Episode 14: Pertengkaran

2.2K 200 1
                                    

Beberapa hari ini Eshal bekerja lembur mempersiapkan segala hal untuk presentasi awal kepada para investor dan mitra yang tergabung dalam peluncuran proyek. Rencananya presentasi itu akan diadakan lusa di pulau Wakatobi.

Tubuhnya terasa sangat penat meski ia pulang lebih awal dari malam - malam sebelumnya. Jam sembilan malam ya sedikit awal karena biasanya dia baru pulang pukul sebelas malam.

Saat pulang ia mendapati Kirana masih menonton TV dan belum tidur "loh! Kok Kirana belum bobo?" tanya Eshal meletakkan tas kantornya di kursi dan menghampiri Kirana.

"Kirana nungguin Mbak. Katanya mau makan malem bareng?" Manik Kirana menyorot kecewa. Tadi pagi kakaknya bilang akan makan malam bersama, untuk itu dia menunggu.

"Yaampun. Maafin Mbak, sayang" jelas Eshal merasa bersalah sudah melewatkan janji yang ia ucap tadi pagi.

"Sekarang udah makan?" tanya Eshal mengusap surai sebahu milik Kirana.

Kirana menggeleng, padahal sudah masuk waktu tidur dan gadis kecilnya justru belum makan malam.

"Kalau gitu Mbak masakin nasi goreng ya? Mbak juga laper" meski penat Eshal memaksakan dirinya untuk memasak. Tak mungkin ia membiarkan adik kesayangannya kelaparan.

Kirana mengangguk lalu mengikuti kakaknya dari arah belakang.

"Gimana tadi di sekolah?" tanya Eshal saat memotong beberapa bahan makanan.

"Tadi ada pelajaran matematika, Mbak" jelas Kirana menyusun piring dan sendok diatas meja.

"Susah enggak? Kalau susah ngitungnya sambil bayangin wajah cantik Mbak aja" canda Eshal membuat Kirana yang sejak tadi cemberut terkekeh.

"Mending bayangin wajahnya kak Zidan aja. Kan ganteng. Jadi nanti pas ngitung kepalanya Kirana enggak sakit" timpal Kirana.

"Mas Zidan? Ey emangnya seganteng itu sampe bikin kepala Kirana enggak pusing ngerjain soal matematika?"

Kirana mengangguk "beneran. Temen - temen Kirana aja pada nanyain siapa Mas ganteng yang bareng Kirana kalau lagi nungguin bus jemputan" kini gadis kecil itu duduk menunggu Eshal menyelesaikan masaknya.

"Mas Zidan seterkenal itu?" kaget Eshal sedikit tak percaya. Tangannya masih bekerja memasukkan nasi goreng yang sudah jadi ke atas piring.

Kirana mengangguk mengingat beberapa temannya yang sering menanyakan Zidan.

"Mbak Eshal" panggil Kirana.

"Iya, sayang?" tanya Eshal yang baru saja duduk di kursinya bersiap untuk makan.

Kirana menatap kakaknya cukup lama, sampai akhirnya ia berkata "hari sabtu jalan - jalannya jadi 'kan? Kita udah lama enggak jalan - jalan Mbak" pertanyaan Kirana membuatnya terdiam di tempat. Sudah 2 minggu mereka tidak menikmati akhir pekan diluar. Sekarang, ia lupa mengabari adiknya jika besok ia harus ke Wakatobi untuk presentasi sekaligus survey.

"Maafin Mbak, sabtu nanti belum bisa jalan - jalan. Mbak harus ke Wakatobi sama kantor Mbak." jelas Eshal. Ya biasanya hari sabtu adalah hari mereka jalan - jalan bersama sebagai ganti Eshal yang terlalu sibuk di hari biasa.

Kirana langsung menunduk, ia berjalan ke kamarnya meninggalkan sang kakak. Eshal bangun menghampiri Kirana "Kirana makan dulu" bujuk Eshal.

"Enggak mau! Kirana mau tidur aja" tolak Kirana masuk kedalam kamar. Eshal menarik napasnya berusaha meredam emosinya. Jangan sampai ia marah, karena akan meledak disaat penat seperti ini.

Akhirnya Eshal membiarkan Kirana untuk tidur. Sementara dirinya kembali ke meja makan memakan makan malamnya meski setengah bernapsu. Ia belum makan sejak siang. Dirinya tak boleh sakit karena harus mengurus Kirana.

AFFAIRE D'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang