Apakah kau sudah menyerah

21 4 0
                                    

-Lucy POV-

Hari yang cukup menyebalkan. Sejak pertama kali aku menginjakan kaki di depang pintu gerbang sekolah...semuanya sangatlah menyebalkan. Jebakan para duo cabi rawit itu yang sudah menyebar, hingga ke sudut sekolah yang paling kecil.

Entah mereka menyiapkan jebakannya untukku dan Izanami saja, atau untuk yang lainnya juga. Mungkin mereka berfikir. Jika sewaktu-waktu aku dan Izanami tidak terkena jebakannya yang kali ini, mungkin bisa terkena di jebakannya yang lainnya.

Sungguh mereka benar-benar gila. Bahkan...sekecil apapun jebakannya, kami berdua harus berhati-hati jika ingin melewati koridor sekolah. Bukannya kenapa, tapi jebakannya memang benar-benar banyak. Bahkan deru nafas lelahku sudah terdengar sampai gendang telinga.

Huh. Apa sebegitu dendamnya mereka denganku dan Izanami? Apakah, karena kejadian sebelumnya? Padahal aku hanya membela harga diriku yang akan diinjak-injak dengan orang yang berpengaruh di sekolah.

Katanya sih primadona sekolah. Tapi aku bisa bertaruh. Jika dia ingin melawanku dengan derajat tertinggi di kekuasaan harta...pastinya aku lah yang menang. Cih, aku jadi tidak suka dengan tindakan licik mereka. Sungguh, membuat moodku tidak bagus saja pagi ini.

"Hey, jebakan mereka tidak ada habis-habisnya. Ini saja baru satu hari. Bagaimana jika jebakan itu terus ada setiap harinya?" Keluh Izanami.

"Gampang kok. Tinggal kita hindari saja, jebakan-jebakan itu,"

"Kau bicara, seolah bisa melewati itu semua"

"Heh, tentu aku bisa. Setiap hari, aku belajar di Dojo. hal seperti jebakan, sudah sering di ajarkan oleh Baa-San padaku dulu"

"Sombong nih ya"

"Sudahlah"

-POV End-

Di kelas cukup gaduh, karena sang bel belum menyuarakan melodi yang membuat semua murid serempak masuk ke kelas masing-masing. Susana kedua murid baru ini, mulai gelap ditengah-tengah kelas yang ramai. Bahkan sahabat barunya saja, sampai bingung melihat tingkah laku mereka berdua.

"Ada apa dengan kalian? Padahal baru dua hari di sekolah baru, kalian sudah dimood yang buruk," Akina bertanya pada kedua sahabat barunya yang berwajah suram.

"Mereka mengerjai kami sejak menginjakan kaki di gerbang sekolah," Izanami mulai menceritakan pada teman barunya.

"Cih, benar-benar menyebalkan. Inginku remukan tulang-tulang mereka hingga hancur bak abu," geram Lucy atas sikap duo cabe rawit itu.

"Ne, Lucy-Chan. Jika kau ingin membuatnya menjadi abu, kau harus membakarnya terlebih dahulu," senyum devil terukir di bibir Saki. Sungguh. Sisi gelapnya keluar, karena dia sudah tidak bisa sabar lagi dengan tingkah Okudera yang selalu menggoda kekasihnya.

Akina hanya tertawa renyah saat melihat tingkah Saki yang...emmm, yah begitulah.

"Bagaimana, jika kalian membuat mereka terjebak pada jebakannya sendiri?" sarannya dengan tampang malas. Seketika tawa ketiga sahabatnya jadi menyeramkan.

"Ide bagus. hihi," Lucy menyuarakan hati para kedua sahabatnya itu. Dan mulailah, 4 sekawan itu menyusun rencana gila mereka untuk membalas duo menyebalkan itu.

"Kalian mengerti, kan?" Lucy menanyakan kepahaman 3 sahabtnya itu, dan hanya dijawab dengan anggukan kepala saja.

"Dan satu hal lagi. Kalau Saki ingin memanggilku dengan akhiran Chan...kau bisa memanggilku Cy-Chan," pinta Lucy pada Saki agar di dipanggil dengan sebutannya saat dia kecil dulu. Izanami yang mendengar permintaan Lucy, langsung memicingkan matanya.

Rahasia Cinta KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang