"Beneran nggak apa-apa? Harusnya kamu ikut."
"Iya Mas. Lagian Za ada kuliah kok. Nggak enak cuti terus. Nanti makin ketinggalan jauh kapan lulusnya coba?"
"Kondisi pa...eh Bapak udah mending kok ini. Cuma masih di rumah sakit. Nunggu kondisi Bapak membaik ya. Maaf jadi ninggalin kamu."
"Kan ada Mas Raja juga. Udah Za nggak apa-apa. Salam buat Bunda dan Bapak ya. Moga cepat sembuh."
Setelah mendengar Pasha mengakhiri telepon aku menatap suasana kantin yang masih lengang. Maklum masih pukul 10 pagi dan kayaknya aku kepagian ke kampus. Gara-gara tadi Mas Raja mau berangkat kerja dan nganterin aku.
Pasha sejak 2 hari lalu pulang ke rumah orang tuanya setelah mendapat kabar kalau Bapak masuk rumah sakit. Harusnya aku ikut, tapi nanti kuliahku jadi cuti lagi. Maka solusinya Pasha mengabari Mas Raja untuk sementara tinggal di rumah. Meski agak jauh jadinya dari tempatnya bekerja.
"Zaskia kan?"
Aku terkejut dengan panggilan itu. Saat menoleh ke samping sosok wanita yang kemarin dikenalkan aku, kini tersenyum ramah. Aku menganggukkan kepala dan membalas senyumannya.
"Mbak Carla ya?"
Dia menganggukkan kepala lalu menarik kursi di depanku. Sungguh, dia memang sangat cantik. Pantas saja Pasha kemarin seperti sedikit melamun setelah bertemu dengannya. Mantan yang begitu cantik dan baik ini disakiti oleh Pasha. Aku jadi penasaran apa alasannya.
"Sendiri?"
Pertanyaannya membuatku menjawab ya. Ini juga lagi nunggu Kanya yang sedang dalam perjalanan.
"Mbak sendiri?"
"Owh, nganterin Mama. Terus kok lapar. Mau cari makan. Sotonya enak kan di sini?"
Aku menyetujui ucapannya. Lalu dia menatapku dan kembali tersenyum.
"Udah lama nikah sama Pasha?"
Aku menatapnya dengan canggung, pasalnya aku tahu siapa dia dalam kehidupan Pasha sebelum ini.
"Belum lama Mbak."
Dia masih menatapku dan kaki ini tersenyum lagi.
"Alhamdulilah. Pasha dapatin istri secantik dan sebaik kamu."
Ucapannya tentu saja membuatku mengernyitkan kening. Dia lalu sepertinya tampak salah tingkah. Untung terjeda dengan pesanan soto miliknya. Aku hanya mengamati saat dia menuang kecap, dan sambal ke dalam mangkuk soto.
"Mbak temen Pasha SMA?"
Aku menanyakan hal itu karena memang untuk mengurangi kecanggungan diantara kami. Dia menatapku lagi dan menganggukkan kepala.
"Iya. Dia itu cerdas. Sampai ikut pertukaran pelajar ke London. Lalu setelah dari sana, dia memutuskan untuk meneruskan kuliah juga di sana. Jadi yah... "
Carla menggantung kalimatnya dan kini menyuapkan makanannya lagi. Aku terdiam mendengar informasi tentang itu. Apa dia kuliah di sana karena beasiswa? Harusnya kalau cerdas dan lulusan luar negeri, dia bisa bekerja menjadi sosok yang lebih dari sekarang. Tapi aku juga nggak tahu apa posisinya di tempat kerjanya.
"Kia, Pasha itu aslinya orang baik. Jadi jagain dia ya. Jangan biarkan dia terpengaruh lagi dengan lingkungannya."
*****
Percakapanku dengan Carla masih terngiang terus sampai aku pulang ke rumah. Bahkan sampai malam begini aku masih mencoba mencerna.
"Za, makan. Mas beliin nasi goreng."
Teriakan Mas Raja membuatku tersadar dari lamunan. Aku segera beranjak dari dalam kamar dan melangkah keluar menuju ruang makan. Mas Raja sudah menyiapkan dua piring dengan nasi goreng di dalamnya.
"Kamu lagi hamil harus makan tepat waktu."
Ucapan Mas Raja membuatku tersenyum dan kini menarik kursi lalu duduk di depan Mas Raja.
"Mas, harusnya nggak usah di sini. Mas kan jadi jauh kalau ke tempat kerja. Za berani kok sendiri."
Mas Raja yang baru menyuapkan nasi goreng ke dalam mulut kini menggelengkan kepala.
"Nggak mau. Kamu kan lagi hamil, lagian Mas juga wajib menjaga kamu saat Pasha nggak ada. Udah nggak usah dipikirin. Pasha udah ada kabar?"
Aku menganggukkan kepala "katanya masih harus di rumah sakit karena Bapak belum diperbolehkan pulang."
Ucapanku membuat Mas Raja kini menatapku.
"Kayaknya Pasha ini kok menghindar ya dari rumah? Dia kayak nggak suka kalau ngomongin soal rumah dan orang tuanya."
Ucapan Mas Raja membuatku teringat kunjungan Mbak Jingga tempo hari.
"Tapi kemarin Mbak Jingga ke sini loh Mas. Dan ternyata dia orang yang berada. Maksud Za, kemarin pas Za dirawat di rumah sakitpun, diberi fasilitas kelas 1. Pas Za nanya, kata Mas Pasha itu uangnya Mbak Jingga. Tapi meskipun begitu Mas Pasha mengatakan berbeda dengan kondisi Mbaknya."
Mas Raja menatapku dengan serius. Dia juga sepertinya sedang memahami ceritaku.
"Za, apapun yang terjadi nantinya atau kalau ada apa-apa. Kamu jangan sungkan cerita sama Mas."
Menganggukkan kepala dan menghentikan pembicaraan tentang Pasha. Tapi aku kasih penasaran dengan keadaan Pasha yang sebenarnya.
Bersambung
Segini dulu ya... Flu melanda pusing banget nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURPRISE WEDDING
RomansaZaskia pikir calon suaminya yang dijodohkan ayah untuknya adalah seorang karyawan biasa saja. Zaskia juga berpikir kalau dia hanya menuruti permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggalkannya untuk selamanya. Hidup hanya berdua dengan sang ayah men...