Bab 14 merajuk

25.7K 3.7K 76
                                    

Pasha pulang setelah satu Minggu menemani Bapak di rumah sakit. Tapi dia membujukku untuk ikut karena Bapak masih harus dijaga lagi, hanya saja aku memang sedang sibuk-sibuknya di kampus. Tidak bisa mengambil cuti lagi.

"Tapi aku akan lama di rumah Bapak. Kondisi Bapak memang sudah sehat, tapi aku masih harus..."

Pasha langsung terdiam dan tidak meneruskan ucapannya. Aku mengernyitkan kening saat menunggu lanjutan kalimatnya. Kami sedang duduk di ruang tengah depan televisi. Mas Raja belum pulang dari kantornya. Aku hari ini juga sudah pulang awal dari kampus saat Pasha pulang.

"Harus apa Mas?"

Pasha kini mengusap tengkuknya  dan menatapku dengan ragu. Tapi kemudian dia malah mengulurkan tangannya untuk mengusap perutku.

"Nggak usah dipikirin. Pokoknya aku di sana jagain Bapak, dan enggak macam-macam. Percaya ya sama aku?"

Aku diam dan menatapnya lekat. Dia ini sepertinya menyimpan rahasia lagi kalau tentang orang tuanya. Benar kata Mas Raja kalau Pasha memang tidak mau terbuka tentang orang tuanya.

"Mas, kalau Mas mau macam- macam juga Za nggak tahu. Biar Allah yang balas."

Pasha menatapku dan kini malah mendekat ke arahku. Dia malah kini mendusel di tengkukku.

"Kejem sih Za."

Tumben Pasha merajuk? Biasanya juga dia tetap datar dan dingin.

"Loh ya bener kok Mas. Za juga nggak tahu kan Mas di sana misal ketemu cewek cantik dan selingkuh?"

"Hust... Doain yang baik."

Pasha kini malah menyandarkan dagunya di bahuku. Nafasnya berhembus hangat di pipiku. Membuat aku malah gugup kalau sedekat ini.

"Ya makanya jaga kepercayaan Za."

Pasha kini malah mengecup pipiku membuat aku membelalak.

"Mana mau Za cewek sama aku. Cowok kere gini loh. Yang mau cuma kamu. Ah sayang kamu."

Tuh kan? Ini Pasha kayaknya salah makan deh. Kenapa dia sekarang jadi ngegombal dan merajuk?

"Emang Za mau? Orang Za aja dipaksa sama Mas."

Kali ini Pasha memberengut dan menegakkan tubuhnya. Tampak salah tingkah, lalu mengambil cangkir kopi yang ada di atas meja.

"Jadi nggak mau sama Mas?"

Nah dia ngambek. Aneh dia hari ini tuh.

******

Malamnya dia masih ngambek dan mengajak bicara hanya seperlunya. Kembali dalam mode dingin lagi. Tapi cuma sama aku. Pas ngobrol sama Mas Raja dia biasa saja, bisa tertawa dengan lepas saat main catur bersama. Ih dia beneran deh merajuknya kayak anak TK. Aku yang hamil dia yang sensi.

"Mas... "

"Loh, belum tidur Za?"

Itu Mas Raja yang bertanya sedangkan Pasha cuma menoleh ke arahku. Berdiri di ambang pintu kamar aku memang ingin memanggil Pasha.

"Nggak bisa tidur. Za pingin makan mie ayam."

Pasha langsung membelalakkan matanya. Pasalnya ini sudah pukul 12 malam. Mana ada yang masih jualan mie ayam malam begini.

"Aku buatin mie instan?"

Akhirnya Pasha mengatakan itu. Tapi kugelengkan kepala.

"Za maunya mie ayam ih. Yang dagingnya banyak. Ini dedeknya yang mau."

Aku menahan senyum karena sebenarnya aku cuma mengerjainya.

"Sha coba cari di depan kompleks perumahan yang masih dibangun itu."

Mas Raja mengatakan itu. Tapi Pasha malah membelalak "Lah depannya itu kan kuburan loh. Kalau ketemu Mbak Kunti gimana?"

Mas Raja malah ngakak "Lah, Mbak kuntinya juga takut kali sama kamu Sha."

Pasha menghela nafas dan menggaruk-garuk rambutnya.

Aku mengerucutkan bibir. Pasha sudah mendekat ke arahku.

"Harus ya?"

"Harus. Pokoknya mau itu. Kalau enggak, besok Mas nggak boleh pergi."

Pasha makin bingung mendengar ucapanku. Dia lalu menganggukkan kepala.

"Ya udah aku cariin."

Tapi aku langsung melingkarkan tanganku di lengannya.

"Ikut."

"Udah malam Za."

"Pokoknya ikut."

****

Akhirnya setelah 1 jam berputar-putar tetap saja tidak ada mie ayam yang buka, untung saja Mas Raja pulang membawa mobil kantor sehingga aku bisa ikut.

"Za, kamu udah ngantuk kan? Pulang aja ya?"

Aku memang sudah menguap beberapa kali. Niatnya mau ngerjain Pasha malah aku yang nggak kuat menahan kantuk. Posisiku sudah bersandar di bahu Pasha.

"Mau makan itu."

Pasha menghela nafas lalu menoleh ke arahku.

"Iya tapi nggak ada ini. Aku buatin mie instan aja."

"Nggak mau."

Aku masih mencoba merayunya tapi kantukku tidak bisa aku tahan dan malah Pasha mengusap tangannya ke kepalaku. Kantukku sudah tidak bisa ditahan.
Yah padahal kan aku ingin mengerjai Pasha, tapi malah aku yang sepertinya kalah.

"Besok ya sayang. Aku beliin."

Bisikan Pasha membuat aku makin tertarik ke alam mimpi. Rasanya begitu nyaman berada di dekatnya. Mencium aroma parfumnya dan juga bisikannya di telingaku. Aku tetap percaya sama kamu kok Mas. Apapun yang terjadi.

Bersambung

Episode ngerjain Pasha nih malam ini....

SURPRISE WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang