14. Kenangan yang Kembali

283 29 15
                                    

Lagi, sepasang mata itu berkedip beberapa kali, seraya membuatnya sadar sepenuhnya. Ia lalu duduk dan memeluk lututnya yang sudah ditekuk.

Helaan napas terdengar, oh... Isakan tangisan yang dikeluarkannya, lagi dan lagi, ia terbangun dengan tangisan.

Setelah cukup lama menangis, ia berdiri dan berjalan ke cermin yang memantulkan seluruh tubuhnya, dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Berucap dalam hati berkali-kali, mengingatkan siapa dirinya sekarang, berdiri di cermin dan kembali berkata dalam hati kecilnya;

"Aku adalah Duke Aidan, orang yang memiliki jabatan tinggi, kekayaan yang tidak tertandingi, serta ilmu yang tiada batas."

"Akulah Duke Aidan, yang sekali tunjuk, semua berani mati. Aku lah Duke Aidan, yang kuat dan bertanggung jawab, dan tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapapun."

Setelahnya, ia menunduk, ia tidak mau terlihat lemah... Makanya kamarnya selalu gelap, tidak ada pencahayaan, karena ia tidak mau ketika membuka pintu, ada yang melihatnya menangis.

--

Langit entah kenapa mendung hari ini, namun tidak terdengar suara petir atau hujan yang akan datang, hanya mendung.

Aidan saat ini sedang membaca buku di perpustakaannya bersama Ariella yang berada di belakangnya, menyender antara punggung ke punggung lainnya.

"Aidan... Aku ingin mendengar mu bernyanyi, seperti dulu." Ucap Ariella pelan, sementara Aidan yang mendengarnya hanya menggeleng.

"Tidak."

"Huuh! Hanya satu lagu saja kok!"

"Tidak."

"Ayolah Aidan!"

"Tidak."

"Kumohon?"

"Tidak."

Menyerah, Ariella kini bernyanyi sendiri, bernyanyi sebuah lagu yang sudah turun-temurun dinyanyikan keluarga mereka.

Ariella bernyanyi, sementara itu, Aidan mengeratkan pegangan tangannya pada buku, berusaha menahan sesuatu yang hampir tumpah, air mata.

Lagu itu mengalun bagai air yang membawa kenangan-kenangan lama kembali dalam ingatannya, mungkin ia beruntung karena Ariella memunggunginya, jadi tidak menyadari Aidan yang sudah berusaha mati-matian menahan air matanya.

Hingga nada terakhir, Aidan berhasil menahan air matanya tumpah berlarian ke pipi, lalu dinyanyikan kalimat terakhir itu oleh Ariella.

"Benar dan salah semuanya telah terjadi, jadi bagaimana itu bisa dianggap sebagai mimpi setelah terbangun?"

Wu Ji //Xiao Zhan ft. Wang Yibo

Setelah itu, Aidan merasakan punggung Ariella bergetar, jelas saja, Ariella menangis. Bahkan langit mendung ini mengingatkan Aidan dan adiknya itu, saat kebakaran Mansion Andra ini.

"Aidan, bisakah kita nyanyikan itu bersama, hanya untuk hari ini saja, aku ingin mengingat tentang keluarga kita lagi."

"Mm, baiklah."

Kini, kedua bersaudara itu menutup buku yang dibaca nya masing-masing dan bernyanyi, menyanyikan sebuah lagu yang terasa menyesakkan hati.

Ariella terlelap di samping Aidan, setelah bernyanyi lagu yang menyesakkan hati mereka itu, Aidan hanya terdiam dan kembali membaca buku nya, ia menatap langit, gerimis menghampiri.

Sejujurnya, Aidan paling benci hujan, baginya, tetesan hujan yang turun seperti kenangan yang berawal dari tanah, lalu naik ke langit, dan kembali lagi ke tanah, seolah sengingatkan kembali masa-masa yang dibawa tetesan air hujan itu.

Namun mau bagaimana lagi, ia bukan tuhan yang bisa menghentikan hujan dan mendatangkan langit cerah, semua hanya ada dalam angan-angan nya saja, berharap tidak pernah hujan agar ia tidak pernah mengingat saat orang tuanya yang ditemuinya wafat, ketika itu juga hujan.

"Hujan sialan."

.
.
.
.

Sesuai judulnya, ini cuman bagian mereka yang mengingat tentang "kenangan" mereka sama orang tuanya doang, itu aja.

Dan voment!

Author - 2020

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang