Eshal berlari kecil kembali kedalam rumah saat melupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya— mengecup kening Kirana sebelum berangkat. Biasanya ia akan melakukannya saat adik kecilnya itu bangun tidur, tetapi karena dia sudah harus berangkat maka dari itu ia melakukannya saat Kirana masih tidur.
"Dadah Kirana, Mbak berangkat" bisik Eshal setelah mengecup kening adiknya.
Matanya mengedar mengecek perlengkapan sekolah adiknya yang sudah siap, catatan pemberitahuan yang ia tempel di gelas atas nakas kalau – kalau adiknya lupa jika hari ini Eshal memulai jadwal barunya.
Kemarin dia sudah berpesan pada Kirana jika beberapa minggu kedepan akan berangkat lebih pagi, oh tidak, sangat pagi. Eshal juga sudah menitipkan Kirana pada Budhe Ana— ibu Zidan untuk menghangatkan sarapan dan juga menemani gadis kecil itu menunggu bus jemputan didepan komplek.
Eshal sangat bersyukur memiliki Zidan dan Budhe Ana dalam hidupnya jika sudah disibukkan pekerjaan seperti ini, sebenarnya sangat banyak sih yang ia syukuri dari keduanya yang merupakan keluarga yang tersisa dihidupnya.
Eshal kembali berlari kecil untuk memakai sepatunya, menatap sejenak arloji ditangan kirinya— jam lima lewat empat puluh menit "semangat Eshal!" ucapnya menyemangati diri yang akan memulai hari bersama bos menyebalkannya.
Sampai di lobi kantor ia menatap jam dinding besar diatasnya. Pukul lima lewat lima puluh tiga menit. Ia tersenyum, mungkin saja ia datang lebih pagi dari bosnya itu. Satu lagi yang membuatnya tersenyum, karena jam besar itu. Siapa lagi memangnya yang memasang jam sebesar itu selain Zachery, Bosnya. Saat memasang jam besar itu bahkan dia mengumpulkan seluruh pegawai kantor dan berucap "jam ini mengingatkan kalian agar lebih disiplin terhadap waktu""Pagi, Pak Didi!" Eshal menyapa seorang petugas kebersihan kantor— bagian pegawai yang memang diwajibkan datang lebih pagi.
"Loh bu Eshal, masih pagi udah sampe? Apa ndak kepagian?" tanya Pak Didi atas presensi yang tidak biasa dari Eshal datang sepagi ini.
Eshal tersenyum "enggak kok Pak, saya lagi dalam misi" balasnya. Misi mengalahkan bosnya.
Pak Didi terkekeh. Eshal ini memang gadis yang selalu punya kosakata lucu dan membuat lawan bicaranya tertawa.
"Itu buat siapa Pak?" tanya Eshal melirik kopi diatas nampan yang dibawa oleh Pak Didi.
"Oh ini kopi buat Pak Zachery"
Eshal terkejut mendengar jawaban dari pak Didi, jadi bosnya itu sudah tiba lebih dulu? "Pak Zachery udah dateng? Dari jam berapa?" rentetan pertanyaan keluar begitu saja sebab dirinya tidak menyangka jika bosnya tidak main – main dengan perkataannya.
"Baru aja kok Bu, 5 menit yang lalu" saat kedatangannya Zachery langsung meminta untuk dibuatkan kopi pada Pak Didi.
Astaga, hari ini dia kalah telat 5 menit dari bosnya itu "Pak, biar saya aja yang anter" tawar Eshal.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRE D'AMOUR
ChickLit╭ αffαírє d'αmσur (n.) huвungαn cíntα sαmα tídαk pєrcαчαnчα tєrhαdαp cíntα mєnαrík mєrєkα sαtu sαmα lαín. ╯ ••• "Kamu sengaja sakit buat ca...