jauh berada di atasnya pastinya.

Sementara itu, Ere duduk di bangku belajar Aidan yang dihadapannya ada banyak buku. Ere lalu menatap pria 14 tahun dengan tingkat kedewasaan yang telah lama matang itu. Sementara Aidan hanya memberikan soda dingin yang sudah ada di gelas, tak lupa botol soda yang berukuran besar itu.

"Makanannya tidak ada? Kau serius?" Tanya Ere yang menatap meja dengan sofa yang kini telah ia duduki setelah bangku beroda tadi ia tempatkan kembali.

"Ini, hanya cookies saja yang tadi ku beli, sisanya makanan berat." Ucap Aidan kemudian, Ere mengangguk paham, lalu memakan cookies itu sambil melihat berita di televisi dinding merek LG ukuran 22 inchi.

"Kubawakan laptop takut-takut kau butuh." Ucap Ere membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan tas laptop yang sudah lengkap dengan casan dan mouse kalau-kalau butuh. Serta beberapa flashdisk. Untuk hal semacam inilah bagi Aidan hanya bisa diserahkan pada Ere yang selalu membawa lengkap beberapa hal, meski kadang suka berlebihan, buktinya ia membawa disk berisi beberapa film dan lagu yang pasti Aidan minta agar Ere bawa pulang.

"Ere. Ketua asrama bilang aku bisa ke kelas khusus yang katanya hanya diisi orang-orang pintar dan ada beberapa dari gedung A, aku pernah bertanya pada kepsek, katanya di kelas khusus itu juga ada yang dari luar negeri." Ucap Aidan meminum sodanya, Ere mengangguk paham. "Baiklah kalau begitu. Jika kau mau, aku akan mendaftarkan mu di kelas itu."

Aidan terdiam sejenak, lalu menjawab dengan gumaman, "hn." Dan meminum kembali soda itu, kemudian Ere melirik sekitar televisi 22 inchi itu dan tersenyum ketika objek yang diinginkannya terlihat, konsol game dengan beberapa game online.

"Kau benar-benar, selain pintar kau juga membawa game, memang deh." Ere segera memasang peralatan game tersebut ke dalam televisi, lalu mulai memainkan game tersebut, sementara Aidan membuka laptop hitam dengan merek s*****g itu lalu ke arah pencarian. Wifi yang bagus.

"Aku membawa semua alat yang mungkin kau butuhkan di dalam tas hitam itu, aku juga akan mandi di sini dan akan langsung pulang." Ucap Ere kemudian, Aidan hanya mengangguk setelah membuka tas hitam itu.

Jam 5.30 pm, Ere dengan tangan sibuk pada konsol game kini juga sibuk menunggu Aidan mandi, sekitar lima menit menunggu, Ere kini mematikan dan menaruh bekas main game nya itu ke tempat semula, Aidan hanya memasak roti panggang, atau mungkin sandwich dan burger untuk makan malamnya, ia baru akan makan berat ketika esok hari.

"Aidan! Aku banyakin saus tomat di sandwich ku! Jangan lupa mayo di burgerku!" Teriak Ere ketika mencium aroma yang familiar itu, Aidan tidak menjawab, tapi mengikuti apa yang dikatakan oleh pria tua itu.

Dan makanan pun jadi, Aidan segera duduk setelah mencuci bekasnya memasak sembari menunggu Ere mandi, pria yang bersih itu sangat jarang ada bukan.

"Enak sekali tampaknya. Baik, selamat makan." Ucap Ere makan dengan lahap, berbeda dengan pria di depannya yang makan dengan tenang sembari menjaga kebersihan kamar asramanya.

"Kau tidak menginap di hotel?" Tanya Aidan kemudian, Ere menggeleng pelan, lalu menjawab ketika sudah menelan makanannya.

"Aku akan pulang hari ini. Banyak yang harus kukerjakan." Jawabnya kemudian, Aidan mengangguk paham, lalu berjalan ke arah dapur mencuci piringnya, kelewat bersih hidup Aidan itu.

Jam 6.00 pm. Aidan kini berada di depan gerbang sekolahnya dengan jaket hitam yang di bagian punggungnya ada merek 'monster'. Sejujurnya, semua barang yang Aidan dengan Ariella punya selalu dengan merek terkenal, ada G***I, A****s, F**a, Monster, S*****g dan... Mungkin hanya itu.

Ere kini pergi terbawa gelapnya malam, tidak lupa membawa disk yang niatnya mau diberikan pada Aidan, Aidan segera kembali ke asrama bersiap menunggu hari esok, lalu menjadi hari senin, hari pertama ia masuk ke kelas khusus. Kelas khusus terbagi menjadi dua gedung, gedung pertama hanya diisi oleh kelas 7 dan 8, karena diisi oleh 2 kelas saja, jadi termasuk ke dalam gedung yang sama dengan gedung sekolah dari kelas biasa. Sementara kelas sembilan berada di gedung yang sama dengan kelas 10, 11 dan 12 kelas khusus. Kelas biasa memakai akhiran -A, -B sampai -C. Namun kelas khusus adalah kelas yang diisi oleh orang-orang pintar, jadi hanya sedikit. Dan Aidan akan masuk ke kelas 8-S. Kelas-kelas dengan derajat paling tinggi, karena diakhiri -S.

Bukankah Aidan masih kelas 7? Tapi sejujurnya Aidan memang harusnya masuk tahun lalu, tapi karena tragedi pesawat ia jadi kelas 7, tapi atas pendaftarannya yang ada di tahun sebelumnya, maka kini ia berada di kelas 8-S, bukan 7-S.

"8-S... Mereka akan terguncang."




Vote dan komen.

Valere - 2021

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang