Episode 12: Dua Cangkir Kopi Berbeda Rasa

1.8K 199 1
                                    

Hari demi hari berlalu, menunjukkan waktu semakin dekat menuju presentasi proyek. Lembur untuk Tim Wakatobi Scent berada didepan mata sebab mengejar target untuk memenuhi kebutuhan presentasi yang matang dan sempurna didepan para investor dan petinggi negara minggu ini.

Mengangkat pariwisata salah satu wilayah di negeri ini ke mancanegara menjadi tantangan tersendiri bagi perusahan parfum yang sudah menginjak pasar internasional ini.

Zachery menyiapkan salah satu ruangannya sebagai ruang khusus untuk tim Wakatobi Scent— terletak di lantai 3 kantor. Ruangan yang sekarang digunakan untuk Tim Wakatobi Scent mengerjakan proyeknya, lebih mudah untuk berkomunikasi satu sama lain karena berada dalam satu ruangan.

Ada satu meja besar ditengah ruangan tempat berdiskusi bersama dan meja – meja kerja kecil milik individu. Tim ini terisi oleh Zachery sebagai pengawas, Raka dan Bibin dari departemen produksi yang akan mengurus segala hal mengenai produksi dari parfumnya nanti, kemudian Thufail sebagai kepala proyek sekaligus departemen design & packaging bersama Eshal bertanggung jawab untuk mendesain botol kemasan parfum, Sauqi dan Daris dari departemen pemasaran yang akan memastikan dan menghandle lokasi pameran hingga jalannya pameran.

"Saya rasa desain botol parfum kayak gini udah mainstream. Karena ini bertemakan Wakatobi, kenapa kita enggak pakai desain bentuk pulaunya?" usul Eshal yang tengah berdiskusi bersama Thufail.

"Memang elegan. Tapi apa nantinya malah bikin enggak nyaman dipakai kalau desain kayak gitu?" tanya Thufail masih menelaah desain setengah jadi dari Eshal.

"Kita perhalus, Pak. Jadi nanti ukiran bagian dalem aja. Kita buat luarnya tetap halus. Jadi nanti kita bisa memasukkan satu hal khas dari wakatobi sekaligus tetap nyaman digunakan konsumen" tambah Eshal.

Thufail terlihat berpikir dan menelaah "nah iya, kalau kayak gitu saya setuju. Botol kemasan elegan bisa nambah nilai eksklusif parfumnya" Thufail mengangguk lalu kembali berkutat dengan laptopnya. Begitu juga dengan Eshal yang kini sudah fokus.

Sementara yang lain juga sedang sibuk dengan pekerjaannya masing – masing. Tak terkecuali Zachery, dirinya sedang disibukkan dengan beberapa berkas investor yang akan mengucurkan dananya di proyek ini. Proyek ini cukup besar karena menggaet menteri pariwisata. Rencananya parfum ini akan dijadikan sebagai salah satu ikon yang menjadi daya tarik para pelancong domestik maupun mancanegara, untuk meningkatan bidang pariwisata di Wakatobi.

"Eshal" panggil Zachery yang kini menyandar di kursi miliknya. Pikirannya mulai tak fokus, ia membutuhkan suatu pemicu.

Eshal segera bangkit dan menghadap Zachery "iya, Pak?"

"Buatkan saya kopi, sekarang!" perintah Zachery.

Thufail dan Bibin melirik mendengar ucapan Zachery barusan.

Sementara yang diperintah mengerutkan keningnya "maaf – maaf nih Pak bos. Tugas saya cuma mengerjakan kerjaan yang berhubungan sama kantor, bukan kerjaan asiten rumah tangga"

Tak pernah ada yang membosankan dalam Tim ini, perselisihan antara Zachery dan Eshal seakan menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Karena ya, memang Eshal satu – satunya yang begitu berani pada seorang  Zachery.

"Buatin saya kopi termasuk kerjaan kantor buat kamu! Buruan, saya butuh kopi buat naikin konsentrasi!" perintahnya tegas dan mutlak tak menerima penolakan.

Pada akhirnya Eshal kalah debat dari Zachery. Dia melangkah menjauh menuju dapur untuk membuatkan kopi yang Zachery minta.

Hatinya tentu saja menolak sebal. Apalagi melihat wajah keras Zachery yang menunjukkan keangkuhan.

"Hei! Bikin kopi, Shal?" sapa Daris yang baru saja dari kamar mandi memasuki dapur dan duduk disalah satu kursi menghadap Eshal.

Eshal menengok sekilas kemudian
mengangguk "mau juga?" tawarnya sembari tangan yang bekerja memasukkan gula.

"Eshal, itu garam loh bukan gula. Yakin bisa bikinin buat aku?" Daris terkekeh sembari menarik garam dari tangan Eshal dan menggantinya dengan gula.

Bahkan tanpa disadari tangan Eshal saja diam – diam ingin membalaskan dendam pada Zachery. "hehe, salah ambil. Sekarang udah ambil yang bener. Jadi bisalah bikinin kamu satu".

"Bisa aja deh. Makasih ya" Daris tersenyum.

Eshal membalas senyum riang Daris.

Pria itu kembali duduk dikursi dekat konter "bentar, ibuku telpon" Daris sedikit menjauh dari arah dapur, menjadikan kesempatan untuk Eshal mengambil wadah garam yang sempat diambil pria bermarga asli Klaten. Dengan cepat ia memasukkan beberapa sendok garam ke dalam salah satu kopi yang ia buat.

"Selesai!" Eshal tersenyum puas.

Rasain kamu!

"Udah?" tanya Daris yang baru saja kembali.

"Iya, ini punya kamu" Eshal menyodorkan salah satu cangkir kopi kehadapan Daris.

"Makasih" Daris menyeruput kopinya, ia melirik Eshal yang mengambil nampan dan meletakkan kopinya keatas sana "Loh punya kamu enggak diminum?" Daris melirik satu kopi yang tersisa. Pria ini tidak di ruangan saat perintah membuat kopi itu meluncur dari mulut si bos menyebalkan itu.

"Enggak, ini punyanya Pak Bos nyebelin!" gerutu Eshal.

Daris langsung celingukan takut – takut Zachery ada didekat mereka dan mendengar. Bisa kacau nanti. Zachery akan kembali pecah oleh emosi amarah lagi.

"Udah ya Dar, aku mau nganter ini dulu" Eshal melangkah pergi kembali ke ruang proyek membawa cangkir kopi yang sudah ia buat.

Langkah tak terlalu lebar namun diiringi percaya diri dan tawa yang siap meledak melihat bosnya yang tengah sibuk membuka beberapa halaman kertas "kopinya, Pak" Eshal berusaha memberikan senyuman manis saat memberikan kopi pada Zachery.

Zachery mendelik tak suka melihat gadis dihadapannya yang bersikap sok manis ini.

"Ya" balas Zachery tanpa terimakasih.

Eshal berbalik. Pilihan yang tepat sedikit membubuhi zat lain dalam kopi itu.

Ia menyempatkan diri untuk kembali menengok, kemudian tersenyum picik melihat Zachery yang mulai menyeruput kopi buatannya. Dengan cepat ia berjalan menuju pintu.

"SIAL, KAMU MASUKIN APA KE KOPI SAYA?!" teriak Zachery menyecap rasa asing dari secangkir kopi yang ia tegus. Matanya menatap tajam Eshal diujung pintu dan mengundang orang dalam ruangan menatap mereka secara bergantian.

"Garam sedikit bisa bantu bapak konsentrasi lebih! Saya permisi mau ke toilet" Eshal berlari kecil dari ruangan itu sebelum mendapat amukan dari bosnya.

Raka, Bibin, Daris, Syauqi, dan Thufail yang ada di ruangan diam – diam ikut terkikik geli melihat pemandangan yang sangat langka terjadi – melihat bosnya kesal karena ulah jahil orang lain.

"Eshal kok berani banget?" bisik Daris. Dia mana berani melakukan hal seperti itu. Bosnya mengamuk sekali padanya saja sudah membuat lututnya gemetaran.

"Daris, bukannya kopi yang dibikin sama Eshal enak – enak aja ya?" Thufail melirik Daris yang duduk disampingnya.

Daris melirik Thufail kesal, kemudia wajah garang Zachery "Emm— iya. Dia bikinin aku juga, tapi enak – enak aja." jawab Daris takut – takut.

Zachery menatap Thufail sebal. Pria itu malah menambah menyulut emosinya. Gadis itu saja sudah membuat emosinya mencapai ubun – ubun. Tetapi sungguh tidak elit jika dia harus kembali marah – marah hanya karena secangkir kopi asinnya. Dia sudah merencanakan hal lain untuk membalas gadis itu.



•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AFFAIRE D'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang