Sudah lama sekali rasanya Zachery tidak menikmati sarapan ala rumahan. Seringkali beralasan setiap eyang bertanya mengapa dirinya selalu melewatkan jam makan pagi di rumah. Dan sekarang rasanya ia tak sabar untuk segera menyantap masakan yang aromanya sejak tadi sudah menggelitik hidungnya.“Sini, Mas bantu” Zachery mengambil alih piring dari tangan kecil Kirana. Melihat bagaimana mandirinya gadis itu dia jadi ingat adiknya— Afsana, yang sekarang tengah melanjutkan pendidikannya di negeri paman sam.
“Good girl!” puji Zachery saat Kirana sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Sementara Eshal yang baru menyelesaikan masakannya segera menghidangkan satu wadah besar berisi nasi goreng dan satu piring berisi tiga telur mata sapi.
Sebenarnya sejak kedatangan Zachery dirinya dilanda rasa gugup. Tidak ada pria dingin, menyebalkan yang biasa ia lihat di kantor. Namun sosok hangat yang bahkan bisa dengan mudahnya mengobrol dengan Kirana yang notabenenya cukup sulit untuk bergaul dengan orang baru.
Selesai memasukkan nasi goreng dan telur diatas masing – masing piring, Eshal duduk disamping Kirana.
“Mas Zach yang pimpin do'a dong!” sahut Kirana semangat.
Zachery langsung menatap Eshal untuk mendapatkan izin “silahkan” sahut Eshal.
Kedua tangan Zachery terangkat keudara, mulutnya merapal do’a yang biasa dia munajatkan sebelum memulai makan. Eshal dan Kirana ikut mengamini do’a yang baru saja selesai beberapa detik yang lalu.
Untuk pertama kalinya Eshal membayangkan sebuah keluarga utuh di meja makan. Hal yang coba ia lupakan sejak lima tahun ini. Namun kehadiran Zachery ditengah – tengah mereka mampu menambah warna baru paginya bersama Kirana, warna yang sempat memudar dan hanya diisi oleh Budhe Ana dan Zidan. Eshal bisa melihat binar nyata dikedua manik almond milik Kirana, cerah dan lebih bersemangat.
“Selamat makan” Kirana memasukkan nasi goreng kedalam mulutnya dengan lahap “enak enggak, Mas? Nasi gorengnya mbak Eshal itu paling enak loh”
Zachery tersenyum kecil kemudian mengangguk membenarkan setelah mencobanya “wah bener. Jadi kepingin sering – sering sarapan disini” celetuknya.
Celotehan Zachery justru membuat rona di kedua pipi Eshal layaknya tomat yang ikut ia hidangkan diatas piring.
“Saya gatau kalau kamu pinter masak. Saya kira cuma pinter ngomel aja” sahut Zachery seketika membuat rona di pipi Eshal pupus.
Eshal mencibir dari tempat duduknya. Kalo mau muji gausah pake nyindir juga kali pak!
“Mas Zach, Mas kenal sama bosnya mbak Eshal?” pertanyaan Kirana mendapat perhatian dari mereka yang duduk dimeja makan.
“Kenal, bos yang ganteng sama baik hati itu ‘kan?” sempat – sempatnya Zachery tersenyum membanggakan dirinya.
Astaga tadi aku masukin apa aja ya ke nasi goreng? Kok tiba – tiba ini orang narsis banget.
Kirana mengerutkan keningnya, enggan setuju dengan ucapan Zachery “enggak ah! Kalau baik masa mbak Eshal dihukumnya lama cuma gara – gara telat satu kali? Buat Kirana bosnya itu jahat, udah bikin mbak Eshal berangkat pagi banget sama pulang malam”
Eshal mengulum bibirnya kuat – kuat agar tawanya tidak meledak setelah mendengar rentetan kalimat protes yang muncul dari bibir mungil itu.
“Kasihan mbak Eshal kecapean terus. Buat Kirana bosnya mbak Eshal enggak ganteng, soalnya udah enggak baik sama mbak Eshal.” todong Kirana pada Zachery.
Zachery menatap Eshal tajam saat tawa kecil keluar begitu saja dari mulut Eshal “itu gara – gara mbaknya Kirana terlambat. Terlambat itu bukan kelakuan baik, manis”
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRE D'AMOUR
ChickLit╭ αffαírє d'αmσur (n.) huвungαn cíntα sαmα tídαk pєrcαчαnчα tєrhαdαp cíntα mєnαrík mєrєkα sαtu sαmα lαín. ╯ ••• "Kamu sengaja sakit buat ca...