Episode 2: Ups! Ketahuan

4K 362 0
                                    

Bos gila! Hanya itu kesan pertama yang Eshal dapat dari bosnya yang bernama Zachery Aqsa Ukail. Bagaimana Eshal tidak mengatainya gila, hanya karena keterlambatannya satu kali pagi tadi sekarang Eshal di hukum untuk membereskan seisi ruangan Departemen Desain & Packaging selepas semuanya pulang bekerja.

"Maafin gabisa ikut bantu" Hana turut bersedih melihat temannya harus menerima hukuman. Pasalnya semua pegawai di peringatkan untuk tidak membantu Eshal.

"Buat mendisiplinkan pekerja yang belum disiplin" katanya.

Eshal berdecak sebal, tapi mau bagaimana lagi "santai Mbak. Dianya aja emang nyebelin!"

"Kirana siapa yang nemenin?" tanya Hana— ibu satu anak itu sudah mengenal Eshal empat tahun, jadi sedikit banyak tahu mengenai gadis dua puluh tujuh tahun ini.

Tangan Eshal kewalahan memasukkan sampah kertas yang sudah menggunung didalam trashbag. Setelah berhasil memasukkannya ia meluruskan pinggangnya yang sudah terasa pegal "sama Zidan, Mbak"

Hana mengangguk, ia memutar kursinya "mau ditemenin enggak?" tawar Hana.

Bibir bow-shaped Eshal kembali meluncurkan kalimat setelah menggeleng cepat sebagai respon pertama ucapan Hana "Enggak usah, Mbak. Inget anak sama suami udah nunggu di rumah" Eshal tak ingin merepotkan Hana yang sudah dinanti keluarga kecilnya di rumah.

"Semangat Eshal!" teriak Hana meninggalkan ruangan kantor yang sudah sepi. Tentu saja sepi, sekarang sudah pukul tujuh malam. Belum lagi sekarang sedang dalam tahap normal, belum menuju perilisan produk apapun maka dari itu tidak ada pekerja lembur. Oh ralat ada yang lembur, Eshal tentunya.

Setelah merapikan beberapa berkas yang berserakan di dekat mesin fotocopy Eshal membuka ponselnya. Ia ingin mengabari Kirana atas keterlambatannya untuk pulang.

"Dan, Kirana udah tidur?" Eshal mengucap saat melihat panggilan sudah berhasil tersambung pada seseorang diseberang sana.

"Belum. Masih ngerjain PR. Belum kelar?" Tenor dari suara milik Zidan menyahut.

Eshal menggeleng lemah, napasnya berhembus kasar "belum Dan. Aduh syukurnya ada kamu, Dan. Kirana jadi enggak sendirian"

"Mas Zidan, itu Mbak Eshal?" satu kehangatan menyusup dan menjalar saat mendengar suara kecil itu.

"Iya Kiran" suara gemerisik disana sepertinya ponsel dari tangan Zidan tengah berpindah tangan.

"Mbak semangat! Pasti Mbak dihukum gara – gara telat tadi 'kan?"

Eshal terkekeh sebab gadis kecil 9 tahun itu seperti sedang mengomelinya "Kirana tau darimana?"

"Dari Mas Zidan"

"Mas Zidan tuh ya! Gabisa banget deh jaga rahasia!"

"Besok – besok jangan telat lagi Mbak, biar enggak dihukum"

Eshal tak bisa menahan kedutan bibirnya untuk mengembang sebab lontaran kalimat Kirana yang tengah menasehatinya seperti seorang yang lebih tua "iya bu guru. Eshal enggak akan telat lagi" perlahan penat dan rasa kesalnya terobati oleh Kirana.

"Kirana kasih ke Mas Zidan lagi ya. Mau nyelesaiin PRnya. Udah ngantuk soalnya"

"Iya sayang"

"Jam berapa selesainya?" Zidan melempar tanya setelah ponselnya dikembalikan oleh si bocah kecil yang kini sudah serius mengerjakan PR.

Mata Eshal menyisir ruangan, masih ada beberapa tumpuk kertas yang belum dipilah. Padahal dia sudah sangat mengantuk "Masih banyak. Kayaknya setengah jam lagi. Bos baru nyebelin banget!" racaunya. Hatinya kembali disusupi rasa kesal saat mengingat rahang si bos yang mengeras kala menatapnya.

AFFAIRE D'AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang