Sebenarnya masih begitu canggung dengan kehadiran Pasha di rumah ini, selain fakta bahwa dia sudah memilikiku. Tapi fakta itu tidak membuat aku terbiasa dengan kehadirannya, masih begitu canggung dan merasa terkejut tiap kali mendapati Pasha berada di rumah ini. Dia berkeliaran dengan santainya, ke taman belakang rumah dan mulai membersihkan ilalang yang tumbuh dengan liar. Bahkan dia naik ke atas genteng untuk membetulkan genteng yang bocor. Aku belum siap dengan semuanya ini. Tapi dia sepertinya tidak ambil pusing dengan sikapku ini.
"Za, kamu nggak ngampus?"
Aku dibuat terkejut lagi saat baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Pasha tampak sudah segar dengan rambut basahnya, dia memang mengatakan cuti kerja, padahal kemarin dia juga pulang awal. Kenapa perusahaannya tempatnya bekerja sangat santai sekali?"Nanti siangan Mas, jam 1."
Aku mengatakan hal itu dan mulai bergerak ke arah lemari baju. Aku malu baru keluar dari dalam kamar mandi dan hanya mengenakan baby dol dengan celana selutut dan lengan pendek. Biasanya kan aku mengenakan piyama panjang yang menutup sampai mata kaki.
"Ntar, aku antar ya?"
Dia tampaknya duduk di tepi kasur dan sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Aku sendiri merasa bingung dengan apa yang akan aku ambil dari dalam lemari."Mas beneran libur?"
Akhirnya aku berbalik, menatap Pasha yang kini sudah menatapku dan dia menganggukkan kepala. Mengamatiku dari atas sampai bawah. Handuk masih bertengger di atas kepalaku yang rambutnya juga basah. Habisnya siang ini memang gerah sekali udaranya, setelah memasak dan menjemur pakaian aku ingin mandi keramas."Kamu nggak seneng aku libur?"
Pertanyaannya yang datar tanpa ekspresi itu refleks membuat aku langsung menggelengkan kepala."Owh maksudnya nggak masalah."
Aku meralat saat dia menyipitkan matanya."Kamu kok kayaknya terpaksa nerima pernikahan ini."
Kuhela nafasku mendengar ucapannya. Aku masih berdiri di depan Pasha. Dia kini malah beranjak berdiri dan membuatku terkejut karena dia sudah berdiri menjulang di depanku. Otomatis aku melangkah mundur, tapi Pasha sudah mengulurkan tangan untuk menahan tubuhku. Tangannya bahkan melingkar di pinggangku.
"Mas, aku...aku..."
Pasha masih menatapku lekat dan membuat aku malah memejamkan mata. Duh, apa yang kulakukan saat ini?
Tapi kemudian kurasakan kecupan di keningku yang membuat mataku terbuka. Setelah itu Pasha melepaskan pelukannya dan menjauh dariku. Untung aku tidak limbung dan jatuh karena berhasil menegakkan diri."Kamu,.." Pasha mengusap tengkuknya dan menggelengkan kepala "Sungguh sangat berbeda dari lainnyaa."
Setelah mengatakan hal itu, dia melangkah keluar dari kamar, meninggalkanku begitu saja.******
Akhirnya aku diantar Pasha ke kampus dengan motornya. Aku pikir dia akan mengantarkanku saja, tapi kemudian dia malah memarkir motornya dan berjalan bersamaku.
"Mas, Za langsung masuk kelas."
Dia menganggukkan kepala tapi tidak berhenti mengikutiku. Aku sedikit risi ditatap beberapa mahasiswa yang melewati kami. Soalnya, aku tidak pernah sedikitpun pernah terlihat berjalan dengan lawan jenis. Aku menjaga pergaulanku dengan wanita saja. Nasehat ayah selalu aku jalankan, dan memang itulah prinsipku selama ini. Maka saat aku terlihat berjalan dengan seorang pria begini, aku merasa malu.
"Mas, pulang aja."
Aku menghentikan langkahku dan membuat Pasha juga menghentikan langkahnya. Dia mengernyitkan kening mendengar ucapanku itu."Aku mau nungguin kamu."
Mataku membelalak mendengar ucapannya. "Tapi Za, lama Mas...ada kuliah terusan juga sampai jam 4 nanti."
Pasha malah menganggukkan kepala "Tak masalah."Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi saat dia berjalan lagi. Kutatap jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Hampir terlambat dan aku tidak mempunyai waktu lagi untuk berdebat dengan Pasha.
"Kelas Za di lantai dua, Mas mau nunggu dimana?"
akhirnya aku menghentikannya dan dia mengedarkan pandangan ke sekeliling."Ehm, ada temanku di sini. AKu mau menemuinya."
Jawabannya benar-benar tak terduga. Tapi aku tidak bisa bertanya lagi karena Pasha sudah berbalik dan meninggalkanku lagi. Sepertinya memang hidupku tak sama lagi.*****
"Za, kamu kenapa buru-buru sih?"
Kanya mengekoriku dan membuat aku sedikit memperlahan langkahku. Ini baru saja selesai kelas, dan aku mengkhawatirkan Pasha. Dia sepertinya memang menungguku, karena pesannya tadi yang masuk mengatakan dia menungguku di kantin fakultas.
"Aku mau...."
Kanya menyipitkan matanya melihat kegugupanku.
"Hayo kamu kenapa?"
Aku langsung mendekat ke arah Kanya.. "Aku diantar suamiku ke sini. Jadi..."
"Apa?"
Aku langsung mencubit Kanya yang malah berteriak, dan membuat orang-orang di sekitar kami menatap dengan penasaran."Pelan Nya."
Kanya langsung meminta maaf tapi kini malah menggandengku "Duh kenalin dong."
Otomatis kugelengkan kepala. "Jangan sekarang, aku belum siap."
Kanya menatapku dengan kecewa."Ih pelit, tapi ya udah deh besok aja kenalinnya kalau udah siap ya?"
Kanya memang teman yang baik, akhirnya aku dan Kanya berpisah dia menuju lobi dan aku menuju kantin. Saat sampai di kantin, kuedarkan pandangan dan mendapati Pasha sedang duduk di depan seorang laki-laki yang memunggungiku. Jadi memang dia mempunyai teman di sini?Saat aku hampir sampai, Pasha melihatku dan dia langsung berdiri menyambutku.
"Udah selesai?"
Kuanggukan kepala melihat dia mengulurkan tangan untuk menarik tanganku agar mendekat ke arahnya."Ini Zaskia, istriku."
Saat itulah aku berbalik dan melihat siapa yang diajak bicara oleh Pasha. Tentu saja aku terkejut melihat siapa orangnya. Dia juga nampak terkejut.
"Bang Raihan?"
"Zaskia?"
Kami saling menyapa dan membuat Pasha menatap kami dengan bingung.
"Kalian udah saling kenal?"
Aku hanya menunduk mendengar pertanyaan itu. Kenapa dunia begitu sempit? Aku dipertemukan dengan Bang Raihan, salah satu pria di sini yang sempat membuatku terpikat."Dia...." Aku mendengar suara Raihan. " Ehm adik tingkat."
Kenapa aku bisa mendengar ada nada kegugupan di sana?"Owh, kebetulan. Dek, Raihan ini temanku. Teman baik."
Aku merasakan tangan Pasha merangkul bahuku. Membuat aku mendongak tapi tak berani menatap Raihan. Aku tahu bagaimana perasaan Raihan. Bahkan mendengar dari Kanya kalau dia mau serius denganku saja membuat hatiku merepih."Jadi ini, istrimu?"
Ada nada canggung setelah itu, lalu Pasha menganggukkan kepala dan tersenyum lebar. Dia bahkan merangkulku lebih erat "Aku beruntung mendapatkan dia, bidadariku."
Aku terkejut dengan ucapan Pasha, dia tampak sangat bahagia dan tersenyum dengan cerah. Baru kali ini aku melihatnya seperti ini.Bersambung
Ramein yuuuukkkkk koment 200 gitu loh hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
SURPRISE WEDDING
عاطفيةZaskia pikir calon suaminya yang dijodohkan ayah untuknya adalah seorang karyawan biasa saja. Zaskia juga berpikir kalau dia hanya menuruti permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggalkannya untuk selamanya. Hidup hanya berdua dengan sang ayah men...