Bab 15 Nurutin Kanjeng Ratu

25.8K 3.7K 57
                                    

Intermezo

Pasha POV

"Ini beneran kamu niat banget ngajak muter-muter jam segini? Masih ngantuk Sha."

Aku hanya melirik Raja yang menggerutu. Karena memang salahku sih, bangunin dia sebelum subuh. Aku merasa bersalah semalam tidak bisa menemukan mie ayam untuk Zaskia. Istriku yang menggemaskan itu.

"Besok udah mau aku tinggal lagi Ja. Ya nggak tega biarin Za jadi pingin gitu."

Aku masih fokus ke jalanan dengan menggunakan mobil kantor Raja ini. Memang semalam aku langsung pulang saat Za udah terlelap. Hanya saja aku jadi tidak bisa tidur. Maka setelah salat tahajud tadi aku langsung membangunkan Raja. Padahal Za saja belum bangun.

Ini masih pagi buta, si Raja masih terus menguap sejak tadi.

"Haelah Sha, khawatir banget. Kan ada aku lah. Besok juga bisa aku cariin."

Aku hanya menggelengkan kepala. "Aku nggak mau terus kepikiran. Habis ini Za kan mau aku tinggal lama."

Setelah mengatakan itu aku melirik Raja yang sudah menegakkan tubuhnya. Dia bahkan kini fokus menatapku persis.

"Bapak emang parah ya sakitnya?"

Aku menggelengkan kepala mendengar ucapan Raja.

"Enggak sih, cuma Bapak kan udah nggak sekuat dulu lagi. Padahal harusnya di usia segitu Bapak udah nggak boleh kerja. Tapi yah ... Jiwanya masih muda."

Raja menganggukkan kepala. Dia seperti ingin menanyakan sesuatu tapi akhirnya terdiam. Dia tahu bagaimana menghargai privasyku.

*****

"Segitu banyaknya?"

Mata Za melebar saat aku berhasil bawa mie ayam langsung dari rumah yang buat. Jadi tadi pas udah putus asa, aku dan Raja malah Nemu warung mie ayam yang belum buka. Iseng aja nanyain apa bisa buatin, dan alhamdulilah akhirnya jadi.

"Adek, udah di makan. Nanti Pasha juniornya ngeces lagi."

Aku kini duduk dengan lelah di sofa. Bayangkan, kami muter-muter dari sebelum subuh, terus istirahat sebentar di masjid saat Adzan subuh berkumandang. Setelah salat subuh kami meneruskan perjalanan mencari tukang mie ayam. Dan baru pukul setengah 7 kami dapat. Kasian aku sama Raja, dia udah terlihat mengantuk sekali.

"Iya Za makan."

Akhirnya Zaskia mengambil sendok dan memakan mie ayam yang aku belikan. 10 bungkus. Buat persediaan sebenarnya.

"Ini nanti tinggal panasin aja kuahnya kan dipisah gitu ama mienya."

Ucapanku membuat Zaskia kini menatapku.

"Mubadzir Mas, Za juga nggak bisa habisin segitu banyaknya."

Dia malah menatapku dengan bersalah. Tapi aku tersenyum.

"Ya bagiin nanti di kampus sama temen-temen kamu."

Zaskia akhirnya menggelengkan kepala lalu meneruskan makannya. Aku menatapnya lekat.

Ah wanita yang aku puja sejak aku mengenalnya lebih dekat. Sejak aku menjadikannya halal. Padahal dia dulu, jutek banget kalau menatapku. Sampai mau menyapa saja aku sudah takut.

Tapi kata Ayah, Zaskia itu emang pemalu kalau sama lawan jenis. Itu malah menjadikan poin plus buatku. Aku yang selama ini sudah terlalu muak dengan segala jenis perasaan terhadap lawan jenis. Bagai menemukan air di padang pasir. Ah Zaskiaku.

"Mas berangkat jam berapa?"

Zaskia kini menatapku setelah menghabiskan separo mie ayamnya.

"Nanti soreanlah."

Za hanya menganggukkan kepala. Tapi dia tampak sedih.
"Kenapa?"
Zaskia kini menggelengkan kepala.

"Kangen sama Mas?"

Mendengar pertanyaanku dia malah menggelengkan kepala dengan lucu. Aku tahu kok, dia juga udah ada rasa sama aku. Cuma dia masih sedikit malu kalau berdekatan dan mengatakan yang sebenarnya.

"Ih apaan sih Mas... "

"Kangen juga nggak apa-apa. Aku bisa undur kok ke rumah Bapak. Asal bisa dipelukin kamu lebih lama."

Bersambung

Ini cuma intermezo abis aku kualat Ama Pasha. Malam2 begini pingin mie ayam coba... Akhirnya muter2 juga... Semua udah tutup. Akhirnya beli mie godok. Dan udah datang nih pesenannya. Selamat makan.

SURPRISE WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang