Berputarnya jam pasir

13 3 0
                                    

Waktu berputar dengan cepat, seperti pasir yang jatuh dari atas ketinggian lubang hourglasses.

Tak bisa dipungkiri lagi. Hari berganti menjadi minggu. Minggu berganti menjadi bulan. Bulan berganti dengan tahun. Begitu pula pergantian semester yang bisa dihitung, dalam kurun waktu 6 bulan saja.

Tingkatan kelas Lucy dan Izanami sudah berganti menjadi kelas 2 semester akhir, yang dimana sebentar lagi dia akan menaiki jenjang kelas 3. Semua sahabatnya pun juga ikut naik kelas.

Jika Lucy dan sahabatnya menaiki kelas 3...otomatis Ashura dan indra sebentar lagi lulus SMA.

Inilah yang paling ditakuti Lucy. Selama ini, dia tidak pernah diberi tahu oleh Ashura. Universitas manakah yang akan dia masuki nantinya? Lucy-pun tidak tahu hal itu. Gadis pirang ini tak mampu untuk bertanya. Jikalau jawabanya, akan membuat hatinya sakit kembali.

Pilihan terburuknya adalah...kemungkinan mereka berdua akan berpisah lagi. Justru karena inilah, Lucy takut untuk bermimpi indah. Bermimpi akan manisnya hidup berdua dengannya. Firasatnya mengatakan...Ashura pergi jauh darinya, sama seperti dulu. Tapi, mungkin ini akan lebih jauh.

Penghalang mereka bukanlah kota, namun negaralah yang kemungkinan akan memisahkan mereka. Putus kontak lagi? Itu pilihan pertama. Putus hubungan? Itu pilahan kedua. Lucy bingung untuk memilih keduanya. Semua begitu berat baginya.

"Tolong. Izinkan aku memilih takdirku, untuk masa depan nanti"–Lucy.

☆☆☆

"Lucy," tepukan pelan pada pundak gadis pirang ini, membangunkannya dalam kemelut lamunan yang membuatnya begitu gusar.

"Ada apa? Kau seperti berpikir keras akhir-akhir ini. Ada yang mengganggu pikiranmu? Ceritakanlah padaku," pertanyaan dari sahabatnya itu, membuatnya membuka mulutnya dengan ragu. Raut kebingungnnya, kembali membuatnya bungkam.

"Kau memikirkan dia, Lucy?"

"Kalau benar...apa aku harus membicarakannya padamu, Izanami?"

"Aku sudah bisa membaca raut wajahmu dengan mudah? Tanpa kau beri tahupun~ aku sudah tahu semuanya," Izanami bersikap setenang mungkin. Kegalauan sahabat pirangnya, kini membuatnya bingung harus melakukan apa.

"Aku takut....aku takut ini akan terjadi. Semua yang aku pikirkan sejak dulu, itu mungkin akan terjadi," lirih Lucy.

"Semua orang juga punya ketakutan yang sama Lucy. Mereka takut...hati yang rapuh, hati yang kosong, dan hati yang tersakiti itu, akan kembali ke kehidupan mereka lagi"

"Ingat Lucy. Kita hanya diberi 2 pilihan dalam sebuah hubungan, yaitu Putuskan atau diputuskan. Patah hati atau patahkan hati. Sakiti atau disakiti. Tinggalkan atau ditinggalkan. Terluka atau dilukai. Itu yang ku pelajari selama sendirian tanpa arah dan tujuan," Izanami menerangkan pada Lucy dengan penuh ketegasan.

"Kau kira, melakukan hal itu mudah dalam suatu hubungan?" Lucy terkadang kesal jika sahabatnya sudah ceramah panjang lebar.

"Aku pernah merasakannya Lucy. Dimana aku hanya diberi 2 pilihan yang lebih sulit, dari apa yang disebutkan sebelumnya. Terbelenggu atau dibelenggu"

Lucy lupa satu hal. Izanami lebih menderita dari dirinya. Bertahun-tahun dia terbelenggu dalam kesendirian dan kekosongan.

"Dibelenggu itu menyakitkan. Maka dari itu, aku memeilih membelenggu semua ingatan serta kenangan lama dalam hati dan tak menampakannya didepan mata," Senyum hangat dari Izanami, mampu membangkitkan semangat Lucy.

Rahasia Cinta KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang