Bab 05 Sedikit mengerti

30K 4.1K 95
                                    

Aku tidak bisa tidur karena Kanya tiba-tiba mengirimiku pesan perihal tentang pertemuanku dengan Raihan tadi sore. Aku takut, Pasha melihat pesan Kanya sehingga aku memilih untuk duduk di ruang tengah alih-alih tidur di sebelah Pasha. Aku nggak ingin Pasha dan Raihan salah paham karena hal itu. Bagaimanapun juga, antara aku dan Raihan itu tidak ada apa-apa.

Mungkin, dulu aku pernah punya rasa siapa juga yang enggak. Raihan itu baik, juga salatnya bagus, agamanya baik. Dia juga cerdas. Tapi hanya sebatas itu. Karena Raihan sendiri tidak pernah memberikan sinyal yang pasti kepadaku. Dia terlalu kalem menyikapi hal ini. Sampai Kanya mengatakan kepadaku, kalau Raihan memang berniat mengajakku ta'aruf.

Kanya : Beneran Za, Bang Raihan habis bicara sama aku. Dia nangis tahu kamu udah jadi istrinya Pasha yang notabene ternyata teman baiknya.

Aku hanya menatap pesan dari Kanya. Tidak tahu harus membalas apa. Aku merasa bersalah tapi aku juga tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Hanya saja aku tidak mau orang-orang ada yang terluka karena ku.

"Za, kenapa belum tidur?"

Tentu saja aku terkejut mendengar suara itu. Bahkan ponsel yang aku pegang saat ini terjatuh ke atas sofa. Saat aku mendongak, Pasha sudah melangkah dari kamar ke arahku. Panik aku langsung mengambil ponsel dan mematikannya.

Pasha mengernyitkan kening melihat sikapku.

"Ehmm Za belum ngantuk," jawabku dengan gugup. Pasha makin menatapku dengan tajam. Dia kini membungkuk untuk menatapku. Tentu saja aku langsung memundurkan tubuhku. Lalu Pasha mengulurkan tangan untuk menyentuh keningku.

"Ehmm enggak demam."

Dia bergumam sendiri. Lalu menegakkan tubuhnya lagi.

"Kenapa nggak ngantuk?"

Duh pertanyaannya. Aku hanya mengangkat bahu. Pasha kini malah berputar dan mengambil duduk di sebelahku. Melirik ponsel yang aku pegang.

"Ada masalah?"

Kugelengkan kepala tapi sepertinya masih membuat Pasha belum percaya.

"Tapi wajahmu itu nggak bisa bohong." Pasha menunjuk wajahku.
"Pasti ada masalah. Sejak ketemu sama Raihan kamu kayak gugup sendiri "

Aku langsung menggelengkan kepala dengan cepat.

"Enggak."

Pasha kini bersedekap di depanku "Nggak boleh bohong sama suami. Dosa."

Aku langsung menundukkan kepala. Kalau sudah seperti ini mana bisa aku mengelak?

"Za..."

Panggilan itu membuat aku kini menatap Pasha dengan takut-takut.

"Ehmmm itu...anu..." Duh aku malah nggak bisa ngomong apapun di depan Pasha. Dia kini menautkan kedua alisnya.

"Apa?"

Ngomongnya gimana ya?

"Ehm Mas udah lama temenan Ama Bang Raihan?"

Mendengar pertanyaanku, Pasha makin mengerutkan kening. Dia tampak berpikir.

"Owh jadi ini ada hubungannya sama Raihan? Kalian pacaran."

"Astaghfirullah. Itu dosa Mas."

Refleks aku mengatakan hal itu. Membuat Pasha hanya mengangkat alisnya.

"Mas nuduh Za udah pernah pacaran? Kalau enggak percaya sama Za kenapa Mas nikahin Za?"

Aku malah yang kini dibuat emosi sama Pasha. Dia masih menatapku datar.

"Aku enggak nuduh," jawabnya tenang.

Aku memberengut mendengar nada bicaranya. Aish malah aku yang kayak anak kecil  di sini.

"Tapi Mas kan tadi bilang..."

Pasha kali ini menghela nafasnya.

"Bukan gitu. Aku cemburu kamu jadi beda setelah ketemu Raihan. Pasti kalian ada apa-apa. Raihan juga beda."

Kenapa dia peka sekali?

Pasha kini mengulurkan tangan untuk menyentuh jemariku.

"Za, aku serius nikahin kamu. Jangan bilang aku terpaksa. Aku ambil keputusan ini juga nggak dalam waktu singkat. Tapi aku juga nggak ingin kamu yang merasa tersiksa. Kalau memang Raihan kekasih kamu atau...."

"Maasss udah Za bilang, Bang Raihan bukan kekasih Za. Cuma dia memang mau ngajakin Za taarufan. Cuma itu, Za nggak mungkin juga....Za..."

Mendengar ocehan ku yang absurd Pasha malah kini tersenyum kalem. Dia menggenggam jemariku erat.

"I know."

Jawabannya singkat dan jelas. Lalu Pasha malah kini membawaku masuk ke dalam rengkuhan tangannya.

"Za...kamu udah jadi istriku. Jadi aku mohon hanya ada aku di dalam hati, dan pikiranmu. Abaikan yang lainnya."

Aaahhh kenapa kata-katanya malah buat aku jadi merasa bersalah coba? Aku hanya menganggukkan kepala. Lama kami terdiam.

"Tidur Za. Udah malam."

Perintahnya membuat aku menurutinya. Malam ini Pasha begitu pengertian kepadaku. Atau memang dari dulu dia sudah mengerti diriku?

Bersambung

Mood lagi swing banget nih moga update jadi membaik. Dengan bantuan komen yang banyak tapi jangan nyepam ya.... Yuhuuuu...1000 vote loh ini yang komen masa cuma 100 doang. Yuk yuk ramein

SURPRISE WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang