Eshal tak pernah tahu jika hal sederhana yang Zachery lakukan bisa menjadi hal yang membuat jantungnya berdebar tak beraturan. Padahal saat pertama bertemu, ia bersumpah jika tak ada kebaikan sama sekali dalam diri pria itu.
Tidak sampai saat ini, ketika tangan Zachery bergerak memasang jaket kulit hitamnya ke tubuh Eshal. Membuat satu sensasi asing menggelitik sudut hatinya didalam sana. Angin pantai memang menyegarkan tapi jika ditambah air dinginnya lama – lama akan membuat seseorang flu juga. Seperti yang terjadi pada Eshal sekarang.
"Lemah banget, baru juga air laut" momen manisnya hanya bertahan sekejap, perkataan barusan menyadarkannya jika bosnya bukan manusia bermulut manis.
"Salah siapa coba? 'Kan bapak yang bikin saya basah kuyup" Eshal merutuk sebal, tangannya menggosok hidungnya yang mengelitik gatal dan menyisakan merah disana.
"Naik taksi aja" usul Zachery melihat Eshal yang masih menggigil. Mereka kini tengah dalam perjalanan kembali ke hotel karena satu jam lagi sudah harus berangkat untuk survey.
Eshal menggeleng "Sayang banget kalau lewatin pemandangan kayak gini. Di Yogyakarta 'kan enggak ada. Lagian enggak jauh, cuma 10 menit" ucapannya harus terhenti sebab satu desakan bersin yang tidak bisa ia tahan "kalau bapak mau duluan enggak apa - apa, jaketnya—" Eshal tak sempat melepas jaket Zachery yang masih tersampir dibahunya karena pria itu langsung mencegahnya.
"Keras kepala!" lelaki itu mengambil langkah cepat, berjalan mendahului Eshal. Sejauh dia bekerja bersama Eshal hampir dua minggu gadis ini memang tidak mudah dalam hal mendengarkan.
"Tungguin Pak!" Eshal sedikit berlari mengejar Zachery yang sudah berdiri agak jauh didepannya.
Beberapa saat suasana sempat hening karena mereka berjalan dengan pikiran masing – masing.
Eshal melirik Zachery yang tak berucap, menatap jalanan disekelilingnya "Pak saya boleh tanya sesuatu?"
Zachery hanya melirik sekilas tanpa memberikan respon apapun.
"Saya anggap boleh ya. Bapak dapet info dari mana kalo saya ibu tunggal? Sama yang kemarin— bilang Zidan suami saya?" ya sesungguhnya Eshal penasaran, pekerja paling baru pun tak ada yang menganggap atau mendengar gosip tentang dirinya seperti ini. Baru Zachery seorang.
"Bapak pakai informan abal ya buat cari informasi pekerja Bapak?" Ia tak akan merasa aneh jika bosnya mencari informasi tentang dirinya, secara pria itu tipe perfeksionis dalam pekerjaan tentu saja akan mencari latar belakang pekerjanya untuk keamanan.
Zachery mengulum bibirnya yang mengering "Pokoknya ada. Dia malah ngerjain saya" balasnya teringat wajah menyebalkan Thufail dengan tawa lebar sebab sudah berhasil mengerjainya.
"Wah ada ya yang berani ngerjain bapak? Saya jadi pengen kenalan sama orangnya" Eshal terkekeh atas ucapannya sendiri. Melihat bagaimana perangai Zachery, berani juga orang itu.
Zachery menghentikan langkahnya dan berbalik membuat Eshal menubruk bahu depannya. Sempat membuat gadis 27 tahun itu meringis. Berapa banyak sih susunan otot dibahu lelaki ini sampai membuat kepala Eshal berdenyut.
"Kenapa, Pak?" Eshal sedikit ciut melihat tatapan tajam Bosnya. Lebih tajam daripada pisau punya budhe Ana yang biasa digunakan untuk menyembelih ayam.
Zachery maju satu langkah mensejajarkan tubuhnya berhadapan langsung dengan Eshal "kamu enggak lihat diri kamu?" tajam dan menusuk seperti biasa.
Hah? Pu! Kenapa dia lihatinnya gitu banget?
"Udah buruan siap – siap. Saya tetep tidak menerima keterlambatan" tegas Zachery mengambil jaket dari bahu Eshal kemudian melangkah memasuki hotel yang sudah ada didepan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRE D'AMOUR
ChickLit╭ αffαírє d'αmσur (n.) huвungαn cíntα sαmα tídαk pєrcαчαnчα tєrhαdαp cíntα mєnαrík mєrєkα sαtu sαmα lαín. ╯ ••• "Kamu sengaja sakit buat ca...