Bab 19 bidadariku

25.2K 3.4K 46
                                    

Akhirnya Pasha mengajakku pulang setelah 1 Minggu menginap. Kondisi Bapak sudah sehat dan Pasha tetep bersikeras untuk pulang meski Ibu dan Bapak memaksanya untuk pindah saja ke Jakarta.

"Mas, kerjaan kamu emang nggak masalah gitu ditinggal cuti semingguan lebih?"

Kami sedang berada di dalam bus. Pasha langsung menoleh ke arahku dan kini mengusap kepalaku dengan lembut.

"Enggak masalah."

Jawabannya membuatku mengernyitkan kening "Masa bosnya nggak marah kamu cuti gitu."

Kali ini Pasha tersenyum "Bosnya itu Abangku sendiri kok."

Tentu saja aku makin bingung dengan penjelasannya. Seingatku dia memang mempunyai kakak yang disebut Bang Angga. Tapi aku tidak pernah bertemu.

"Ehmm yang punya perusahaan?"

Dia menatapku dan kini menganggukkan kepala
"Dia itu ehmm anak angkatnya Bapak gitu, tapi udah dianggap seperti anak sendiri. Karena ikut bapak sejak kecil. Makanya jarak usia kami sangat jauh. Nah selama ini ya aku ikut sama dia."

Aku terdiam mendengar ucapannya. Ternyata Pasha ini masih banyak merahasiakan sesuatu kepadaku. Dia menunduk dan kini mendekatkan wajahnya.

"Kenapa? Marah ya?"

"Enggak."

Kugelengkan kepala, toh aku juga nggak marah. Hanya saja jadi merasa asing lagi. Aku pikir kami sudah dekat. Tapi Pasha kembali mengutarakan apa yang tidak aku tahu. Atau mungkin memang dia akan mengungkapkan semuanya secara perlahan? Toh usia pernikahan kami juga baru seumur jagung.

Dia mengecup pucuk kepalaku dan merangkul kan tangannya di bahuku. Lalu menempelkan kepalanya di kepalaku.

"Jangan marah ya? Jangan ngambek. Aku pasti akan mengatakan semuanya, tapi perlu waktu Za."
Bisikannya membuatku menghela nafas. Iya bener juga, aku toh masih ada waktu seumur hidup untuk mengenalnya.

*****

Semalam sangat lelah sekali, saat akhirnya kami sampai rumah. Bang Raja sudah kembali ke kosnya setelah menjemput kami di terminal. Dan sepertinya pagi ini aku juga merasakan tidak enak badannya. Karena kepalaku terasa pusing setelah salat subuh. Maka aku memutuskan untuk tidur kembali.

"Za, pusing?"

Usapan lembut dan tangan yang dingin kini kurasakan menyentuh kepalaku.

"Iya Mas."

Aku membuka mata dan menemukan Pasha sudah siap untuk berangkat kerja.

"Ehmm aku harus masuk kerja, tapi kamu begini. Atau aku antar ke puskesmas?"

Kugelengkan kepala dan aku tidak ingin membuat Pasha tertahan.

"Cuma kecapekan Mas, paling juga nanti mendingan. Za juga mau ke kampus siang ini. Mau nanyain tugas kemarin yang ketinggalan ama Anya."

Pasha menghela nafasnya, lalu menunduk untuk mengecup keningku.
"Kalau ada apa-apa kabarin aku."

Aku hanya menganggukkan kepala lalu memejamkan mata saat Pasha keluar dari kamar. Semoga nanti siang memang sudah baik.

****

Meski masih sedikit pusing, akhirnya aku ke kampus juga karena memang harus masuk dan bertemu dengan Anya. Dia yang selama ini mau membantuku nitip absen saat aku di Jakarta. Dan juga menyalin tugas untukku.

"Zaskia? Kenapa?"

Suara itu membuat aku menoleh dan menemukan Raihan kini berdiri di depanku dan mengernyitkan kening. Ini aku sedang duduk di depan kelas dan menunggu Anya yang sedang mengembalikan buku di perpustakaan.

SURPRISE WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang