Episode 7: Sosok Yang Dirindukan

2.3K 234 0
                                    

Gara – gara kejadian tadi siang dengan bosnya yang menyebalkan kini Eshal harus mendatangi kediaman Pak Ibnu untuk menanyakan beberapa hal tentang pekerjaannya sebagai sekretaris sementara. Menjadi sekretaris  Zachery sungguh menguras banyak energi karena terlalu banyak mengumpat pada tindakan semena – mena bosnya itu. Setidaknya kali ini dia harus dipersenjatai sebelum kembali ke medan perang besok.

"Kayaknya bener deh ini rumahnya" Eshal menggumam, ia mengecek alamat di ponselnya. Alamat rumah Pak Ibnu yang sengaja ia minta pada bagian personalia.

Eshal menekan bel rumah sederhana yang terlihat sangat asri dengan dua pohon mangga dihalamannya itu.

Belum melihat tanda – tanda pemilik rumah membuat Eshal kembali menekan bel rumah tersebut.

"Cari siapa Nduk?" seorang wanita paruh baya menyapa Eshal dari arah belakang.

Eshal membalikan tubuhnya dan mendapati seorang wanita paruh baya disana "sore Bu. Saya Eshal dari Musky Corporation. Saya cari pemilik rumah ini—Pak Ibnu" mata upturnednya yang sering disalahsangkai menyorot sinis, kini berbinar cerah seiring kedua sudut bibirnya yang mengembang.

Wanita paruh baya itu tersenyum mengangguk "Woalah, cari suami saya. Pak Ibnunya masih di Rumah Sakit habis operasi. Kalau mau ketemu bareng Ibu aja, tapi Ibu mau ambil baju dulu" tuturnya menjawab rasa penasaran sekaligus membangun penasaran baru dikepala Eshal. Pak Ibnu di Rumah Sakit? Sakit apa?

"Pak Ibnu sakit? Yaampun maafin saya Bu, harusnya saya nengok ke rumah sakit" sesal Eshal sebab tidak tahu menahu tentang sekretaris sebelumnya Zachery yang kini harus dirawat di rumah sakit.

Wanita paruh baya itu menggeleng tersenyum "Enggak apa – apa. Bapak memang kayak gitu, enggak suka kalau ada yang tahu kalau bapak lagi sakit. Ayo masuk dulu nduk, diluar dingin" tangannya menggenggam lembut tangan Eshal untuk menyuruhnya masuk. Memasuki musim ketiga, angin malam memang akan terasa sangat menusuk sampai kulit jika tidak berpakaian tebal.

Eshal mengangguk dan mengikuti langkah istri pak Ibnu yang memasuki rumah tradisional jawa jaman dahulu ini.

"Habis pulang kerja pasti belum makan 'kan? Makan dulu ya, Ibu angetin masakan tadi pagi di kulkas"

"Enggak usah Bu, ngerepotin" balas Eshal merasa tak enak.

Wanita paruh baya itu menggeleng "Enggak dong. Malah Ibu seneng kamu dateng kesini. Nama ibu Ajeng" bu Ajeng berjalan ke dapur untuk mengambil makanan dari kulkas yang akan ia hangatkan.

"Eshal mirip banget sama putrinya Ibu. Namanya Farah" lanjut Ajeng.

Eshal terkekeh "wah beneran, Bu? Pasti manis kayak saya" ucapnya dengan canda.

Tak ayal membuat Ajeng ikut tertawa "baru loh ibu denger ada yang muji langsung dirinya manis. Tapi emang bener"

"Berapa umurnya, Bu? Sekarang lagi nemenin Pak Ibnu di RS ya?"

Eshal tidak tahu jika ucapannya akan membuat satu kenangan masa lalu kembali, yang Eshal tebak itu adalah kenangan yang tidak menyenangkan. Terlihat dari tatapan bu Ajeng yang berubah sendu "mungkin seumuran sama kamu. Umur 26 tahun ini. Harusnya" wanita paruh baya itu menghela kemudian tersenyum "sekarang udah di surga" ia menjatuhkan pandangan pada Eshal yang amat mengingatkannya pada mendiang putrinya.

"Maaf, Bu" sesalnya, secara tidak langsung telah menarik Ajeng untuk mengingat kesakitan itu kembali.

"Enggak apa – apa, Nduk. Insyaallah dia udah tenang disisi Sang Maha Kuasa" balas bu Ajeng menyodorkan sepiring nasi dan beberapa lauk kehadapan Eshal.

Setiap tutur kata lembut yang keluar dari kedua belah bibir bu Ajeng, membuatnya rindu pada kehangatan seorang ibu, kehangatan yang sudah lama hanya diisi angin dan hujan yang menyisakan dingin.

AFFAIRE D'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang