PROLOG

166 5 0
                                    

Bukan menjadi rahasia umum lagi jika pekerjaan impian seseorang adalah pekerjaan yang langsung menghantarkannya pada sosok publik figure. Berbekalkan keahlian yang mumpuni dan hasil karya yang membuat semua orang terkagum-kagum menjadi dambaan setiap orang.

Mungkin keberuntungan itu jatuh kepada sosok wanita cantik yang tengah memperhatikan ribuan orang yang menatap kagum dengan hasil karyanya.

Hari ini adalah perlombaan karya untuk semua photografer berbakat negeri gingseng yang diadakan di Universal Art Center. Dalam perlombaan tersebut para juri mencari satu dari sekian banyak karya yang akan dibawa untuk mewakili Korea di ajang pameran dunia yang akan dilaksanakan di New York bulan depan.

Hal ini tentu menjadi persaingan yang sangat sengit bagi para photografer. Pasalnya semua berlomba-lomba untuk menciptakan karya yang bagus.

"Jee-ya, apakah kau gugup ?"

"Ho-oh.. Ini sangat membuatku gugup"

"Setelahku amati sepertinya hasil potretmu yang paling bagus dari sisi manapun"

"Jimin jangan membuatku semakin gugup saja. Tentu saja itu tidak benar. Kau lihat hasil dari Hyobin-nim ? Potretnya sangat mengagumkan"

"Bagiku potret Hyobin kali ini jauh dari kata bagus"

"Ya.. Bagaimana kau bisa berfikir seperti itu ?"

"Lihat itu, ada yang aneh di karyanya. Sepertinya Hyobin melupakan sesuatu" kedua mata Jee mengikuti arah telunjuk Jimin.

"Jejak darah itu maksudmu ?"

"Tepat sekali"

"Hei bisa saja itu memang disengaja untuk pemanis hasilnya. Tapi kira-kira itu darah apa ?" Tanya Jee penasaran.

"Itu darah dari jari telunjuknya. Lihat saja jari itu, diperbankan" jelas jimin lagi.

"Apakah dia terluka ?"

"Tentu saja Jee-ya. Dan aku yakin Hyobin lupa menghilangkan noda darah itu"

"Kau benar... Jimin ayo kita beritahu Hyobin-nim, sebelum acara ini dimulai"

"Ya.. Apa-apaan kau ini. Bukankah ini pertanda bagus, besar kemungkinan kau akan menang kali ini" jawab Jimin kesal.

"Kau jangan mengambil kesempatan dari kesalahan orang lain Jimin. Kenapa kau dari dulu tidak berubah haa ? Kau memang bodoh" ucap Jee berlalu melawati Jimin.

"Aku rasa yang bodoh itu kau Jee-ya" balas Jimin namun tak didengar oleh Jee.

Jimin dan Jee adalah partner. Sama-sama menyukai bidang photography. Mereka mulai bersahabat sejak masih dibangku perkuliahan. Jee berfokus pada pengambilan gambar, sedangkan Jimin pada bagian editing.

•••••


Jee mencari keberadaan Hyobin. Namun karena banyaknya orang yang berada di aula, membuat Jee sedikit kesulitan mencari sosok pria tersebut. Sampai akhirnya Jee menemukannya. Terlihat Hyobin sedang berbincang-bincang dengan seorang pria yang sangat Jee kagumi.

Kim Taehyung.
Pria ini adalah sosok publik figure. Film-film yang ia perankan bahkan hampir memasuki Go Internasional. Terhitung tidak lama lagi Taehyung akan membintangi sebuah film dari sutradara terkenal di London. Hal ini merupakan suatu kebanggaan untuk negara Korea Selatan sendiri.

Melihat dua pria ini sedang dalam perbincangan yang sangat santai, Jee pun berniat mendekat.

"Hyobin-nim annyeong" sapa Jee.

"Ohh Jee-ya, annyeong" balas Hyobin

Detik berikutnya Jee terlihat sangat gembira, pasalnya Hyobin memperkenalkan ia langsung kepada Taehyung.

My Destiny Is My Photographer GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang