40. Kelahiran Kembali si Kembar

319 29 2
                                    

Suara Elektrokardiogram menggema di sekeliling kamar itu di Rumah Sakit, menampilkan dua bocah berusia kurang lebih 5 tahun yang tertidur dengan tidak berdayanya. Tubuh mereka tampak seperti orang yang kelaparan dengan kulit putihnya itu, putih pucat lebih tepatnya.

[Elektrokardiogram : mesin untuk melihat detak jantung]

Suara detak jantung semakin hari malah semakin lemah, keluarga tersebut seperti orang yang tidak rela anak-anaknya meninggalkan mereka, mereka seolah mencoba mengundur kematian kedua anak kembarnya tersebut.

Namun apa daya, tubuh-tubuh itu semakin lama semakin lemah dan rentan, jika saja keluarga itu bukan orang terpandang, maka pasti anak-anak itu akan secara terpaksa dicabut nyawanya yang memang sudah rentan.

Sejak bayi, kedua orang tua itu tidak pernah sekalipun mendengar anak-anak nya berbicara, karena sejak bayi, mereka sudah dalam keadaan koma.

Setiap hari, setiap jam, setiap menit hingga setiap detik, kedua orang tua itu selalu berdoa, agar anak-anak nya segera membuka mata, dan hidup normal seperti anak-anak lainnya, bahkan jika harus berkorban, kedua orang tua itu sudah pasti melakukannya .

Mungkin karena kedua orang tua itu yang selalu berbaik hati dan pantang menyerah, 'mungkin' Tuhan menjadi iba pada mereka berdua, Tuhan mengabulkan doa pasutri itu dan–

-00.01 am-

Kedua pasang mata itu saling terbuka, memandang satu sama lain dan menangis, tanpa suara, mereka memanggil satu sama lain dengan menggerakkan mulut, lalu tersenyum bahagia. Mereka kini diberi kesempatan, setidaknya sekali lagi untuk bisa bersama.

Seorang pria sekitar 27 tahun masuk ke ruangan itu bersama sang istri yang sama-sama berwajah murung, menatap ke langit malam di jendela yang berada di kamar Rumah Sakit itu, hingga sepasang suara membuat kedua orang tua itu membulatkan mata.

"Ma... Pa..."

Terkejut, sang istri segera memanggil dokter yang mungkin masih terbangun, sementara sang ayah hanya tersenyum sambil terus menangis, ia bahagia kini.

"Ariella..."

"Aidan..."

Ucap kedua anak itu saling memanggil satu sama lain, kemudian tersenyum, sang ayah kembali membulatkan mata.

"Hei, apa kalian ingin dipanggil seperti itu? Seumur hidup, kami belum memberi nama kalian." Sang ayah mengusap surai pirang sang anak laki-laki.

Tak lama, dokter datang dan terkejut, ia sangat terkejut melihat kedua anak yang selama 5 tahun itu dalam keadaan koma, bisa dengan lancar berbicara dan bertanya, hingga dokter itu sampai berpikir bahwa anak-anak itu adalah anak-anak ajaib.

Satu bulan kemudian, anak-anak itu sudah bisa pulang.

Mereka memasuki sebuah hutan yang dilindungi oleh pemerintahan, lalu sampai ke sebuah bangunan tua yang tampak masih ditinggali melihat ada mobil dan bangunan yang terbilang bersih dan terawat.

Atas permintaan kedua anaknya, pasutri itu membawa mereka ke hutan untuk melihat bangunan yang bisa diketahui arah jalannya oleh kedua anak itu.

Meski awalnya pasutri itu bingung dengan kelakuan anak-anak nya yang tampak seperti orang dewasa, anak-anak itu juga bisa mengetahui arah ke sebuah Mansion yang hanya sedikit orang tahu, dan yang paling aneh adalah, kedua anaknya tahu kalau ada sebuah Mansion di tengah hutan! Siapa yang tidak kaget akan hal itu, bahkan orang tuanya sempat berpikir bahwa anak-anaknya dirasuki oleh roh jahat.

Setidaknya pasutri itu kenal dengan pemilik Mansion itu.

Mereka menekan bel, tak lama, seorang anak berambut putih sedikit kebiruan membuka pintu, matanya yang berwarna sama dengan rambutnya mengingatkan si kembar pada 'teman lama' mereka di 'kehidupan lalu' nya.

Tak lama setelah anak itu membuka pintu, seorang pria berwajah seperti sang anak datang dengan senyuman hangat, namun penuh dengan kesedihan, mengenang teman lama yang coba ia bangkitkan.

Anak kembar itu membulatkan mata dan tanpa sadar memanggil nama teman lamanya di kehidupan lalu, yang belum pasti pria yang sedang berdiri di hadapan mereka adalah teman lamanya itu.

"Ere?!" Kaget kedua anak kembar itu, pria itu terkejut bukan main, menatap kedua pasang mata itu, mata yang tidak pernah ia lupakan.

Tahu akan situasi, pria itu–Ere mempersilahkan tamu ya masuk ke dalam Mansionnya, hingga pada sebuah kesempatan, kedua anak itu berbicara 6 mata dengan Ere.

"Tidak mungkin Ere, kita pasti salah. Sudah ratusan tahun sejak saat itu, Ariella." Ucap sang anak laki-laki pada kembarannya, ya, mereka adalah 'Aidan dan Ariella' yang kini diberikan kesempatan kedua untuk hidup.

"Lebih tepatnya sudah 1.000 tahun, Aidan." Ucap pria itu masih dengan senyuman hangat, namun kali ini tanpa beban, Aidan dan Ariella saling menatap, lalu saling mencubit pipi satu sama lainnya, sakit.

"Ya ampun Aidan, kau kan sudah mengorek informasi tentang ku, masa tidak tahu kalau aku adalah..."

"Penyihir terkuat sedunia." Lanjut Aidan, pria itu tersenyum ramah kemudian mengangguk.

"Lalu kenapa kami... Kembali hidup?" Tanya Ariella penasaran, mungkin saja kan sang penyihir terkuat mengetahui tentang itu, 'mungkin' saja.

"Karena... Aku menggunakan sihir untuk memanggil jiwa kalian untuk masuk ke dalam tubuh anak kembar temanku itu. Kebetulan tubuh mereka sangat cocok dengan kalian."

"Yang benar saja." Kedua anak itu menghela napas lelah, seolah beban hidup mulai berdatangan, lalu meminum teh yang disajikan oleh Ere.

"Kalian masih saja seperti dulu, oh... Mungkin bagi kalian hanya beberapa hari saja."

"Kasian sekali dirimu ini Ere, hehe..." Kedua bocah kembar itu berbicara bersamaan.

Ere hanya menatap aneh anak-anak itu, memang, cara berpikir anak-anak itu sangat tidak biasa dan tidak bisa dimengerti.

"Aku memang tidak akan pernah bisa mengerti isi pikiran kalian."

.
.
.
.

Vote dan komen, bosan mengatakan ini tapi baca karya author yg lain yah...

Adiós!

Author - 2021

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang