28. Clarity And Honesty

24 2 0
                                    

Jee membawa Jimin ke sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari Airport

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jee membawa Jimin ke sebuah cafe
yang letaknya tidak jauh dari Airport. Bermaksud ingin membawa Jimin mengunjungi cafe favoritnya dan mencicipi hidangan disana. Jee yakin Jimin pasti sangat menyukainya.

Ini adalah pertama kalinya Jimin mengunjungi Jeju. Dari awal hidupnya bahkan belum sekalipun ia menginjakkan kaki ke pulau ini. Jika waktu liburan tiba, Jimin akan merencanakan liburan ke Luar negeri. Ia sangat menyukai bagaimana perbedaan udara antara Korea dan negara luar. Sangat luar biasa menurutnya.

Tetapi saat keluar dari Jeju Airport dan Jee membawanya ke sebuah cafe, seketika pemikiran Jimin berubah. Jeju sangat indah, mirip seperti hawai. Didominasi oleh laut, pantai dan berbagai tempat wisata lainnya. Memang tidak salah jika Jeju merupakan pulau yang sangat indah untuk berlibur bagi warga korea selatan dan para turis.

"Wahh cafe ini sangat menakjubkan" ucap Jimin yang terlihat takjub sebelum memasuki cafe.

"Ayoo masuk, kau sungguh sangat memalukan terlihat dari kejauhan"

Jimin pun perlahan mengikuti Jee memasuki cafe. Bahkan didalam cafe pun sikap dan perilaku Jimin tidak berubah. Tetap terlihat seperti orang yang memalukan dan sangat terlihat sekali kalau ia merupakan orang asing.

"Aku sudah menebak dari awal kalau kau akan seperti ini" jelas Jee menduduki sebuah kursi.

"Yakk aku rasa jika cafe ini dibangun di Seoul tentu pengunjungnya hanya publik figure dan turis"

"Kau ini berlebihan sekali" ucap Jee yang menahan tawanya melihat perilaku Jimin.

Setelah lama menunggu dan memperhatikan seisi cafe, akhirnya pesanan mereka datang. Ada beberapa hidangan terbaik hadir diatas meja. Jee dan Jimin pun mulai mencicipi menu tersebut.

Merasa dalam suasana yang santai dan menikmati hidangan yang enak. Jimin pun akhirnya memulai maksud dan pembicaraan yang sebenarnya.

"Jee ya.. Sebenarnya Taehyung..."

"stop Jimin !! Aku tidak ingin mendengar namanya untuk saat ini"

"Tapi Jee, kau harus mendengarkan semua penjelasannya dulu"

"Kau tahu apa masalahku ?" kesal Jee.

"Aku tahu semuanya. Bahkan sangat detail"

Jee meyakini kalau Taehyung pasti mengatakan semuanya pada Jimin untuk meminta pertolongan pria park ini.

"Aku tetap tidak ingin membahas itu Jimin" tegas Jee memperhatikan jari-jarinya memutar sebuah sedotan dari dalam gelas minumannya.

"tapi mau sampai kapan kau begini ? Aku tahu keadaanmu seperti ini karena masalahmu dengan Taehyungkan ?"

"Tidak" jawab Jee ketus.

"Lalu ?"

"Lalu apa Jim ? sudahlah makan saja makananmu. Setelah ini ayo kita kerumahku" ajak Jee mengubah topik pembicaraan.

"aku harap kau mau menemui Taehyung dan mendengarkan semua penjelasannya. Jee-ya, Taehyung itu sangat tulus mencintaimu" ucap Jimin lembut memberikan pengertian.

"Seberapa yakin kau tentang itu ?"

"Sangat yakin. Bahkan aku merasa sangat kecewa ternyata kau menjalin hubungan dibelakangku" kesal Jimin.

"Apakah Taehyung memberitahumu ?"

"Tentu saja. Bahkan aku dan Seokjin hyung pun sangat terkejut mendengar pengakuannya. Terlihat jelas bagaimana ia sangat mencintaimu Jee" ujar Jimin meyakinkan.

"Tapi kenapa dia meninggalkan ku seperti itu Jim. Kau tahu kan bagaimana sakitnya hatiku saat itu ?" ucap Jee yang perlahan menangis mengingat kejadian saat Taehyung meninggalkannya di atap gedung.

Dari saat bertemu Jimin dan mengetahui ada Taehyung diantara mereka. Jee selalu mencoba untuk menahan genangan air matanya agar tidak terjun kepermukaan pipinya walaupun itu ia akui sangat menyakitkan. Tapi saat Jimin mengatakan sesuatu yang sangat tidak ingin ia dengar, dengan cepatnya pertahanan itu goyah. Genangan itu perlahan mengalir dari kedua mata indahnya menuju arah terendah.

"Jee-ya..."

Melihat itu Jimin merasa kasihan dan berpindah untuk duduk disamping Jee. Memeluk bahu Jee perlahan. Sangat sedih rasanya melihat bagaimana Jee seperti tidak sanggup untuk mengatakannya. Jimin tentu sangat mengerti itu. Tapi semua ini adalah kesalahpahaman, baik dari Taehyung dan juga Jee. Dari awal keduanya telah salah memahami keadaan.

"Jee aku tahu apa yang kau rasakan. Tapi percayalah, Taehyung melakukan itu karena ada alasannya" sahut Jimin mengelus punggung Jee.

"Tapi kenapa dia tidak mengatakannya dan malah meninggalkanku. Aku pasti akan mengerti dengan alasannya apabila dia bisa menjelaskannya. kau tahu kan Jimin, semua perempuan itu butuh kejelasan yang sangat signifikan untuk menyikapi sesuatu" ucap Jee yang menangis tersedu-sedu, merasa sedih dengan keadaannya sendiri.

"aku juga mengerti. Jujur Taehyung sangat salah disini. Tapi mulai sekarang kau harus mendengarkan penjelasannya dulu"

"Aku tidak mau Jim. Bahkan aku tidak ingin melihatnya" ucap Jee sembari memeluk Jimin erat melampiaskan rasa sakit hatinya.

"ya sudah, aku tahu kau butuh waktu. Aku akan membantumu menyelesaikan ini semua"

Setelah pembicaraan itu selesai, keduanya pun berpisah. Jimin menolak untuk mengunjungi rumah Jee dikarenakan hari yang sudah semakin malam. Ia juga merasa harus membicarakan hal ini dengan Taehyung dan juga Seokjin.

Jimin tidak ingin Jee dan Taehyung seperti ini. Keduanya butuh waktu untuk saling mendengar penjelasan dan kejujuran masing-masing.

•••••


Sesampainya di penginapan, Jimin pun menjelaskan semuanya pada Taehyung dan Seokjin tentang apa dan bagaimana keadaan Jee saat ini.

Mendengar semua itu rasa bersalah Seokjin semakin besar. Bahkan tak hayal ia sampai mengacak rambutnya frustasi.

Jangan tanyakan keadaan Taehyung. Saat ini ia tidak bisa berpikir jernih. Penyesalan selalu menghampirinya. Bahkan tatapan kebencian yang Jee perlihatkan saat pertemuan tadi membuat nafasnya menjadi sesak. Sangat sulit rasanya untuk menghidup oksigen saat ini.

Ketiganya pun terdiam. Sibuk dengan pemikiran masing-masing. Bahkan setelah beberapa menit pun, tidak ada satu pun yang bersuara.

"Aku sungguh tidak bisa memikirkan apapun saat ini. Bagaimana kalau kita beristirahat saja, besok kita akan kembali memikirkannya. Aku tidak ingin masuk rumah sakit lagi karena frustasi" ucap Seokjin yang menyadari jika mereka membutuhkan waktu dan berlalu meninggalkan kedua adiknya menuju kamar.

Taehyung pun dengan langkah gontai berjalan kearah kamarnya. Melihat itu Jimin pun ikut merasa sedih, berjalan mendekati Taehyung dan menepuk bahunya ringan.

"Tenanglah Tae,, semua akan baik-baik saja"

[]
[A-Youngshi]

[][A-Youngshi]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Destiny Is My Photographer GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang