Pasha begitu panik saat ini. Untung saja, suaminya Mbak Jingga menjemput kami dan akhirnya kami bisa sampai di rumah sakit dengan Pasha yang sedikit lebih tenang setelah menemui Bapak di ruang ICU. Aku juga tidak bisa mengatakan apapun selain menemani Pasha saat ini, meski Mbak Jingga memintaku untuk beristirahat di rumah saja. Tapi aku merasa kasihan melihat Pasha yang sudah pucat pasi saat keluar dari ICU.
"Bapak kenapa, Mas?"
Saat ini kami duduk di kursi yang ada di ruang tunggu depan ruangan ICU. Ibu dan Mbak Jingga berpamitan untuk salat subuh, sedangkan Mas Orion suaminya Mbak Jingga pulang ke rumah sebentar untuk mengambil baju dan barang yang diperlukan.
Pasha menoleh ke arahku dengan matanya yang sembab. Aku tahu dia tadi menangis. Aku menatap pakaian yang dikenakannya, hoodie hitam dan celana kargo selutut dan sandal jepit. Pasha memang terlalu panic tadi sehingga tidak sempat meneliti apa yang dikenakannya.
"Selama ini Bapak sehat saja, bahkan di usia yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi, Bapak itu masih sangat bugar. Tapi ternyata Bapak ada riwayat penyakit jantung dan aku baru tahu sekarang." Jawaban Pasha membuat aku mengulurkan tangan dan mengenggamnya erat. Bahkan, tangannya pun gemetar hebat. Dia pasti merasa sangat terpukul.
"Mas yang sabar, berdoa buat Bapak semoga bisa melewati ini semua." Dan anggukan kepala Pasha, yang membuatku sedikit lega. Dia memang sangat terlihat shock, tapi aku yakin semangatnya masih begitu besar untuk Bapak.
****
2 hari di ruang ICU, alhamdulilah Bapak sudah bisa di pindah kamar. Kondisinya berangsur membaik, selama 2 hari ini aku memang akhirnya beristirahat di rumah Mbak Jingga. Karena kehamilanku yang membuat aku tidak boleh memaksakan diriku sendiri. Ada bayi yang harus aku jaga. Sementara Pasha memang tidak pulang sejak hari pertama, aku juga tidak mau mengganggunya. Komunikasi kami hanya sebatas pesan lewat ponsel itupun hanya saat Pasha sempat. Untung, ada Mbak Jingga yang bisa membuat aku nyaman di sini.
"Kamu beneran bahagia, Za?"
Aku menatap Mbak Jingga yang baru saja duduk di sebelahku. Di dalam kamar yang aku tempati selama menginap di sini, aku sedang menyiapkan baju yang akan di bawa Mas Orion, untuk Pasha di rumah sakit.
"Alhamdulilah, Mbak." Aku memang bersyukur dengan keadaanku saat ini, meski masih ada ganjalan tentang masa lalu Pasha yang belum aku mengerti. Mbak Jingga mengusap bahuku dan tersenyum kalem. "Kamu memang bidadarinya Pasha. Aku bersyukur kamu mau nerima Pasha. Meski kesannya dia terlalu memaksa ya? Denger ceritanya aja tentang lamaran ke kamu, Mbak nggak yakin kamu mau. Tapi pas dia bilang, kamu nerima dan mau nikah sama dia, wah rasanya tuh lega banget." Sesayang itu Mbak Jingga sama Pasha, aku bisa melihatnya dengan jelas.
"Mbak... " Aku menatap Mbak Jingga dan mulai menguatkan hati untuk mendengar yang sebenarnya. Aku harus bertanya kali ini, agar semuanya jelas. "Za boleh bertanya? Apakah keluarga Mbak sama Mas Pasha itu sebenarnya keluarga yang berada?" Kernyitan langsung terlihat di kening Mbak Jingga. Tapi kemudian beliau tersenyum. "Kamu ngerasa dibohongin ya sama Pasha selama ini?"
Pertanyaan Mbak Jingga itu sudah menguatkan satu hal, kalau memang benar keluarga mereka sebenarnya dari golongan orang kaya. Karena seperti yang pernah dibilang Kanya, Pasha itu terlalu istimewa untuk orang yang dibilang biasa saja. Auranya sudah beda, itu kata Kanya. Awalnya aku memang tidak mau percaya, tapi sekarang aku sangat yakin kalau Pasha memang berbohong soal kondisinya. Dia memang pernah cerita, dia menjalani semua ini karena kesalahan masa lalu, hanya saja aku tetap merasa kecewa. Pasha tidak benar-benar terbuka kepadaku.
"Za, tapi semua ini jangan terlalu dipikirkan. Pasha memang hidup sederhana sejak..." Mbak Jingga terdiam. Tatapannya menerawang, lalu dia menghela nafas dengan berat. Ada sesuatu yang tidak disukanya tetapi harus diungkapkan kepadaku.
"Dia menghukum dirinya sendiri, karena memang sudah melakukan hal yang membuat semua orang kecewa." Mbak Jingga menatapku dengan sedih. Sedangkan aku tidak berani bertanya lagi, karena aku menunggu Pasha yang mengungkapkannya. Saat itulah ponselku tiba-tiba berdering. Aku merogoh saku celanaku dan mengambil ponsel. Ada panggilan dari Mbak Nina. Ada apakah? Mbak Jingga menatapku dengan curiga saat aku menjawab panggilan dari Mbak Nina.
"Assalamualaikum, Mbak."
"Waalaikumsalam, Zaskia. Maaf mengganggu, tapi bisakah bicara sama Pasha? Ponselnya tidak bisa dihubungi."
Aku terdiam untuk sesaat, kenapa Mbak Nina mencari Pasha? Apakah ada masalah dengan Ical?
"Za, bisa kan?"
Suara di ujung sana mengejutkanku dari lamunan. Tapi sebelum aku menjawab, ponselku tiba-tiba direbut oleh Mbak Jingga.
"Mbak." Protesku tidak dihiraukan Mbak Jingga, karena beliau langsung menempelkan ponselku di telinganya.
"Ada apa kamu mencari Pasha lagi?"
Suaranya begitu ketus sehingga membuatku heran, Mbak Jingga pasti juga sudah tahu Nina.
"Kondisi Papa sedang sakit Nin, kamu jangan membuat Pasha bingung. Bukankah dia sudah bertanggung jawab semestinya? Kamu tidak merasa bersalah sudah merusak Pasha sedemikian rupa?"
Jantungku berdegup kencang mendengar ucapan Mbak Jingga. "Meski Pasha mengaku Ical itu anaknya, tapi aku nggak percaya. Pokoknya jangan ganggu Pasha lagi."
Aku sudah tidak bisa mengatakan apapun saat Mbak Jingga mengakhiri percakapannya dengan Mbak Nina. Yang ada di otakku sekarang hanyalah hubungan keduanya yang memang seperti aku duga, tapi apakah benar Ical anak mereka? Kenapa sepertinya keluarganya Pasha terlalu membenci Ical dan Mbak Nina?
"Za, cepat atau lambat kamu harus tahu ceritanya. Maafkan Mbak yang udah nggak bisa nutupin ini semua. Tunggu Papa dan Pasha pulang dari rumah sakit ya? Kita omongin semuanya." [ ]
****
BERSAMBUNG
MELANJUTKAN SESUAI WAKTU YANG BISA UNTUK UP YA. JADI JANGAN DIBURU2 BERSABARLAH MENANTI.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURPRISE WEDDING
RomanceZaskia pikir calon suaminya yang dijodohkan ayah untuknya adalah seorang karyawan biasa saja. Zaskia juga berpikir kalau dia hanya menuruti permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggalkannya untuk selamanya. Hidup hanya berdua dengan sang ayah men...