Menatap temaram langit sore di kecamatan Wangi - Wangi memberikan satu sensasi menenangkan tersendiri bagi Eshal. Ya setidaknya tempat teratas hotel yang tengah sepi ini memberinya ruang untuk dapat menumpahkan tangis.
Seburuk itukah dirinya sampai - sampai bosnya berkata seperti itu?
Hatinya jelas merasa sesak. Dirinya tak suka ketika orang lain membahas orangtuanya. Juga, jika Zachery mengatakan hal seperti itu bukankah itu berarti bahwa sikapnya tumbuh menjadi seorang gadis yang buruk?
Belum genap dua hari ia sudah mendapatkan dua predikat. Kakak yang jahat. Gadis yang buruk.
Oh ada yang ketiga, ibu tunggal. Masa bodoh dengan Zachery yang kembali salah paham, yang jelas ia sangat tidak suka orang lain menghubung - hubungkan sifatnya dengan kedua orangtuanya. Sudah jelas, ia tidak tumbuh dengan kasih keduanya.
Ditengah hati dan emosinya yang tengah menggebu, sesuatu dingin menjalar perlahan keseluruh tubuh membuatnya sedikit terlonjak sebab terkejut akan sebuah presensi.
Ia menatap kesamping kanan saat melihat tangan besar memegang sebuah minuman dingin yang tengah menempel di pipi kanannya.
"Kayaknya kamu butuh yang adem - adem" lelaki itu sejenak merogoh saku celananya "Sama sapu tangan" Thufail kemudian menyodorkan kedua benda tersebut kehadapan Eshal.
"Mas Thufa" Eshal menatap haru lelaki yang sudah ia anggap kakaknya sendiri itu. Tangisnya kembali pecah.
Thufail mendaratkan tangannya, menepuk halus punggung yang tengah bergetar itu. Hingga perlahan tangis dari si gadis mulai mereda.
"Lap dulu tuh ingusnya!" Thufail terkekeh memandang mata Eshal yang memerah.
"Mas Thufa!" kesal Eshal mengambil sapu tangan Thufail dan menghapus air matanya. Tidak ada ingus yang lelaki berambut mullet itu bilang.
Thufail terkekeh, sedikit lega melihat Eshal yang sudah kembali mengomel.
"Flashdisknya udah ketemu. Di kamar mandi perempuan. Tadi petugas kebersihan nyariin kamu enggak ketemu, akhirnya dia nitip ke aku" jelas Thufail duduk disamping Eshal.
Thufail membuka tutup botol minuman yang ia pegang dan memberikannya pada Eshal.
Eshal meneguknya beberapa kali. Cukup untuk membuatnya tenang. Terdengar pula ia menarik dan menghembuskan napas perlahan "syukur deh, seenggaknya aku enggak jadi cewek yang punya niatan balas dendam dengan mengacau proyek" lirih Eshal.
Thufail melirik kemudian bertanya "Zach bilang gitu?"
Eshal menjawabnya dengan anggukan.
Beberapa saat Thufail terdiam "dia sama kamu sama - sama capek. Tahu sendiri lah dia kerja keras banget untuk keberhasilan proyek ini. Dia enggak suka kekalahan" jelasnya. Mengingat bagaimana Zachery bekerja siang malam, memperbaiki dan menyempurnakan konsep.
Sekali lagi napas berat Eshal berhembus "ya, aku juga salah. Aku lagi kacau banget, Mas" akunya.
"Kacau kenapa? Kamu bisa cerita. Katanya cerita bisa bikin seseorang sedikit lega. Itu yang Hana selalu bilang ke aku"
Manik keduanya sempat bertemu sebelum akhirnya Eshal kembali memandang langit sore "Aku bentak Kirana sampe dia nangis kemarin malam. Aku lagi capek banget, emosi aku lepas gitu aja ke Kirana" Eshal menunduk, air matanya kembali menyeruak. Ia merasakan penyesalan yang mendalam.
Akhirnya Thufail paham wajah kusut Eshal sejak kemarin malam karena hal ini rupanya "Shal, semua orang bikin kesalahan. Tapi yang bikin seseorang itu lebih baik saat dia mau memperbaikinya. Kamu mesti minta maaf dan baikan sama Kirana sepulang nanti" Thufail mengusap lembut punggung Eshal yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRE D'AMOUR
ChickLit╭ αffαírє d'αmσur (n.) huвungαn cíntα sαmα tídαk pєrcαчαnчα tєrhαdαp cíntα mєnαrík mєrєkα sαtu sαmα lαín. ╯ ••• "Kamu sengaja sakit buat ca...