"Nggak usah pulang aja. Biar Raja yang pulang duluan."
Ucapan itu membuat aku kini menoleh ke belakang. Aroma sabun segar menguar di sekelilingku. Pasha baru saja selesai mandi pagi ini. Aku sedang membantu Mbak Jingga di dapur membuat sarapan pagi. Anaknya Mbak Jingga yang paling gede itu namanya Nindy tapi kata Pasha dia bukan anak kandung. Anak angkat yang malah nggak mau ikut orang tua kandungnya. Aku salut sama kakaknya Pasha ini. Mbak Jingga itu beneran keibuan.
"Ih Mas, malu. Ada Mbak Jingga, Ibu juga."
Aku mencoba melepas pelukan Pasha dari belakang tapi dia malah kini menyandarkan dagunya di bahuku.
"Biarin. Udah suami istri ini."
"Ih Mas... Ih."
"Pulangnya bareng aku aja ya? Semingguan lagi. Biar kondisi Bapak sehat dulu baru aku tenang ninggalin."
Akhirnya aku menoleh ke arah Pasha. Wajah kami sangat dekat sekali, bahkan nafas hangatnya menerpa wajahku. Lalu tiba-tiba dia mengecup bibirku. Sangat lembut dan membuat aku terhanyut.
"Ehem."
Tentu saja aku terkejut mendengar deheman itu. Dan aku mencoba untuk terlepas dari pelukan Pasha.
Ibu sudah ada di depan kami dan mengulum senyumnya.
"Semalam kurang Sha?"
Astaghfirullah.
Semalam Ibu mendengarkah? Padahal aku udah sebisa mungkin tidak bersuara. Duh aku jadi merasa sangat malu saat ini. Tapi Pasha kini malah tidak mau melepaskan pelukannya dan mengecup pipiku. Yang membuat mataku membelalak terkejut dan langsung mencubit lengan Pasha yang melingkar di pinggangku.
"Ih Masssss...."
"Kurang Ibuku sayang. Namanya juga lagi pengantin baru, terus LDR an."
Jawaban Pasha membuat Ibu menggelengkan kepalanya tapi kemudian terkekeh. Beliau kini malah mendekat dan membantuku untuk mengupas kentang yang sejak tadi aku pegang.
"Makanya kalian pindah sini aja. Kan malah Deket loh."
Ucapan Ibu membuat Pasha kini menggelengkan kepala.
"Pasha kan udah bilang mau hidup mandiri."
Setelah mendengar jawabannya Ibu langsung menatap Pasha.
"Mas...kan udah semalaman dibicarain. Masih bersikeras juga?"
Aku terdiam mendengar perbincangan ini. Memang ada sesuatu yang disembunyikan Pasha.
"Kan Pasha udah berubah Ibu.... Sekarang ini Pasha udah jadi orang baik. Dan akan terus begitu. Jadi beri Pasha kesempatan."
*****
Menjelang siang, Pasha pergi sama Mas Orion, sama Bapak. Mbak Jingga juga pergi dengan kedua buah hatinya. Jadi cuma ada Ibu di rumah ini.
"Kia nih cicipin."
Ibu sudah memberikan cookies yang baru saja selesai dipanggangnya. Kami duduk di ruang tengah tempat menonton televisi. Ada sofa malas dan juga karpet bulu warna putih yang membuat kami nyaman duduk di sini.
"Makasih Ibu."
Ibu menganggukkan kepala dan kini mengusap perutku yang mulai terlihat membuncit.
"Makasih ya nak, mau nikah sama Pasha."
Ucapan Ibu itu membuatku menoleh dan menatapnya. Ada rasa haru di wajahnya yang nggak bisa disembunyikan.
"Enggak usah terimakasih sama Za Bu. Ini memang udah kewajiban Za. Lagipula pilihan Ayah pasti baik buat Za."
Ibu mengusap kepalaku dengan sayang.
"Tetap makasih kok. Kamu bisa membuat Pasha jauh lebih baik. Dulu dia itu bandel. Banget."
Ucapan Ibu membuat aku teringat kalau Pasha memang sepertinya menyembunyikan sesuatu dari sikapnya itu. Mungkin memang Pasha sekarang sudah berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.
"Banget ya Bu?"
Ibu tersenyum dan kini menganggukkan kepala.
"Iya. Dia itu suka ngeyel kalau dikasih tahu. Pingin Ibu tabokin aja kalau udah ngeyel gitu. Panggilan sama Jingga dan Abangnya juga beda. Kalau Jingga dan Angga manggilnya itu Mama Papa. Nah si Pasha ini kalau manggil suka ganti-ganti. Kadang Mama, Mami, Umi, Emak, simbok gitu-gitu."
Aku terkekeh mendengar ucapan Ibu. Pasha ternyata lucu juga saat masih kecil.
"Tapi terus dia nyamannya suka panggil Ibu dan Bunda. Lalu keterusan sampai sekarang. Bapaknya juga dipanggil begitu dulu kadang malah panggil Dady gitu. Tapi yah biarinlah senyamannya dia aja ya. Kia harus sabar ya sama Pasha. Yang pasti Ibu menjamin kalau Pasha itu nggak bakalan nyakitin Kia. Apa yang dilakukan Pasha itu semua buat kebaikannya."
Aku menganggukkan kepala, aku memang percaya dengannya meski misteri tentang masa lalu Pasha masih belum tercium sampai sekarang. Mungkin, memang tidak boleh diungkit lagi karena takutnya Pasha akan menjadi orang yang kembali di masa kegelapan itu. Aku paham dengan semuanya. Kadang orang yang sudah menjadi baik akan tergiur menjadi jahat kembali kalau mereka diingatkan tentang masa lalu.
Bersambung
Ini sebenarnya masih panjang cerita tp mohon kerjasamanya ya biar akur nggak melenceng. Nikmatin saja. Karena takutnya semakin menghujat tokoh utama malah nanti author takut menuangkan ide cerita di sini. Ok. Ok. Percaya saja akan happy ending. Ada konflik itu harus biar menjadi bumbu. Dan tulisan penulis juga bisa berkembang. Karena kadang permintaan kalian dan permintaan di luar itu jauh berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURPRISE WEDDING
RomansaZaskia pikir calon suaminya yang dijodohkan ayah untuknya adalah seorang karyawan biasa saja. Zaskia juga berpikir kalau dia hanya menuruti permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggalkannya untuk selamanya. Hidup hanya berdua dengan sang ayah men...