Hampir lima belas menit mereka sudah meninggalkan halaman rumah Budhe Ana. Kirana melontarkan beberapa ocehan yang ditanggapi oleh Eshal dan Zachery. Tidak ada yang berbeda saat Zachery menanggapi ocehan Kirana dengan begitu sabar, tapi sorot matanya terlihat meredup setelah keluar dari rumah Budhe Ana.
Yang jelas sorot itu hadir setelah Zachery bertemu dengan Tante Mayang.
"Pak— maksud saya Zach, kamu baik - baik aja?" tanya Eshal memastikan. Wajah itu gusar, namun juga tersirat kemarahan didalamnya.
Dari kursi kemudi Zachery melirik sebentar meski dirinya terkejut atas pertanyaan Eshal yang tiba - tiba. Dia kembali mengendalikan dirinya "memangnya saya kenapa?"
Eshal mendengus saat pertanyaannya malah dijawab dengan pertanyaan "sejak keluar dari rumah Budhe, kamu kayak hilang fokus. Enggak sadar ya? Tadi aja Kirana tanya mau makan dimana sampai tiga kali" terangnya.
Zachery tak dapat menampik jika tingkat kepekaan Eshal begitu tinggi. Tapi hal yang ia rasakan sekarang bukan sesuatu hal yang patut untuk dibagikan pada orang lain "Saya baik - baik aja. Sedikit kepikiran sesuatu. Tapi bukan sesuatu yang berarti" jelas Zachery.
Eshal mengangguk mengerti "Okey. Tapi kalau butuh pendengar, aku cukup baik untuk menjadi seorang pendengar curhat. Walaupun kadang tanpa solusi" Eshal terkekeh, kala dirinya teringat curhatan dari Hana tentang betapa sensitifnya ibu satu anak itu saat hamil. Dirinya mana tahu tentang hal itu, menikah saja belum. Jadi yang dia lakukan hanya mendengar omelan Hana, sampai wanita itu merasa puas.
Tawa Zachery pecah meski tidak kencang tapi perkataan Eshal cukup menghiburnya "baru tahu kalo kamu pendengar yang baik. Padahal kalo di kantor, saya suruh apa kamu kerjain hal yang beda. Tapi, terimakasih atas niat baiknya"
Eshal mencebik sebal, bosnya ini tidak bisa diberi simpati sama sekali ya.
"Mas Zach, masih lama ya?" sahut Kirana dari belakang.
"Enggak, ini kita udah sampe" Zachery menunjuk restoran disebelah kanan dan segera membelokan mobilnya memasuki area parkiran.
***
Zachery membawa Eshal dan Kirana ke sebuah Restoran Nusantara. Mereka kini sudah duduk di kursi bagian luar yang menampakkan langsung suasana kota Jogja menjelang malam.
Lagi - lagi Eshal tersenyum saat pandangannya jatuh pada Kirana dan Zachery, melihat bagaimana cerewetnya Kirana menceritakan harinya pada Zachery, tentang kegemarannya. Pun Zachery menanggapinya dengan begitu antusias.
Zachery memang sangat mudah akrab dengan anak - anak. Dia suka berinteraksi dengan mereka sebab hati mereka yang masih bersih dan tulus, tanpa kebohongan atau pun sebuah kepura - puraan. Hal ini juga yang ada pada diri Eshal dia gadis yang apa adanya, tidak seperti gadis - gadis yang sebelumnya mendekati dirinya sebab "ada apanya".
Perlu diketahui, bahwa Zachery ini lelaki kedua yang bisa membuat Kirana cerewet selain Zidan. Entahlah, berada dalam momen ini dirinya merasa begitu utuh- dalam artian sebuah keluarga utuh-dirinya, Kirana, dan em-Zachery.
Eshal menggeleng kuat saat pikirannya mulai melantur kemana - mana. Padahal sejak dia ditinggal pergi oleh orangtuanya dengan Kirana dia tak pernah berpikir untuk membangun sebuah keluarga dengan pria manapun. Sempat sih, tapi pria itu malah ikut mematahkan hatinya. Hingga dirinya sudah terlanjur tidak percaya dengan namanya cinta dua insan berlawan jenis apalagi pernikahan.
Tapi kenapa Zachery seakan membuat prinsipnya tersebut goyah, Ini gila! Kali ini Eshal menggeleng lebih kuat membuat Zachery menatapnya khawatir "Eshal, kamu baik - baik aja?"
"Eshal" panggil Zachery.
"Ohh? Iya Pak?"
"Ini udah bukan jam kantor" ingat Zachery.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRE D'AMOUR
ChickLit╭ αffαírє d'αmσur (n.) huвungαn cíntα sαmα tídαk pєrcαчαnчα tєrhαdαp cíntα mєnαrík mєrєkα sαtu sαmα lαín. ╯ ••• "Kamu sengaja sakit buat ca...